Picture: tribun |
DISKUSI PEMBUKA
"Menjelang FKN XII Batusangkar, Tanah Datar, Pagaruyung 27-30 Nov 2018 - kehadiran 7 kerajaan Simalungun
BENARKAH MARGA PURBA TAMBAK BERASAL DARI PAGARUYUNG
Oleh : Drs. M. Wahdini Purba Tambak
(Sarjana jurusan sejarah, pengamat sejarah, memahami budaya minangkabau, sekarang menjadi guru di SMA Semen Padang)
PENGANTAR
Pertanyaan di atas sudah lama bersemayam, berkelebat dan terngiang di benak. Semua ini bermula dari membaca buku yang dikirimkan oleh Bapa Tua Tuan Bandaralam Purba Tambak dari Pematangsiantar lewat orang tua. Ketika itu, saya merasa bangga sekali, bukam saja karena buku itu merupakan buku pertama yang pernah saya baca tentang sejarah simalungun selaku mahasiswa sejarah, beliau juga saya rasakan demikian tingginya mengingat almarhum merupakan Raja Dolog Silou yang terakhir dan meletakkan jabatan ketika revolusi sosial berkecamuk di Sumatera Utara tahun 1945-1946, juga akan bisa mengenal silsilah keluarga.
Buku kecil yang dilengkapi silsilah 1/2 meter persegi itu berjudul "Sejarah keturunan Silou - (Bolak - Dunia - Buttu) ", diterbitkan tahun 1967 dengan kulit luar Radja Dolok Silou XI Tuan Tandjarmahei Purba Tambak. Sayang, orang tua saya selaku keturunan raja Dolok tak lagi tercantumkan, sekalipun tidak terlalu sulit "menarik garis" keturunan, sebagaimana juga yang diharapkan para penyusunnya.
Sebagai karya sejarah, tentu saja saya ketika itu cukup meragukan tingkat "kebenaran" nilai historisnya, dimana bisa menuliskan "garis pertama" hingga garis ke "generasi 14". Akan tetapi begitu menurut pengakuan para penulisnya, TBA Purba Tambak dan Tuan Djintahalim Purba Tambak secara jujur menuturkan bahwa, semua itu disusun berdasarkan pustaha laklak "Partikkian Bandar Hanopan" (salah satu partuanon dari Raja Dolok Silou) dan telah dikoreksi dari ahli antropologi Belanda, Dr. Voorhove melalui surat di Netherland sekitar tahun 1985 yang lalu, maka penghargaan saya terhadap buku yang bernilai historis itu menjadi utuh untuk sementara waktu.
Dalam buku tersebut secara tegas menyatakan bahwa "marga purba tambak", berasal dari Pagaruyung, terus mengembara ke Natal, lalu ke Singkel (Aceh), lalu kemudian pindah dan menerap ke Tambak Bawang (Cingkes sekarang).
Dalam perspektif sejarah, andaikan fakta fakta yang mendukung pernyataan tersebut mungkin ada benarnya. Hanya saja begitu saya membaca keterangan buku tersebut, pendapat saya selama ini yang beranggapan semua orang Batak berasal dari Gunung Pusuk Buhit, P. Samosir, akhirnya sirna seketika.
Disaay hangat hangatnya pikiran mencari jawaban dari pertanyaan di atas, akhirnya saya juga mendapat kiriman buku dari Bapak letkol (Purn) MD Purba (sekarang sudah almarhum), dari Medan yang berjudul "mengenal kepribadian asli Simalungun" karangannya sendiri serta copy artikel yang ditulis dari harian SIB oleh T. Lukman Sinar, SH dengan judul "sejarah singkat suku simalungun", semua bantuan yang tak ternilai harganya ini membuat proses intelektual saya terhadap memahami sejarah simalungun sedikit bertambah. Semua ini diimbangi lagi dengan penjelajahan saya terhadap khazanah sejarah dan kebudayaan Minangkabau, sejak di SMA dulu.
Ketika itu memang tidak pernah bertanya kenapa bisa merantau ke Sumatera Barat. Saat itu, orang tua saya sengaja mengantar pada samar samar berkata " Ai na ..... merantau hu hujon da, tapi mulak hu asal". mungjin karena usia masih remaja, yakni ditahun 1979, semua ungkapan itu tak sedikitpun terhiraukan, terlebih maknanya. Baru 5 tahun kemudian, di saat menuntut ilmu pada jurusan sejarah, semua itu menjadi terngiang ngiang dan semakin jelas saja.
Tapi apakah benar "marga Purba Tambak" berasal dari Pagaruyung, selain yang ada di pusat kerajaan lama Minangkabau ini?
Kalau saja mengikuti lintasan perjalanan sebagaimana yang seperti yang dilakukan dalam........ Ia melintas mulai dari Pagaruyung - Natal - Singkel - terus ke Tambak Bawang mungkin ada benarnya. Apalagi kalau kita baca legenda (mitos) "pangultop ultop" dengan. memiliki alat penangkap ikan "Tambak", sampai dengan putri hijau.
Seorang penulis buku dari sumatera utara yang menulis tentang legenda putri hijau ini, juga membenarkan kaitan kisah cerita rakyat Deli dan Dolok Silou. Menurut T. Lukman Sinar SH dalam kesempatan bincang bincang sewaktu Musyawarah dan Kerja Nasional Sejarah di bulan Juli yang lalu, keturunan kesultanan Deli tersebut juga sangat heran mengapa terdapat kesamaan ini dan keterkaitan cerita yang menjadi awal dua keluarga kerajaan tersebut.
Menariknya, bila kita rentang garis perkembangan marga marga di Simalungun justru marga Purba Tambak lah yang tidak berasal dari daerah Batak. Malah untuk marga Purba "Purba Pakpak", tampaknya tidak memiliki garis keterkaitan dengab marga Purba Tambak, yang termasuk marga Purba Tambak adalah Purba Sidasuha, Sidagambir, Sigumonrong, Girsang, Sidadolog dan Siboro.
Adalah cukup menarik untuk dikaji lebih mendalam kembali mengapa terjadi perpecahan atau perkembangan disintegratif dari puak marga Purba Tambak. Bahkan untuk saat ini, mungkin ada yang menyebut cabang cabang marga tersebut memang berasal dari Purba Tambak. Apa yang terjadi ketika itu?
Kembali kepada masalah utama, suapa sebenarnya "Pangultop ultop" itu? japan dilakukan hijrah ke daerah Batak? Kalau memang betul dari Pagaruyung (Minangkabau) bukankah terbuka kemungkinan marga saragih garingging berasal dari sungai garingging (Pariaman) , atau marga Damanik berasal dari Sumanik (Batusangkar) dimana daerah tersebut tsrmasuk Minangkabau? atau sebaliknya justru orang sungai garingging atau Sumanuk yang berasal dari daerah Batak? Bukan kah sejak dulu orang Batak dikenal perantau? Semoga mendapat pengkajian yang serius juga kritis.
Menurut analisa Newmann, suku Karo bukanlah berasal dari Samosir, debagaimana yanh disepakati selama ini. tetapi sudah sejak lama tinggal menetap di dataran tinggi Karo. Pada bagian lain, setelah dia menerjemahkan sebuah dokumen berharga dari pustaha kembaren, Neuwmann berkeyakinan bahwa orang Karo ada yang berasal dari India, dan ada yang berasal dari Pagaruyung (?) , Pagaruyung mana pula?
Dalam pustaha kembaren secara tegas dinyatakan bahwa ada dua bersaudara di Pagaruyung, dua ibu. Anak tertua tinggal di Pagaruyung, dan si bungsu pergi merantau ke Bangko, dan terus ke Kuala Anyer Batu. Kalau memang benar demikian, bukan kah dua laki laki bersaudara tersebut Dt Prapatih Nan Sabatang dan Dt Ketamanggungan, dua orang peletak dasar adat Minangkabau?
Tentang marga Purba Tamvak, bila ditimbang dari segi etimologis, kata "purba" baik itu dalam aksara simalungun, maupun sanksekerta dapat diartikan sebagai timur dan bila kita telusuri kembali asal usul perjalanannya di Pagariyung, Natal, Singkel, dan Bawang, maka daerah Singkel atau Nafal bila dilihat dari daerah Simalungun memang menunjukkan penjuru timur. Sementara "Tambak", yang menempel dari kata "Purba", dapat dimungkinkan berawal dari alat yang dibawa "Si Pangultop ultop", yakni bubu, berarti suka "bertambak" atau "kolam".
Bukti ini diperkuat lagi, setelah saya telusuri daerah daerah sekitar Pagaruyung maka di wilayah itu ada satu suku bernama "suku Jambak", mungkinkah ini mendekati kebenaran? tampaknya masih perlu dilakukan pengkajian yang lebih ilmiah lagi. Yang jelas, dalam pengkajian sumber sumber yang berasal dari mitos, cerita atau floklor, merupakan fakta yang paling berharga dalam penulsan sejarah terutama yang menyangkut asal usul sebuah bangsa yang masih diliputi kabut dan tabir gelap. Mungkin langkah awal ini dapat membuka pengkajian selanjutnya.
*Diketik ulang oleh sultan saragih, ada beberapa paragraf yang tidak ditulis ulang sebab tidak dapat dibaca dari text jpeg.
"mohon maaf bila ada salah ketik.
Disalin dari kiriman FB Sanggar Budaya Rayantara
Baca Juga Kerajaan Dolog Silou