ASAL USUL KERAJAAN MELAYU MELAKA

Ilustrasi Gambar: Islami.co


Sumber rujukan utama kerajaan Melayu Melaka adalah dari Sejarah Melayu. Tanpanya kita mungkin tak akan tahu ia nya pernah berdiri megah. Namun ia catatan tanpa tarikh, untuk meletak tarikhnya kita perlu membuat rujukan silang terhadap catatan Majapahit, China, India dan lain lain.

Inilah yang saya lakukan selama hampir 30 tahun. Jadi satu satu pentarihan perlu mampu dibuktikan tele dengan catatan negara lain.

Pertama siapa SANG SAPURBA
Sejarah Melayu menyatakan Sang Sapurba adalah asal raja Pagaruyung.[1] Hamka menyatakan bahawa asal raja Pagaruyung itu adalah Adityawarman,[2] Adipati Majapahit di Palembang yang datang pada tahun 1346 m. Beliau mengetuai tentera Majapahit menyerang Sumatera yang sememangnya wilayah kerajaan Jawa Singasari yang terlepas. Adityawarman kemudiannya bersengketa dengan Gajah Mada dalam isu menguasai wilayah Pasai Samudra.[3]

Gajah Mada datang mengetuai penyerangan tetapi gagal. Sengketa ini menyebabkan Adityawarman mengangkat anaknya Parameswara memerintah Palembang sementara beliau mengasaskan kerajaan Pagaruyung. Peristiwa ini berlaku dalam tahun 1347 m. Hamka menyatakan hal ini bertepatan dengan catatan Majapahit dan China. Sang Sapurba berbapakan Jawa Singasari dan beribukan Melayu Darmasraya.[4]

Kedua PERJALANAN PARAMESWARA
Parameswara mula menjadi raja Palembang pada 1347 sebagai raja bawahan ayahnya Maharaja di Pagaruyung. Hayam Wuruk menuntut beliau tunduk sebagai bupati Majapahit. Peristiwa tatal bergulung dan menarah kepala budak dengan kapak adalah sengketa diplomatik Parameswara dan Hayam Wuruk.[5]

Catatan Sejarah Melayu yang menyatakan peristiwa itu berlaku di Singapura menurut saya adalah kekilafan catatan sejarah. Tetapi Sejarah Melayu dengan tepatnya menyebut Parameswara berkerajaan selama 32 tahun sebelum tewas dan melarikan diri.[6]

Parameswara menjadi raja Palembang pada 1347 dan tewas dalam serangan dua tahun Majapahit pada 1377 hingga 1379. Jadi 1379 adalah tarikh Parameswara tewas kepada Majapahit dan lari ke Singapura. 1380 adalah tarikh Parameswara diserang Pahang kerana membunuh Temagi, gabenur Siam di Singapura. 1384 adalah tarikh Parameswara mengasaskan kerajaan Melayu Melaka. Kerajaan ini ada dua daerah saja. Daerah Melaka dan Negeri Sembilan. Parameswara mangkat pada tahun 1387 m.
Kenyataan Melayu Melaka diasas pada 1384 bersamaan dengan tarikh yang dicatat oleh Alfonso de Albuquerque. Kenyataan bahawa Perameswara mangkat pada 1387 m berasaskan kenyataan dalam Sejarah Melayu yang menyebut bahawa Parameswara mangkat 4 tahun setelah mengasaskan kerajaan Melayu Melaka.
Parameswara adalah gelaran ketika berkerajaan di Palembang.
Megat Iskandar Shah adalah gelaran sewaktu berkerajaan di Melayu Melaka.
Sang Nila Utama adalah nama batang tubuh yg disebut dalam Sejarah Melayu.
Agama asal baginda adalah Hindu[7] Majapahit dan mangkat sebagai Muslim Sunni pada Mazhaf Feqah Syafie

Dari segi keturunan Parameswara
Melalui datuknya adalah wangsa Rajasa keturunan Ken Arok dan Ken Umang Singasari Jawa
Melalui opahnya adalah wangsa Indra keturunan Crimat Tribhuana Mauliwarmandewa raja Melayu Darmasraya.[8]
Sumber : Idris Zainal Abidin
Jom fahami sejarah

Sc melayu raya


Disalin dari kiriman FB Kabut Senja 

Catatan Kaki oleh admin:

[1] Tidak terdapat nama Sang Sapurba dalam literatur Minangkabau, sosok ini dikaitkan melalui tafsir terhadap isi Tambo. Selain karya sejarah, Tambo Minangkabau juga merupakan karya sastra, layaknya karya sastra Melayu lainnya, sastra Minangkabau dipenuhi kode dengan makna terselubung (tersirat, tersuruk). 

[2] Nama Adityawarman juga tidak terdapat dalam literatur Minangkabau (Tambo), melainkan hanya tafsiran atas isi Tambo yang penuh dengan makna tersirat.

[3] Belum pernah bersua dengan versi yang satu ini, menurut sejarah yang selama ini diedarkan para ahli. Adityawarman merupakan Orang Melayu (half blood) dari Dara Jingga dan seorang perwira Singasari, versi lain mengatakan kalau ayahnya juga Raden Wijaya. Menurut Adat Resam Melayu (puak Minang) maka ia merupakan seorang Melayu. Ibunya ialah Dara Jingga kakak dari Dara Petak (Ibu dari Jayanegara, Raja Majapahit) dan datuknya ialah Raja Melayu yang bernama Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa. Mereka merupakan salah satu keluarga dari kedatuan Sriwijaya. Meniti karir di Majapahit dan menjadi sosok yang sangat diperhitungkan dalam suksesi kerajaan. Kemudian Adityawarman "dipaksa" pulang dari Majapahit karena cemas dengan pengaruhnya yang semakin menguat. Kembali ke Melayupura (Dharmasraya sekarang), dan mulailah konflik antara pusat dan daerah yang akan diwariskannya hingga berabad-abad kemudian.

[4] Sebaiknya kita sama-sama mempelajari sumber yang didapat oleh penulis, karena dari sumber yang ada tidak didapat nama Sang Sapurba sebagai anak dari Adityawarman. Anaknya bernama Ananggawarman. Kita juga tidak mengetahui siapa orang tua dari Sang Sapurba, kalau kita pakai pendapat Minangatamvan ialah Minangkabau maka kemungkinan ibunya seorang Melayu. Dan kalau kita pakai lagi pendapat kalau ia merupakan anak dari Adityawarman yang halfblood maka Sang Sapurba bukan Melayu-Jawa melainkan 75% Melayu karena ibunya Melayu dan ayahnya campuran Melayu-Jawa.

[5] Berarti masa Sang Sapurba (Pramesewara) menjadi raja di Palembang sama dengan masa ayahnya ketika mendirikan Kerajaan Pagaruyuang. Palembang tidak pernah menjadi bawahan Pagaruyuang atau Minangkabau, hubungan Minangkabau dengan wilayah Melayu lainnya merupakan hubungan kekerabatan, bukan 'penakluk' dan 'ditaklukan', karena tak ada istilah penaklukan dan yang ditaklukan dalam literatur Minangkabau. Hubungan mereka ialah Perserikatan Kerajaan Melayu dengan Raja Alam di Minangkabau sebagai kepalanya. Tidak ada UPETI yang mesti disembahkan kepada Pagaruyuang. Yang ada ialah Emas Manah yang tidak dihantar melainkan dijemput oleh raja atau perwakilannya. Dan apabila tidak memberi bukan berarti pemberontakan. Emas Manah diberikan sesuai kemampuan/keadaan masing-masing kerajaan.

[6] Kami rasa perlu penjelasan lebih mendalam tentang "tewas" dan "melarikan diri". Mungkin karena perbedaan langgam berbahasa.

[7] Apabila merujuk kepada Adityawarman maka ia seorang penganut Budha aliran Vajrayana atau lebih dikenal dengan Tantrayana dan masih dalam ajarana Mahayana. Dikatakan juga kalau ia juga penganut Siwa-Budha sebagaimana yang banyak dianut bangsawan Majapahit.

[8] Silsilah ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar