74. Engku Sawi ditembak, Orang Muaro Paneh merasa Kehilangan


Oleh: H. si Am Dt. Soda

Engku Sawi ditembak, Orang Muaro Paneh merasa Kehilangan 

Setiap Apri melakukan patroli
Sawi diincar dicari-cari
Ketika bertemu di daerah Kinari
Sawi ditembak, dibunuh mati

Nama lengkapnya Sawi Renyu
Sopan santunnya patut ditiru
Takutnya hanya kepada ibu
Sangat memuliakan para tamu

Punya anak bernama Emi
Gadis kecil lucu sekali
Sudah lancar kalau mengaji
Dilatih langsung oleh Umi


Orang kampung semua kenal
Setiap waktu Sawi beramal
Mencari uang secara halal
Dengan sedikit persiapan modal

Dahulu Pasar, kini Market
Sawi berjualan tak pakai target
Tiada pula istilah Omzet
Apalagi bisnis memakai internet

Tak semua orang bisa mampu
Membuat sandal dan sepatu
Mengolah sendiri bahan baku
Dari jangat kulit Lembu

Banyak kerabat saudara sendiri
Terkadang berutang, dibayar nanti
Menunggu panen, hasil Padi
Atau dibayar, sekarung Ubi

Pedoman hidup orang Muaro Panas
Dalam melaksanakan setiap aktivitas
Hablumminallah Wahamblumminannas
Sawi memahaminya secara luas

Tiba waktunya masa perang
Inilah petuah adat Minang
Tuah sakato, celaka bersilang
Sawi berperan di garis belakang

Mencari simpati dengan halus
Ketika berjuang dengan tulus
Memakai sarana orkes gambus
Iramanya terdengar sangat bagus

Begini lirik lagu si Sawi

Anti Indonesia billadi
Anti’ul wanul faqoma
 
Kalau ditafsirkan kira kira begini

Indonesia negara kami
Di sanalah aku tegak berdiri



Menurut pesan orang tua-tua
Malang terjadi dalam seketika
Waktu Sawi mengayuh sepeda
Terjadi sesuatu tidak dikira

Niat dihati menemui kerabat
Di Kinari yang cukup dekat
Ada patroli tentara Pusat
Sawi berhenti karena dicegat

Dia bernasib sangat malang
Disuruh berjongkok tangan kebelakang
Lalu ditodong pakai senapang
Bedil meletus, nyawa melayang

Ketika korban ditembak mati
Dalam jarak dekat sekali
Peluru menembus pembuluh nadi
Darah mengalir tak mau henti

Jenazah dibawa ke rumah panjang
Di Muaro Paneh di Pasar Usang
Mantari Udin segera datang
Melihat kepala telah berlubang

Kepala berlubang mengeluarkan darah
Terus mengalir tak bisa dicegah
Karena arteri banyak yang pecah
Disumbat kapas langsung basah

Kisah diceritakan kepada penulis
Oleh dunsanak bernama Muchlis
Melihat sendiri peristiwa sadis
Perbuatan oknum simpatisan Komunis
_________________________________

Disalin dari: http://prri.nagari.or.id/paneh.php



Tidak ada komentar:

Posting Komentar