Gambar Ilustrasi: Harian Jogja |
RENDANG PADANG
FB Abu Fadhel - Ketika saya tinggal di Kampung Bali Jakarta, hampir tiap hari saya makan rendang khas Padang, karena saya tinggal bersama bapak penjual kaca mata dan jam, yang asli Padang, kebetulan isterinya tetangga dekat saya di kampung. Sekitar setahun saya tinggal bersama mereka, sambil membantu jualan.
Ketika merantau di kota Timika dan Entrop Jayapura, masakan Padang juga menjadi menu favorit. Dan saya sangat akrab dengan para penjualnya yang asli suku Padang.[1]
Suatu ketika, saya terbang dari Jayapura ke Wamena pasca kerusuhan Wamena. Kalau sudah lapar, yang saya cari warung nasi Padang. Dan ternyata orang Padang yang membuka warung Padang, sudah puluhan tahun tinggal disana.
Warung Padang adalah pilihan pertama dan utama untuk pengganjal perut, kalau berada di daerah yang mayoritas Non Islam. Disamping rasanya yang membuat ketagihan dan yang paling utama adalah dijamin kehalalannya (walaupun waktu itu belum ada label halal) dikarenakan penjual nasi Padang pasti muslim. Saya selama ini belum menemukan penjualnya orang Non Islam.
Kalau sekarang ada warung makan RENDANG BABI, agak aneh didengar, karena rendang identik dengan Padang. Dan Padang identik dengan Islam. Sama halnya dengan Coto atau Kondro, ini ciri khas makanan Bugis Makassar, tentu akan protes juga orang Bugis Makassar, bahkan mungkin akan marah kalau ada Coto dan Kondro daging babi. Demikian juga orang Padang, mereka protes dengan restoran rendang babi.
Yang pasti, seorang muslim yang baik, tidak akan mendatangi warung makan yang jual rendang babi, apalagi memakannya. Dan juga menu-menu lain yang haram.
Allah Ta'ala berfirman,
فَكُلُواْ مِمَّا رَزَقَكُمُ ٱللَّهُ حَلَٰلٗا طَيِّبٗا وَٱشۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ إِن كُنتُمۡ إِيَّاهُ تَعۡبُدُونَ
Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya. (Surat An-Nahl, Ayat 114).
AFM
======================
Catatan Kaki oleh admin:
[1] Orang Minang lebih dikenal di luar Sumatera Barat dengan Orang Padang hal mana yang masih membuat gemas sebagian besar orang Minang dan tidak terima dengan panggilan tersebut. Sebab Padang memanglah Minang tapi Minang bukan Padang.
==================
Baca Juga: