Foto: Wikipedia
AZWAR ANAS
Ditulis: Haslizen Hoesin
Pengantar
Para pembaca Bukik Ranah Ilmu, Azwar Anas pernah menjabat sbeagai Gubernur Sumatera Barat, beliau juga pernah kerja di PINDAT dan menjadi Direktur Semen Padang. Arwar Anas dikenal juga sebagai seorang yang turut memprakarsai berdirinya Gebu Minang (Gerakan Ekonomi dan Budaya Minangkabau). Ini mengingatkan saya. di Bandung Azwar sering memberikan ceramah agama di masjid. Beliau malah ikut andil mendirikan Masjid Salman ITB. Azwar Anas juga intens membangun komunikasi perantau Minang (Bandung). Setelah Lizen (saya) membaca beberapa tulisan tentang Azwar Anas tergerak hati menulisnya.
Apa itu intens. Menurut KBBI intens/in·tens/ /inténs/ a 1. hebat atau sangat kuat (tentang kekuatan, efek dan sebagainya); 2. tinggi (tentang mutu); 3. bergelora, penuh semangat, berapi-api, berkobar-kobar (tentang perasaan); 4. sangat emosional (tentang orang)[1]
Azwar Anas bergelar Datuak Rajo Sulaiman, tutup usia pada hari Minggu (5/3/2023), di RSPAD Gatot Soebroto karena sakit, almarhum akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Selamat membaca Tulisan Azwar Anas, semoga bermanfaat.
PENDAHULUAN
Letnan Jenderal TNI (Purn.) Ir. H. Azwar Anas gelar Datuak Rajo Suleman (2-8-1933 – 5 – 3 – 2023) adalah seorang tentara, birokrat, politikus dan administrator sepak bola Indonesia. Beliau pernah menjabad Ketua Pindad, Direktur Pabrik Semen Padang. Ketua Majelis Pembina Pusat Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI). Pernah dipercaya sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat pada Kabinet Pembangunan, setelah itu menjabat Menteri Perhubungan Indonesia pada Kabinet Pembangunan V. Beliau menjabat Gubernur Sumatra Barat selama dua periode. [2]
Sebagai informasi tambahan, Azwar Anas pernah menduduki beberapa jabatan penting di Indonesia, selain Menteri diantaranya Ketua Umum PSSI periode. [3]
Awal Kehidupan
Azwar Anas lahir pada 2 Agustus 1933 di Mato Aia – Padang, ketika itu merupakan bagian dari Keresidenan Sumatra Barat Hindia Belanda. Azwar Anas adalah anak ketiga dari pasangan Anas Malik Sutan Masabumi (ayah) dan Rakena Anas (ibu). Ayahnya (Anas Malik Sutan Masabumi) masih memiliki garis keturunan dengan Raja Pagaruyung terakhir, yakni Sutan Bagagarsyah. Anas Malik Sutan Masabumi bekerja sebagai kepala perbengkelan kereta api di Simpang Haru, Padang, ibunya (Rakena Anas) hanya tamatan SR (Sekolah Rakyat) berasal dari Koto Sani. Koto Sani adalah nagari di kecamatan Sapuluah Koto Singkarak, Kabupaten Solok. [2]
Sebelum menikah dengan ibunya, ayahnya (Anas Malik Sutan Masabumi) telah memperoleh seorang anak dari istri pertama yang kemudian diceraikan, tetapi kehidupan mereka tetap ditanggung oleh ayahnya meskipun telah bercerai. Ayahnya (Anas Malik) adalah putera dari Malik, anak dari Soetan Oesman gelar Soetan Lerang seorang pengusaha terkenal pada masanya. [2]
Sejak kecil, Azwar Anas dibesarkan dalam keluarga yang taat melaksanakan ajaran Islam, dengan didikan ayah yang berwatak keras tetapi disiplin dan didampingi ibunya senantiasa mendidik dan memberikan nasihat akan pentingnya agama dan tanggung jawab. Azwar Anas menghabiskan masa kecilnya bersama keluarganya di Mato Aie dalam sebuah rumah yang dibangun di pinggang bukit di tepi Jalan Raya Padang–Teluk Bayur. Tidak seperti kebanyakan anak ambtenaar (pegawai pemerintah Hindia Belanda), Azwar Anas, bersama kakak dan adiknya tidak dimasukkan ke sekolah-sekolah Belanda, melainkan dimasukkan ke HIS Adabiyah School, sebuah sekolah yang didirikan oleh Abdullah Ahmad pada tahun 1909. [2] HIS (Hollandsch Inlandsche School) adalah sekolah Belanda untuk bumiputra pada zaman penjajahan Belanda [4]
Mengenai Adabiyah School, baca Sekolah Adabiyah Di Padang https://lizenhs.wordpress.com/2022/01/07/sekolah-adabiyah-di-padang/
Azwar Anas berusia kanak-kanak, sempat menggeluti beberapa pekerjaan untuk membantu meringankan ekonomi keluarganya yang sedang sulit (pada masa pendudukan Jepang di Indonesia). Ia pernah berdagang kayu dijual di Pasar Kampung Jawa dan berjualan ikan, bahkan sebelumnya ia juga pernah berjaja pisang goreng di Mato Aie setiap pagi. Di tengah kesulitan ekonomi keluarga, setelah tamat dari HIS Adabiyah, ia masih bisa meneruskan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi; ia masuk ke sekolah bentukan Jepang yang disebut Chu Gakko (men) setingkat menengah. [2] Tingkat pendidikan menengah saat itu, dibagi lagi menjadi dua, Jepang mendirikan Shoto Chu Gakko (Sekolah Menengah Pertama) dengan lama pendidikan (belajar) tiga (3) tahun. [5]
Masa awal kemerdekaan
Berita proklamasi (kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945) disebarluaskan ke Padang oleh Muhammad Sjafei sekitar akhir bulan Agustus. Namun, pada 10 Oktober 1945 tentara Sekutu, yang semula ditugaskan untuk melucuti serdadu Jepang dan mengambil para tawanan Jepang, telah merapat ke pelabuhan Teluk Bayur dan kedatangan ini dicurigai oleh para pemuda di Padang, arena diikuti oleh tentara Belanda. Kecurigaan ini ternyata benar sehingga ketegangan mulai meningkat di Padang. Kantor-kantor pemerintahan di Padang mulai dipindahkan ke luar kota, termasuk kantor tempat ayah Azwar Anas bekerja, dipindahkan ke Kayu Tanam sehingga keluarganya kemudian pindah ke tempat itu, sedangkan ia dan adiknya yang bernama Akil tetap menetap di Padang. Namun karena Padang dirasakan tidak aman lagi, setelah pembunuhan Bagindo Azizchan oleh tentara Belanda, ia dan adiknya menyusul keluarganya, yang ternyata telah pindah ke Bukit Tinggi [2]
Masa Permulaan Kemerdekaan
Di kota berhawa sejuk itu, beliau tetap meneruskan sekolahnya, beliau dimasukkan ke SMP Negeri 1 Bukit Tinggi, tetapi kemudian pindah ke SMP Negeri III Bukit Tinggi dan setelah tamat beliau masuk ke SMA Negeri Bukit Tinggi. [6]
Tidak lama setelah ibu kota Indonesia di Yogyakarta ditempati oleh Belanda, Syafruddin Prawiranegara bersama tokoh Minangkabau lainnya membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukit Tinggi. Pada saat itu, ketika berjalannya Agresi Militer Belanda II, keluarganya pindah ke Barulak, Tanah Datar. Setelah gencatan senjata diberlakukan di Sumatera Barat pada 19 Agustus 1948, keluarganya kembali pindah ke Padang. [6]
Di Padang, beliau bersekolah di SMA Permindo (kini jadi SMA Negeri 1 Padang) sampai tamat pada tahun 1951. Mengenai SMA N 1 Padang, baca Sejarah Singkat SMA Negeri 1 Padang https://lizenhs.wordpress.com/2022/01/14/sejarah-singkat-sma-negeri-1-padang/. Setamat SMA, beliau berniat untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi di Jawa, sebab pada saat itu di Sumatera Barat belum ada perguruan tinggi yang sesuai (berdasarkan) harapannya. Oleh sebab itu, dalam suatu perundingan dengan keluarganya, beliau menyampaikan keputusannya untuk merantau ke Jakarta. [6]
Apa itu Merantau, baca MERANTAU (BagianPertama) https://lizenhs.wordpress.com/2022/09/22/merantau-bagian-pertama/ dan Bagian Kedua https://lizenhs.wordpress.com/2022/09/22/merantau-bagian-kedua/.
MERANTAU
Setelah tamat SMA, Azwar Anas melanjutkan pendidikannya ke Jawa. Alasannya, pada saat itu belum ada perguruan tinggi yang sesuai dengan keinginannya di Sumatera Barat. Azwar Anas pergi ke Jakarta. Sesampai di Jakarta, Ia mencari pekerjaan. Azwar Anas di Jakarta menumpang sementara di rumah seorang kerabatnya. Setelah memperoleh informsi dari salah seorang kenalannya mengenai lowongan pekerjaaan pegawai Balai Penyelidikan Kimia di Bogor. Azwar Anas langsung melamarnya. [6]
Pada permulaan beliau hanya berkerja sebagai petugas kebersihan di laboratorium yang dikepalai oleh seorang berkebangsaan Belanda bernama Ir. Nyhold, kemudian dalam tahun-tahun berikutnya, beliau menjadi asisten seorang insiyur bernama Ir. Dufont dan Azwar Anas menolongnya mendirikan sebuah laboratorium di Burangrang Bandung. Sambil bekerja, beliau memperoleh beasiswa dari Departemen Perindustrian saat itu, untuk mengikuti pendidikan Teknik Kimia, kini menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB). [6]
Setelah sekitar dua tahun mengikuti kuliah di ITB, prestasi akademisnya mulai menurun. Pada saat itu beliau memutuskan untuk kembali ke Padang untuk menemui orang tuanya di Mato Aie dan berharap izin menikahi seorang gadis di Bandung. Namun harapannya ini ternyata tidak disetujui oleh kedua orang tuanya. Ibunya justru menangis sewaktu beliau berharap izin menikah seorang gadis yang bukan Minang. Sebaliknya, ibunya mengajukan yang sudah disiapkannya sejak lama, yakni Djusmeini. Pada 12 Juli 1957, beliau menikah dengan Djusmeini, ketika itu berumur 23 tahun. Setelah pernikahan dilangsungkan di Lubuk Alung, Azwar Anas bersama istrinya kemudin pindah ke Bandung. Sesampai di Bandung, tetap melanjutkan kuliah di ITB sampai tamat. [6]
Menurut Maryuswan, [7] Azwar Anas adalah mahasiswa jurusan Teknik Kimia. Menurut Ayunidewisuwana [7], Azwar Anas adalah seorang pembangun yang jujur. Beliau pernah tinggal di Villa Merah. Kalau begitu Azwar Anas adalah ALUMNI TEKNOLOGI KIMIA (TK) ITB dan pernah tinggal di Asrama ITB didaerah Taman Sari (depan ITB). Menurut Johan Salman [7], Pak Letjen (Purn) Azwar Anas pernah menjadi pengurus masjid Salman ITB.
Azwar Anas ikut andil mendirikan Masjid Salman ITB. Azwar Anas sering diminta memberikan ceramah agama di masjid-masjid Bandung. [2] [8] Azwar Anas juga intens membangun komunikasi dengan perantau Minang di kota Bandung. [8]
Pada tahun 1959, Anas bersama ratusan sarjana diperintahkan mengikuti wajib militer oleh pemerintah, karena diberlakukannya bahaya darurat perang. Setelah menempuh pendidikan militer selama enam bulan hingga tahun 1960 di Sekolah Perwira Cadangan (Sepacad), ia lalus dan dilantik oleh Presiden Soekarno sebagai Letnan Satu dalam acara militer di Bogor. [9] Azwar Anas memutuskan bergabung dengan militer dan ditempatkan di Pabrik Alat Peralatan Angkatan Darat (Pabal AD), kini berganti nama menjdi Pusat Industri Angkatan Darat (PINDAD) Bandung. [9]
Pada 1964, Azwar dipromosikan menjadi Asisten Umum Operasi Karya Pindad. Pada tahun itu, Pindad mengirimnya untuk mengikuti Kursus Peroketan Pindad. Ia terlibat dalam eksperimen pembuatan roket Achmad Yani 1 dan 2 yang diluncurkan dari Pameungpeuk, Garut. Pada 1967, Mayor Azwar Anas diangkat sebagai Direktur PT. Purna Sadhana Pindad, anak perusahaan Pindad dalam bidang industri sipil. Ia didampingi oleh Direktur Produksi Kapten Ir. Yuwono, [10]
Azwar Anas dikenal pula sebagai orang yang turut memprakarsai berdirinya Gerakan Ekonomi dan Budaya Minangkabau atau Gebu Minang. [11]
DIREKTUR DAN JABATAN
Sumatera porak-poranda karena penumpasan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), Gubernur Sumatera Barat (Harun Zain) memanggil para sarjana Minang di perantauan untuk pulang membangun Sumatra Barat. [9] Harun Zain menunjuk Azwar Anas menjadi Direktur Semen Padang. Nyatanya Azwar Anas berhasil membangkitkan perusahaan itu menjadi BUMN terkemuka di bawah Departemen Perindustrian.[9]
Keberhsilan Azwar Anas membuatnya dikenal rakyat sehingga pada Oktober 1977, Azwar Anas memenangkan pemilihan Gubernur Sumatra Barat (Sumbar) menggantikan Harun Zain. Azwar Anas menjabat Gubernur Sumbar dua periode (1977–1987). [9] [12] Beliau pernah jadi Ketua Majelis Pembina Pusat Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI), ia pernah dipercaya sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat pada Kabinet Pembangunan VI (1993–1998). [12]
Letjen (Purn) Ir. Azwar Anas Datuak Rajo Sulaiman merupakan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat RI pada 1993-1998 pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto. Beliau pernah aktif sebagai anggota TNI dan terakhir pernah menyandang predikat jenderal bintang tiga. [13]
Kiprah Azwar Anas Semasa Hidupnya
Catatan jabatan yang pernah dijabat dan penghargaan Azwar Anasya itu:
- Pegawai Balai Penyelidikan Kimia Bogor (1951-1952),
- Asisten Prof Dr Dupont di Fakultas Pertanian Bogor (1954),
- Asisten Dosen Luar Biasa ITB (1958-1959),
- Dosen Luar Biasa ITB (1959-1960),
- Kepala Dinas A Pindad (1960-1961),
- Kepala Pusat Laboratoria Pindad (1961-1964),
- Kepala Pusat Karya Pindad (1965-1968),
- Dirut PT Purna Sadhana Pindad (1968-1970),
- Dirut PT Semen Padang, (1970-1977),
- Anggota MPR Utusan Daerah (1972-1977),
- Dirut PT Semen Baturaja, 1973-1977,
- Gubernur Sumatera Barat (1977-1987),
- Menteri Perhubungan Kabinet Pembangunan V (1988-1993),
- Azwar Anas juga sempat menjabat sebagai Ketum PSSI periode (1991-1998),
- Menko Kesra Kabinet Pembangunan VI, (1993-1998), [13].
- Azwar Anas dapat Penghargaan Dato Seri Utama dari yang dipertuan besar Negri Sembilan Malaysia. [14] [16]
Selain itu, Mengutip laman Kemenpora, Azwar Anas memiliki peran penting dalam kemajuan sepakbola Tanah Air. Semasa kepemimpinannya Ketum PSSI, beliau pernah menggabungkan kompetisi Galatama dan Perserikatan pada 1995. [13]
Letjen (Purn) Ir. H. Azwar Anas Dt. Rajo Suleman bin Anas pensiun dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) pada 1986 dengan pangkat Mayor Jenderal TNI. [9] Pada 1988, Presiden Soeharto mengangkatnya menjadi Menteri Perhubungan dalam Kabinet Pembangunan V. [9] Pada tahun 1993, Azwar Anas diangkat menjadi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat. [9] Azwar Anas juga pernah dipercaya menjadi Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) periode 1991-1999. [3] [9]
Anak Azwar Anas
Dari pernikahan Azawar Anas dengan Djusmeini, memiliki lima orang anak. Anak pertamanya Ria Prima Pusparini meninggal pada 10 November 1971 dalam kecelakaan pesawat Merpati yang juga ditumpangi oleh seniman Huriah Adam. Anak-anak berikutnya bernama Ary Irsyad Riadi, Roy Irza Farabi, Ronny Pahlawan dan Maya Devita. Keempat anak tersebut lulusan Amerika Serikat. Djusmeini meninggal dunia di Bandung pada 16 Desember 2009. Ronny Pahlawan menikahi calon istrinya di depan jenazah ibunya sebelum dimakamkan. [2]
Letjen (Purn) Ir. H. Azwar Anas Dt. Rajo Suleman bin Anas, meninggal dunia pada hari Minggu (5/3/2023) pukul 11.40 WIB, di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta. Pak Anas, adalah sapaan akrabnya. Sebelumnya dikabarkan almarhum dirawat kurang lebih 2 bulan di RSPAD [3].
Kapasitas sebagai pemimpin di Minangkabau disebut Tungku Tigo Sajarangan (Ninik Mamak, Alim Ulama dan Cadiak Pandai), terpenuhi dan lengkap dari Azwar Anas. Sebagai ninik mamak Azwar Anas bergelar Datuk Rajo Sulaiman Puncuk Adat yang diamanahkan sejak menjadi Gubernur. Karakter Alim Ulama mudah ditemukan dari materi dan bahan ceramah, khutbah dan taushiyah, beliau fasih membaca ayat, mahir dalam menjelaskan nash agama. Kesungguhannya belajar agama otodidak melalui al-Quran, hadist dan buku-buku keislaman, dapat ditemukan di meja kerja di rumah dan kantor. Dengan kerendahan beliau memberikan pandangan, pendapat dan fatwa sebagai ulama dalam menetapkan kebijakan menjadi buah bibir oleh tokoh-tokoh yang hidup di zamannya. 15/9[hariansinggalang.datukrajosulaimantenggelam]
Menurut Duski Samad Ayat Al Quran yang seringkali Azwar Anas baca saat menyampaikan ceramah yaitu Al-Fajr 89: 28-30 “Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” [15]
Selama karir di militer dan pemerintahan, Azwar Anas telah meraih beberapa penghargaan seperti: Satyalancana Penegak, Satyalancana Kesetiaan VIII; Satyalancana Pembangunan dari Presiden Republik Indonesia; Bintang Kartika Eka Paksi; Bintang Mahaputera Utama dari Presiden Republik Indonesia; Bintang Mahaputera Adipradana dari Presiden Republik Indonesia (1992); dan Penghargaan Dato Seri Utama dari yang dipertuan besar Negri Sembilan Malaysia. [16]
BERNILAI TINGGI
Sosok pribadi Azwar Anas bernilai tinggi, untuk diteladani generasi mendatang, yaitu profil diri beliau yang sampai pada puncak jabatan tertinggi: Menteri Perhubungan, Menko Kesra, Dewan Pertimbangan Agung (DPA), Gubernur, hebatnya dalam keseharian tetap teguh sebagai tokoh adat Minangkabau yang alim, taat dan berbudi mulia. Kesibukan dan keluasan cakupan kerja yang dilakukan beliau, tetap melakukan shalat tepat waktu, memberikan taushiyah agama dan menyediakan diri menghadiri penobatan penghulu. [15]
Pengabdian Azwar Anas yang lebih membuat dekat dan kuat dihati umat dan bangsa adalah mengayomi, memimpin dan memberikan kewibawaannya pada pendidikan, lebih lagi pendidikan Islam. Pondok Pesanteren Nurul Ikhlas Koto Baru Padang Panjang adalah lembaga pendidikan Islam yang beliau sendiri menjadi pembina sejak berdiri sampai wafatnya. Pondok Pesantren Nurul Ikhlas yang mengunakan sistim bording school semangkin memperlihatkan kemajuan dan menjadi salah satu lembaga pendidikan Islam dikenal di Sumatera Barat. [15]
Gerakkan pendidikan yang luar biasa luas dan massif dilakukan Ir. Azwar Anas yaitu membawa perubahan berarti bagi pencerdasan anak nagari. Bantuan, dorongan dan kesediaannnya memberikan kesempatan berpartipasi luas melalui Kuliah Kerja Nyata Terpadu (KKNT) kepada Perguruan Tinggi UNAND, IKIP, IAIN, Bung Hatta dan perguruan tinggi lainadalah sinergisitas ilmiah yang besar manfaatnya bagi semua pihak. Keterlibatan cendikiawan, guru besar, ulama, dan tokoh masyarakat dalam membangun Sumatera Barat dijalankan secara apik dan arif baik melalui formal sebagai tim ahli gubernur, begitu juga informal melalui kunjungan langsung ke tokoh dipercaya masyarakat. [15]
Pengabdian Azwar Anas yang begitu kuat melekat di hati umat dan bangsa adalah ketika tahun 1983 saat beliau menjadi Gubernur Sumatera Barat yaitu dilaksanakan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Nasional ke -13 di Kota Padang. Buah karya lahirnya Stadion H.Agus Salim yang partama kalinya dipakai untuk pembukaan MTQ, sampai saat ini menjadi area yang begitu besar manfaatnya bagi masyarakat Sumatera Barat.[15]
Kapasitas diri Awzar Anas sebagai pemimpin di Minangkabau yang disebut Tungku Tigo Sajarangan, (Ninik Mamak, Alim Ulama dan Cadiak Pandai) terpenuhi dan lengkap pada diri beliau.
Sebagai Ninik Mamak ia bergelar Datuk Rajo Sulaiman Puncuk Adat yang diamanahkan sejak menjadi Gubernur.
Sebagai Alim Ulama, Karakter Alim Ulama mudah ditemukan dari materi dan bahan ceramah, khutbah dan taushiyah, beliau fasih membaca ayat, mahir dalam menjelaskan nash agama. Kesungguhannya belajar agama otodidak melalui al-Quran, hadist dan buku-buku keislaman dapat ditemukan di meja kerja di rumah dan kantor. Begitu juga kerendahatian, beliau meminta pandangan, pendapat dan fatwa kepada ulama dalam menetapkan kebijakan menjadi buah bibir oleh tokoh-tokoh yang hidup di zamannya. [15]
Masyarakat/orang menyatakan “kedekatan beliau dengan ulama, tokoh adat dan cendikiawan saat memimpin Sumatera Barat adalah modal sosial yang mesti diteladani oleh siapa saja yang memimpin di Sumatera Barat” [14]
Terimakasih atas kunjungan Anda ke Bukik Ranah Ilmu https://lizenhs.wordpress.com/, semoga tulisan ini bermanfaat. Bila Anda suka beritahu temannya yaaaaa.
PUSTAKA/BACAAN
[1] https://kbbi.web.id/intens
[2] https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Azwar_Anas
[3] https://katasumbar.com/jenazah-mantan-gubernur-sumbar-azwar-anas-akan-dimakamkan-di-tmp-kalibata
[6] http://kk.sttbandung.ac.id/id1/2-3060-2940/Azwar-Anas_861_ensiklopedia-bebas-q-sttbandung.html
[8] https://id.wikipedia.org/wiki/Azwar_Anas
[10] ttps://www.harianindonesia.id/berita-utama/mantan-gubernur-sumbar-letjen-tni-purn-azwar-anas-datuak-rajo-sulaiman-berpulang.html
[11] https://langgam.id/kabar-duka-mantan-gubernur-sumbar-azwar-anas-meninggal-dunia/
[12] https://covesia.com/news/118351/mantan-gubernur-sumbar-azwar-anas-tutup-usia [13] https://infosumbar.net/berita/berita-sumbar/profil-azwar-anas-gubernur-sumbar-periode-1977-1987-yang-tutup-usia-umur-89-tahun/
[14] https://www.google.com/search?q=Azwar+Anas,+Dt.+Rajo+Sulaiman
[16] https://www.kemenkopmk.go.id/menko-pmk-alhamrhum-azwar-anas-sosok-negarawan-tanpa-cacat
Disalin dari Bukik Ranah Ilmu