Minang saisuak#297: D. Gerth van Wijk: Direktur Kweekschool Fort de Kock
Jika bicara mengenai Sekolah Raja atau Kweekschool Fort de Kock, tempat Tan Malaka, Dahlan Abdoellah, Sjarifah Nawawi, dan banyak orang penting lainnya di akhir abad ke-19 pernah bersekolah, maka kita tentu harus menyebut juga nama D. Gerth van Wijk, tokoh yang kita munculkan fotonya kali ini, karena dia adalah salah seorang Direktur sekolah itu, sebuah sekolah sekuler ala Eropa yang paling bergengsi di Sumatera pada zamannya. Lima Direktur lainnya adalah: J.L. van der Toorn, D. Grevel, G.J.F. Biegman, J.G. Dammerboer, dan B.J. Visscher.
Didericus Gerth van Wijk, demikian nama aslinya, adalah anak dari pasangan Johanes Abraham Gerth van Wijk (lahir 1803) dan Sara Johanna Verment (lahir 1806). Didericus lahir pada tanggal 1 Juni 1835 di Wijk bij Duurstede, Utrecht, menikah dengan Sara Henriette Foreman (lahir 1836, meninggal 6 Juli 1907 di Haarlem). Mereka memiliki satu anak, Eduard Willem Frederik Gerth van Wijk, yang lahir di Fort de Kock pada tahun 1875). Kelak Eduard menjadi advokat dan menikah dengan Trijntje Schellinger pada 31 Januari 1907; Trijntje lahir pada 15 Maret 1884 di Heiloo, Belanda).
Didericus Gerth van Wijk menjadi Direktur (Kepala Sekolah) Kweekschool Fort de Kock dari 1873 sampai 1877. Berarti dialah Direktur pertama sekolah itu setelah statusnya ditingkatkan dari versi yang lama (berdiri sejak 1856) berkat sokongan dari Inspektur Pendidikan, J.A. van der Chijs. Perubahan status itu dilegalkan dengan “besluit Seri Padoeka Gouv[erneur] Generaal [James Loudon] jang tertoelis 16 December 1872” ([St. Makmoer dan Kramer, 1908: 15)
Seperti Van der Toorn dan lain-lain, Didericus Gerth van Wijk tertarik kepada kebudayaan Minangkabau. Setidaknya ia menghasilkan dua tulisan yang sangat penting bagi dunia ilmu pengetahuan: 1) sebuah artikel yang berjudul “Een Minangkabausche Heilige” yang terbit dalam Tijdjchrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde 27 (1877): 224-233; 2) “De geschiedenis van Prinses Balkis (Hikajat Poeti Baloekih)” yang terbit dalam Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen 41 (1881): i-95. Dalam pengantar cerita dan terjemahan Belanda terhadap Hikayat Puti Balukih [Hikayat Putri Balqis] ini, Van Wijk mengatakan bahwa Kaum Paderi berusaha menyingkirkan cerita-cerita paganistik dalam masyarakat Minangkabau dan menggantinya dengan cerita-cerita yang bernuansa Islam.
Demikian sedikit catatan mengenai D. Gerth van Wijk, yang informasi mengenai kapan dan dimana ia meninggal belum diketahui. (Sumber foto: [Nawawi St. Makmoer dan T. Kramer], Gedenkboek Kweekschool Fort de Kock / Kitab Peringatan Sekolah-Radja Boekit-Tinggi, 1873-1908. Arnhem: G. J. Thieme, 1908: 16).
Suryadi – Leiden, Belanda / Singgalang, Minggu, 9 April 2017
Dicopas dari blog Engku Suryadi Sunuri: https://niadilova.wordpress.com