Tampilkan postingan dengan label purba. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label purba. Tampilkan semua postingan

SEJARAH DAN SILSILAH KEMAHARAJAAN SUNDA NUSANTARA

 Disalin dari kiriman FB Putri Bungsu

SEJARAH DAN SILSILAH KEMAHARAJAAN SUNDA NUSANTARA
(Bagian-1 : Periode Sebelum Masehi)

Menurut cerita yang beredar di kalangan para sesepuh Sunda, runtutan para Buyut dan Rumuhun (Karuhun/Leluhur/Nenek Moyang) perjalanan bangsa Sunda di awalidari daerah Su-Mata-Ra. Mereka membangun kebudayaan selama beribu-ribu tahun di kawasan Mandala Hyang (Mandailing) daerah Ba-Ta-Ka-Ra sampai ke daerah Pa-Da-Hyang (Padang) pada periode 100.000 – 74.000 Sebelum Masehi. Pada masa tersebut para Karuhun tersebut telah memeluk ajaran yang disebut dengan nama “Su-Ra-Yana” atau ajaran Surya. Hingga satu masa Gunung Batara Guru meletus hingga habis, dan meninggalkan sisa Kaldera yang sekarang menjadi danau (Toba) yang sangat luas (100 Km2). Diberitakan dunia tertutup awan debu selama 3 bulan akibat meletusnya gunung tersebut.

Masa berganti cerita berubah, pusat kebudayaan bangsa Sunda yang disebut dengan mandala Hyang bergeser ke arah Selatan ke gunung Sunda, yang sekarang terkenal dengan nama Gunung Krakatau (Ka-Ra-Ka-Twa).Pada saat itu belum dikenal konsep Negara, tapi lebih kepada konsep Wangsa (bangsa). Wilayah Mandala Hyang pada masa itu dikenal dengan sebutan “Buana Nyungcung” karena terletak pada kawasan yang tinggi. Sementara Maya Pa-Da (Jagat Raya) dikenal dengan sebutan Buana Agung/Ageung/

Gede dan Buana Alit (Jagat Alit), kata buana di jaman yang berbeda mengalami metaformosis kata menjadi “Banua” atau “Benua”. Puncak Pertala di Buana Nyungcung Gunung Sunda dijadikan Mandala Hyang, begitu juga dengan gelar Ba-Ta-Ra Guru yang menggantikan petilasan/ tempat yang sudah hilang-menghilang. Pada masa ini kehidupan wangsa menunjukan kemajuan yang luar biasa, perkembangan budaya serta aplikasinya mencapai tahap yang luar biasa, dengan berbagai penemuan teknologi di darat dan laut. Daerah ini terkenal dengan sebutan “Buana A-ta” (Buana yang kokoh dan tidak bergeming). Oleh bangsa luar dikenal dengan sebutan “Atalan”(mungkin maksudnya Ata-Land).

Kembali kemajuan disegala bidang tersebut terhenti kembali ketika Gunung Sunda meletus (Gunung Ka-Ra-Ka-Twa), daratan terbagi menjadi dua (Sumatra dan Jawa), dan mengakibatkan banjir besar dan berakhirnya zaman es pada sekitar 15.000 SM. Semua bukti kemajuan jaman wangsa tersebut hilang dan tenggelam. Paska peristiwa banjir besar tersebut, bangsa Sunda kembali membangun peradabannya hingga menurut cerita dipimpin oleh seorang raja bernama Prabu Sindhu (Sang Hyang Tamblegmeneng, putra Sang Hyang Watugunung Ratu Agung Manikmaya) yang kemudian mengajarkan kepercayaan Sundayana (Sindu Sandi Sunda). Ajaran tersebut kemudian menyebar ke seluruh dunia.

SITUS MEGALITIK DI KECAMATAN GUGUAK

Foto: Slideshare
 Disalin dari kiriman FB Saiful Guci

SITUS MEGALITIK DI KECAMATAN GUGUAK
Carito Luhak Nan Bungsu – Kita penuhi bahan untuk buk Guru Syahelma Ramleyni untuk bahan Budaya Alam Minang Kabau kelas V.
Pendahuluan
Kabupaten Lima Puluh Kota[1] terletak di antara 0 derajat 22” Lintang Utara – 0 derajat 23” Lintang Selatan dan 100 derajat 16” Bujur Timur – 100 derajat 51” BujurTimur,luas wilayah keseluruhannya 3.354,53 Km2 dengan ketingian dari permukaan laut 90 –2078 meter, daerah terendah disekitar Waduk PLTA Kenagarian Tanjung Pauah Kecamatan Pangkalan, dan tertinggi Gunung Sago di Kecamatan Situjuah Limo Nagari.
Letaknya berbatasan langsung dengan: Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten XIII Koto Kampar ,Provinsi Riau. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar dan [Kota] Sawah Lunto, [Kabupaten] Sijunjuang. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupatan Tanah Datar dan Kabupaten Kampar, Provinsi Riau .Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pasaman dan [Kabupaten] Agam
Di Kabupaten Lima Puluh Kota terdapat 13 Kecamatan dan 79 Nagari, sementara Kecamatan yang mempunyai sebaran bangunan megalitik yang pada umumnya berada pada daerah aliran sungai Batang Maek, Kampar, Kapur, Sinamar dan Batang Agam beserta anak-anak sungainya. Kecamatan tersebut antara lain adalah : Kecamatan Pangkalan, Kapur IX, Bukit Barisan, Gunuang Omeh, Suliki, Guguak, Payakumbuh, Akabiluru, Harau, Situjuah Limo Nagari dan Lareh Sago Halaban.

Perihal Marga Purba Tambak

Picture: tribun

 DISKUSI PEMBUKA

"Menjelang FKN XII Batusangkar, Tanah Datar, Pagaruyung 27-30 Nov 2018 - kehadiran 7 kerajaan Simalungun
BENARKAH MARGA PURBA TAMBAK BERASAL DARI PAGARUYUNG
Oleh : Drs. M. Wahdini Purba Tambak
(Sarjana jurusan sejarah, pengamat sejarah, memahami budaya minangkabau, sekarang menjadi guru di SMA Semen Padang)
PENGANTAR
Pertanyaan di atas sudah lama bersemayam, berkelebat dan terngiang di benak. Semua ini bermula dari membaca buku yang dikirimkan oleh Bapa Tua Tuan Bandaralam Purba Tambak dari Pematangsiantar lewat orang tua. Ketika itu, saya merasa bangga sekali, bukam saja karena buku itu merupakan buku pertama yang pernah saya baca tentang sejarah simalungun selaku mahasiswa sejarah, beliau juga saya rasakan demikian tingginya mengingat almarhum merupakan Raja Dolog Silou yang terakhir dan meletakkan jabatan ketika revolusi sosial berkecamuk di Sumatera Utara tahun 1945-1946, juga akan bisa mengenal silsilah keluarga.

Nama Lain Pulau Sumatera

Foto: Youtube


Sejarah dan Nama Lain Pulau Sumatera.
                                                              Dari : Riri Syahputra.
 




1. Bhūmi Mālayu.
Bhūmi Mālayu ("Tanah Melayu") terukir di Prasasti Padang Roco, yaitu sebuah prasasti berangka 1286 M yang ditemukan di hulu sungai Batanghari, kompleks percandian Padangroco, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat. Selanjutnya dalam naskah Negarakertagama dari abad ke-14 juga kembali menyebut "Bumi Malayu" (Melayu) untuk pulau ini.

Di pulau ini juga pernah berdiri kerajaan Melayu yang berpusat di Muara sungai Batang Hari, yang diperkirakan di Dharmasraya sekarang. Pada tahun 682 kerajaan ini ditaklukkan oleh Sriwijaya, dan melalui Sriwijaya bahasa dan kebudayaan Melayu disebarkan ke daerah kekuasaannya.