Ilustrasi Gambar: wikimedia commons |
Disalin dari kiriman FB Saiful Guci
Carito Luhak Nan Bungsu – Tadi malam masuk di kotak percakapan saya dari Ireng Noviardi sebuah pertanyaan, apa yang dimaksud dengan “Kambuik Bonia Tampang Pusako dan Ompek Ganjiu Limo Gonok” di Nagari Pangkalan.
Untuk menjawab ini terpaksa saya bukak catatan tahun 1991 saat saya berdinas sebagai Sekretaris Bimas di Kecamatan Pangkalan Koto Baru, catatan ini bersumber dari Dt. Majo Urang di Pangkalan Timur yang juga bersumber dari catatan Wali Nagari Pangkalan Koto Baru Zainoeddin Jahja tahun 1951.
Versi Pertama
Asal nama nagari berasal dari kata “Pangkalan” atau pangkal jalan, yang berarti pangkalan tempat bertolak, pangkalan tempat berlabuh dan pangkalan tempat persinggahan karena di pangkalan dulunya merupakan pelabuhan terbesar dipinggir batang Maek menuju Malaka
Versi Kedua
Dahulu, ketika beberapa orang nenek moyang sampai di suatu daerah, mereka melihat daerah itu merupakan daerah perhentian. Di daerah ini, orang-orang berhenti untuk beristirahat. Daerah ini merupakan daerah perbatasan antara Sumatra Barat dan Riau. Oleh karena itu, daerah ini juga disebut dengan ujuang luak, kapalo rantau ‘ujung luak (Limo Puluah Koto), kepala rantau (Riau)’. Tempat itu merupakan pangkalan bagi orang-orang yang melakukan perjalanan itu. Oleh karena itu, daerah tersebut dinamakan dengan Pangkalan.
Enam Koto Awal Nagari
1.Koto Tinggi Suku Pitopang yang dikuasai oleh Dt, Sibijayo
2.Koto Melawan Suku Domo yang dikuasai oleh Dt.Marajo
3.Koto Conge suku Domo yang dikuasai oleh Dt, Penghulu Basa.
4.Koto Sungai Abu suku Piliang yang dikuasai oleh Dt. Majo Indo.
5.Koto Bukik Topo Suku Caniago yang dikuasai oleh Dt.Patiah.
6.Koto Pangkalan suku Pito[ang yang dikuasai oleh Dt.Bandaro.
Nagari Pangkalan disebut nagari yang terdiri dari tiga alur, dan persukuanya lima. Diantara alur yang tiga adalah :
1. Pitopang Kaampek Niniak
2. Melayu, Mandahiliang dan Domo
3. Piliang dan Caniago
Nagari Pangkalan mempunyai Pucuak, Datuak Kaampek suku dan Datuak Limo Suku.
1. Yang menjadi Pucuak adalah Dt.Sibijayo (Suku Pitopang) yang dalam Tambo Pangkalan disebut sebagai ”Kambuik Baniah Tampang Pusako” dari luak Limo Puluah Koto.
2. Datuak Kaampek suku yaitu :
a. Dt. Tumangguang mengepalai suku Mandahiliang dan Melayu,
b. Dt. Majo Indo mengepalai suku Piliang,
c. Dt. Pangulu Basa mengepalai suku Domo,
d. Dt. Patiah Mengepalai suku Caniago.
3. Yang menjadi Datuak Limo Suku yaitu Dt. Bosa yang kebesarannya keenam Koto ( Pangkalan, Manggilang, Koto Alam, Tanjuang Balik, Tanjuang Pauh dan Gunuang Malintang)
Tiap tiap penghulu yang disebut diatas, ada pula memakai penghulu Andiko, yaitu :
1. Bagian Dt. Sibijayo (Penghulu Pucuk Pitopang) penghulu andikonya Dt. Domoanso
2. Bagian Dt. Bosa (Pitopang) penghuu Andikonya Dt.Bandaro
3. Bagian Dt.Tumangguang penghulu Andikonya Dt. Rajo Melayu
4. Bagian Dt. Majo Indo, penghulu andikonya Dt. Mangkuto
5. Bagian Dt. Pangulu Basa, penghulu andikonya Dt. Marajo
6. Bagian Dt.Patiah , penghulu andikonya Dt,Paduko Indo
Nagari Pangkalan yang terdiri atas lima suku dan bermamak nan dua belas, bermalin nan dua belas, serta dilengkapi pula dengan hulubalang nan dua belas.
Adapun penghulu yang dua belas adalah :
1. Dt. Sibijayo(Pitopang) yaitu kambuik baniah tampang pusako, apabila terjadi masalah adat dan pusaka, maka dikepalai oleh Dt. Sibijayo suku Pitopang.
2. Dt. Basa (Pitopang), yaitu talago undang kebulatan cupak, apabila tumbuh dalam undang-undang dalam nagari di kepalai oleh Dt. Basa. Tetapi apabila dari penyelesaian undang Dt. Basa tidak hadir maka Dt. Sibijayo boleh memutuskan suatu perkara dalam kerapatan, begitu juga sebaliknya apabila Dt. Sibijayo tidak hadir maka DT. Basa dapat pula memutuskan suatu perkara, sebab keduanya disebut adalah Kayu panjang berkerat dua. Dan inilah yang disebut dengan Ampek Ganjia Limo Ganok.
3. Dt. Tumanggunag ( Madahiliang) bertugas suluh sigi jaksa dalam nagari
4. Dt. Patiah (Caniago ) yaitu neraca adat akan menimbang sama berat mengukur sama panjang
5. Dt. Majo Indo (Piliang) bertugas sebagai cermin terus, yaitu akan melihat hingga picak boleh dilayangkan dan bulat boleh digolongkan
6. Dt. Penghulu Basa (Domo) yaitu menjadi payung panji, artinya hujan tempat berteduh, panas tempat berlindung
7. Dt. Bandaro (Pitopang ) pucuak gadang karantau, paisi kato dalam sidang
8. Dt. Domoanso ( Pitopang), gadang dalam alek jamu, penyigi segala makanan
9. Dt. Mangkuto (Piliang) suluah bendang dalam nagari
10. Dt. Marajo (Domo) Kunci balai dalam nagari
11. Dt. Rajo Malayu (Melayu) pangua tabuah dibalai
12. Dt. Panduko Indo ( Caniago) antiko adat dalam nagari
Dalam tiap-tiap Payuang itu ada juga yang menjadi Malin , Manti dan Hulubalang, yaitu :
1. Dalam Payuang Dt. Sibijayo, malinnya Kali Marajo, Mantinya Mangkuto Sinaro dan Hulu Balangnya Majo Garang.
2. Dalam Payuang Dt.Majo Basa, Malinnya Malin Marajo, Mantinya Jalano dan Hulubalangnya Maro Indo,
3. Dalam Payuang Dt. Tumangguang, malinnya Kali Marajo, Mantinya Rajolelo, Hulubalangnya Rajo Imbang.
4. Dalam Payuang Dt.Majo Indo, Malinnya Malin Sidi, Mantinya Paduko Sati, Hulubalangnya Intan Bagagar.
5. Dalam Payuang Dt, Panghulu Basa, Malinnya Angku Nandung, Mantinya Rajo Skandar, Hulubalangnya Bono Kampar.
6. Dalam Payuang Dt.Patiah, Malinnya Malin Saidi, Mantinya Gindo Simarajo dan Hulubalangnya Panglimo Sutan.
Dalam Kerapatan Adat . Dt. Tumangguang duduk di sebelah kiri Dt.Sibijayo sebagai kedudukan bapak dengan anak dan disebelah kanan duduk Dt.Basa
Pulutan 19 Mei 2022
Saiful Guci. Dt.Rajo Sampono