Ilustrasi Gambar: wikipedia |
Disalin dari kiriman FB Saiful Guci
Ciloteh Sejarah – Kembali masuk dalam kotak percakapan facebook dari Ireng Noviardi Suku Pitopang Kemanakan Dt.Sibijayo Nagari Pangkalan yang menanyakan tentang :
1. Dalam catatan atau buku yang ada pada pak Saiful , Kapan waktu adanya andiko 44 , apakah di zaman awal Aditiawarman atau di zaman Kerajaan Pagaruyuang ?
2. Apa itu Andiko 44 ?
3. Apa hubungan Luhak 50 Koto dengan Andiko 44 ?
4. Dalam menyelesaikan perkara yang ada di Kampar V Koto, ada disitu peran Dt.Sibijayo membawa perkara ke Payakumbuh apabila perkara tersebut belum putus di Kampar, kenapa di bawa ke Payakumbuh ?
Kapan adanya Andiko 44 ?
Belum ada tulisan terkait kapan waktu adanya Andiko 44, namun apabila pernah membaca tambo Rajo-rajo “Oendang Oendang Adat Limbago” secara tersirat adanya wilayah Luhak Tanah datar, 50 Kota dan Agam sampai kepada rantaunya atau disebutlan Andiko 44 yaitu sejak Kerajaan Pagaruyuang dipengaruhi Agama Islam, dimana pemerintahannnya barajo, bapamuncak,baindomo, batuan qadi dan ba sultan. Dan di setiap nagari dibentuklah para penghulu untuk memimpin anak kemenakannya. “ Luhak bapangulu rantau barajo” Kemungkinan di Abad ke-17.
Kalau dahulunya orang minangkabau mempunyai falsafah Alam Takambang Jadi Guru adalah falsafah setingkat dibawah falsafah agama, maka filsafat bertolak dari agama (Islam) adalah tingkat filsafat tertinggi. Sesuatu yang berdasarkan “kalam” Tuhan melalui Nabi dan Rasul-Rasul-Nya, dan Islam dengan Kitab suci Al-Quran pada abad ke-13 telah masuk ke Minangkabau.
Pada abad ke-17 terjadi sebuah kebulatan orang Minangkabau yang menjadikan agama Islam satu-satunya agama di Alam Minangkabau, dan sejak itu semuanya di Minangkabau diberi nuasa Islam. Sejak dari angka-angka yang semula orang Minangkabau memakai angka-angka genap saja, dengan Islam dikenalkan dengan angka-angka ganjil ( semula dikenal dengan Cupak nan duo, adanya kato nan ampek, adat nan ampek, pusako nan ampek, undang nan ampek, hukum nan ampek, kaampek suku, undang nan salapan, undang nan 12, sumbang nan 12, kemudian diperkenalkan dengan Keesaan Allah, Rukun Islam yang lima,tujuh pitala bumi, 13 rukun sholat, 17 jumlah rakaat dan sebagainya )
Sebelum adanya kitabullah, pemerintahan yang berdaulat, manusia telah membuat aturan-aturan yang mengayomi kehidupan mereka. Hal ini terdapat dalam pepatah adat yang berbunyi,:
Panakik pisau sirawuik/ Panarah batang lintabuang /Ambiak salodang jadikan nyiru /Satitiak
jadikan lauik/ Sakepal jadikan gunuang /Alam takambang jadikan guru.
Filsafat adat “alam takambang jadi guru”, yang berates-ratus tahun menjadi landasan kehiddupan orang Minangkabau, yang “ maambiak tuah ka nan manang, maambiah contoh kanan sudah,jikok mancancang balandasan, kok malompek batumpuan, patah lidah bakek alah, patah karih bakeh mati, jikok bajalan dinan pasa, jikok bakato dinan bana, jikok manjujuik dinan salasai, jikok manyauak dinan janiah,dan dengan datangnya agama Islam, pelaksanaan falsafah alam takambang jadi guru itu diberi nuasa Islam, dan Islam memperkokoh adat lembaga Minangkabau itu, yang dipatikan dengan sumpah sati Bukik Marapalam . dalam batang pasambahan disebutkan : “Sajak samulo sumue bakali, rantiang bapatah, luhak dibari barajok, canang bagua dalam nagari, nagari bakaempek suku, jalan duo nan batampuah, partamo jalan manuruik adaik, kaduo jalan manuruik syarak, syarak mangato adaik mamakai “.
Semua yang sudah berstatus nagari pada masa itu harus melengkapi dengan sebuah Masjid nagari sehingga menjadi syarat sebuah nagari "balabuah batapian, ba balai bamusajik" dan seterusnya, dan masjid syarat mutlak untuk dikatakan sebuah nagari.
Kemudian semua nagari yang sudah ada di ulang penataannya, dan penataan baru bernuansa Islam, dan dalam penataan baru itu ada kampung yang ditambah jumlahnya, ada yang dikurangi, ada penghulu yang ditambah karena penghulu yang ada tidak cukup untuk menjadi struktur baru, ada suku yang ditambah atau digabung (komposit) sehingga bentuk struktur nagari benar benar Islami.
Minangkabau dari segi struktur kepemimpinan menganut sistem kepemimpinan adat kolektif yang berkedudukan disetiap Kaum atau Nagari. Dalam struktur kepemimpinan ini dikenal istilah Urang Nan Ampek Jinih dan Jinih nan Ampek. Urang Nan Ampek Jinih adalah istilah untuk menyebutkan 4 (empat) unsur pemangku adat di Minangkabau. Sementara Urang Jinih nan Ampek adalah orang atau unsur yang membantu malin pemangku jabatan pelaksanaan keagamaan (syara’). Unsur Urang Nan Ampek Jinih tersebut adalah Pangulu (Penghulu), Manti, Dubalang dan Malin. Sementara Jinih nan Ampek tersebut adalah Imam, Katik (Khatib), Bila (Bilal) dan Qadhi.
Dalam tutua nan badanga warih nan bajawek disebutkan , sebelum masuknya bangsa Arab ke Ranah Minangkabau terlebih dahulu masuk bangsa Romawi. Sejarah akan membuat kita bijaksana, berbikir dewasa, dan menghormati peradaban dan budaya. Termasuk sejarah tentang peradaban Romawi kuno yang telah banyak menyumbangkan berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan. Salah satu sumbangan terbesar peninggalan Romawi Kuno adalah simbol angka-angka Romawi yang masih kita gunakan sampai sekarang ini. Betul-betul ilmu pengetahuan yang hebat. Pantas di dalam Al-Quran pun disinggung tentang kehebatan Romawi zaman dulu. Bahkan diabadikan menjadi nama dalam Al-Quran surat Al- Ruum.
Artinya penulisan nama nagari-nagari dan Luhak di minangkabau ada yang memakai angka Romawi : I (1), II(2), III(3), IV(4), V(5), VI(6), VII(7), VIII(
, IX(9), X(10), L(50), C(100), D (500), M(1000. Dalam penulisan angka Romawi apabila angka I diletakkan di sebelah kiri artinya pengurangan dan bila angka I diletakan disebelah kanan artinya penambahan. Dan penulisan dalam regering dan administrasi Belanda di temukan, penulisan Luhak 50 hanya dengan angka “ L “ yakni L Kota’s. dan tentu bila menulis Andiko 44 dituliskan “Andiko XXXXIV”.
Merujuk kepada apa yang disampaikan Sutan Mahmoed bahwa Luhak 50 Kota dengan 13 Kelarasan merupakan simbol Islam tentang sholat dimana perintah ibadah shalat lima waktu bermula. Nabi pun menerima perintah shalat tersebut langsung dari Allah SWT dalam perjalanan Isra Miraj ke langit. Perintah tersebut berupa, bagi umat Nabi Muhammad diperintahkan untuk beribadah shalat sebanyak 50 kali dalam sehari.
Nabi Muhammad pun menerima perintah tersebut, lalu bersama Jibril turun dari Sidratul Muntaha. Beliau pun akhirnya turun, lantas berjumpa dengan Nabi Musa. “Umatmu tidak akan sanggup melakukan itu, kembalilah ke Rabb-Mu dan mintalah keringanan untuk umatmu,” nasihat Nabi Musa.
Lantas, Nabi Muhammad pun minta diantar kembali menuju Allah SWT. Malaikat Jibril pun mengantar beliau kembali dan Nabi Muhammad mengutarakan keinginannya. Lalu Allah SWT memberikan keringanan lagi kepada umat Nabi Muhammad. Keringanan itu berupa, salat tidak lagi 50 waktu dalam sehari, melainkan berkurang menjadi 10 waktu salat dalam sehari. Nabi Muhammad pun turun lagi, lalu bertemu lagi dnegan Nabi Musa. Nabi Muhammad pun menceritakan perintah yang ia terima tersebut, berikut keringanan salat untuk umat manusia jadi 10 kali dalam sehari.
“Kembalilalah lagi kepada Rabb-Mu dan mintalah keringanan,” nasihat Nabi Musa. Beliau pun akhirnya kembali lagi ke langit dan itu terjadi beberapa kali. Hingga akhirnya perintah Allah SW pun mengabulkan permintaan beliau menjadi 5 waktu saja dalam sehari.
Lima waktu itulah yang kita kenal saat ini menjadi salat Subuh, Zuhur, Asar, Magrib dan Isya. Inilah salah satu hikmah Isra Miraj, peristiwa yang begitu bersejarah dalam Islam. Wallahu a'lam.
Dalam tambo disebutkan ada 50 rombongan yang datang dari Pariangan Padang Panjang sampai di Padang Siatah hilang V rombongan, akhirnya ke lima rombongan ini diketahui sampai di Kampar ( Kuok, Bangkinang, Salo, Air Tirih dan Rumbio).
Kita Cocologikan 50 jumlah perintah sholat 50 kali sehari semalam dan kemudian hanya yang dijalankan 5 kali sehari semalam . Simbolis dari Luhak (kurang) dari 50, dengan 13 Kelarasan simbol 13 rukun sholat.
Luhak Agam ( kurangi Agama lain, hanya satu Agama Islam di Minangkabau dengan 20 Kelarasan yang merupaka simbolis Sifat 20. Luhak Tanah Datar merupakan simbol tanah asal dengan 33 kelarasan (jumlah zikir).
Hubungan simbol Luhak 50 (L) dengan Andiko 44 adalah . Simbol Luhak 50 ( L) ini melalui proses pengurangan 4 x 10 dan berakhir 1 kali sehari 5 Kali dengan simbolik XXXXIV (44). Mari kita perhatikan simbolis Andiko 44 menurut Islam :
1. V Koto ( Kuok, Bangkinang, Salo, Aie Tirih dan Rubio ) adalah rukun Islam yang Lima.
2. Rokan IV Koto dan Pintu Rayo (V Selo) ,asal kata “Rokan” adalah dari bahasa Arab “Rokana” yang artinya damai atau rukun, artinya kita harus melaksanakan sholat sehari semalam 5 waktu.
3. XIII Koto Kampar merupakan simbolis , untuk sahnya sholat harus melaksanakan 13 rukun.
4. VIII Koto Sitangkai (Kampar Kiri) merupakan simbolis ada delapan Pintu Sorga.
5. X Koto di Tapung merupakan simbolis satu kebaikan akan dibalas 10 kebaikan. Ibaratkan tanaman yang mempunyai 7 tangkai ( Tapung Kiri VII) dan ada yang mempunyai 3 tangkai (III Tapung Kanan).
6. III Koto Sibalimbiang merupakan simbolis 3 kekuatan, yaitu Islam, Iman dan Ihsan
Apa itu Andiko Nan Ampek Puluah Ampek (44) ?.
Diwilayah aliran sungai kampar kanan dibentuk andiko nan 44 yang dulunya dikenal dengan Minangga Tamwan . Ali Akbar Dt.Pangeran (1999), dalam bukunya “Kemitraan Adat Tali Berpilin Tiga “
menjelaskan dengan batas : “ Singgo (hingga) sipisak sipisau hanyuik (hanyut), singgo sialang sipinang tungal, singgo air berlembakan, bapantau basilimang, pitulu simali-mali, 40 tapung dikampar, 4 dikapur Sembilan, seorang duduk dipintu rayo limo selo nan di Rokan”.
Bahwa Andiko 44 adalah bentuk pemerintaan Kompederasi tampa Raja. Pucuk Andiko 44 berada di di Muaro Takus dengan pucuk adat Datuk Rajo Dubalai yang terinci dalam Sembilan Nagari antara lain :
I. Nagari V Koto Kampar Bangkinang dengan 5 Pucuk Andiko:
1. Dt. Bandaro Sati di Nagari Bangkinang di bantu serambinya Dt. Parmato di Salo dan Dt. Bandaro di III Koto Sibalimbiang.
2. Dt. Bosa di Nagari Kuok
3. Dt. Bandaro Hitam di Nagari Air Tiris dengan panungkeknya Dt. Gadang di Rumbio
4. Dt. Tumangguang di Nageri Kampar
5. Dt. Gadang di Nagari Tambang dengan penungkeknya Dt. Basa di Tarantang.
II. Nagari XIII Koto Kampar dengan 13 Pucuk Andiko
1. Dt, Rajo Dubalai adalah pucuk andiko 44 berkedudukan di Muara Takus.
2. Dt. Bandaro di Nagari Tanjuang
3. Dt. Sati di Nagari Gunuang Malelo
4. Dt. Rajo Kampar di Nagari Sibiruang
5. Dt. Bosa di Nagari Tabiang
6. Dt. Tumangguang di Nagari Gunuang Bongsu dan dibantu oleh 2 orang serambi (panungkek) yaitu Dt. Sindo dan Dt. Bandaro Mudo.
7. Dt.Khulifah berkedudukan di Nagari III Koto dibantu oleh 3 orang , yaitu : Dt. Bandaro Sati di Batu Basurek, Dt. Rajo Pangulu di Binamang dan Dt. Bandaro Mudo di Tambulun.
8. Dt. Malintang di Nagari Koto Tuo
9. Dt. Bosa di Nagari Pongkai dengan serambi- nya Dt. Parabu.
10. Dt. Bosa di Nagari Tanjuang Alai
11. Dt. Puto di Nagari Muaro Mahat
12. Dt. Tandiko di Nagari Pulau Gadang
13. Dt. Rajo Mulia di Nagari VIII Koto Satangkai
III. Nagari V Selo Rokan dengan 5 Pucuk Andiko
1. Dt. Bandaro di Nagari Rokan yang meliputi Rokan,Pandolian,Lubuak Bandaro dan Sikabau
2. Dt. Bandaro di Nagari Tambusai
3. Dt. Bandaro di Nagari Rambah
4. Dt. Bandaro di Nagari Kepenuhan
5. Dt. Bandaro di Nagari Kuntu Darusslam
IV. Nagari Tapung dengan 4 Pucuk Bandaro
1. Dt. Bandaro di Nagari Sinamo Niniak yang meliputi Danau Lancang dan Sikijang yang dibantu penungkatnya Dt.Bandaro Mudo
2. Dt. Bandaro di Nagari Ujuang Batu dengan di bantu penungkatnya Dt.Bandaro Mudo di Nagari Tandun
3. Dt. Bandaro di Nagari Kasikan yang meliputi Nagari Batu gajah dan Patapahan yang dibantu penungkatnya Dt. Majo Indo di Nagari Pantai cermin.
4. Dt. Bandaro di Nagari Aliantan, penungkatnya Dt. Bandaro Mudo di Nagari Kabun dan Dt.Bandaro Mudo di Nagari Koto Ranah.
V. Nagari – Nagari Muara Soko dengan 1 Pucuk . Dt. Marajo Basa berkedudukan di Nagari Buluh Nipis, dibantu oleh Dt. Gadang untuk Taluk Patai dan Pangkalan Baru. Sementara Dt. Gadang dan Dt. Sinaro untuk Nagari Buluah Cino, Lubuak Siam, Taratak Buluah, Kampuang Pinang dan Pantai Rajo. Kemudian Dt. Monti Rajo dan Dt.Marajo untuk Nagari Pangkalan Bunut dan Kuala Kampar,
VI. Nagari Kampar Kiri dengan 5 Kholifah/ Pucuk
1. Dt. Bosa di Nagari Gunuang Sahilan yang meliputi Nagari Lipat Kain dengan penungkatnya Dt. Singo Rajo Babandiang sampai ke Nagari Sungai Pagar, Mantulik, Simalinyang, Kabun Durian dan Teluk Paman.
2. Dt. Rajo Bandaro di Nagari Kuntu, Padang, sawah, Domo dan Gema
3. Dt. Gadang di Nagari Batu Sanggan, Miring, Salo, Tarusan, Pangkalan Sarai, Aur Kuniang dan Gajah Batulik.
4. Dt. Majo Basa di Nagari Ludai, Koto, Ramo, Batu Sasak, Pangkalan Kapas, Kabun Tinggi dan Tanjuang Karang.
5. Dt. Bandaro di Nagari Ujung Bukit, Pasir Ramo dan Tanjuang Balik
VII. Nagari Singingi Kampar Kuantan dengan 1 Pucuk Andiko.
1. Dt.Bandaro di Nagari Singingi dan Kuantan dibantu oleh Dt. Tumengung Rajo di Indragiri Hilir.
VIII. Nagari VI Koto Bungo setangkai dengan 6 Pucuk Andiko
1. Dt. Sibijayo di Nagari Pangkalan
2. Dt. Paduko di Nagari Tanjuang Pauah
3. Dt. Sindo di Nagari Tanjuang Balik
4. Dt. Mangkuto di Nagari Koto Alam
5. Dt. Bijo di Nagari Gunuang Malintang
6. Dt. Bosa di Nagari Lubuak Alai
IX. Kapur IX dengan 4 pucuk Andiko
1. Dt. Bandaro Kuniang di Nagari Muaro Paeti (Koto Bangun )
2. Dt. Bandaro Hijau di Nagari ( Koto Gilingan) Durian Tinggi- Sialang
3. Dt. Bandaro Kayo di Nagari Koto Tuo Ateh ( Koto Mari )
4. Dt. Bandaro Sati di Nagari Muaro Lolo.( Mudiak Paiti ) Barajo Ka Bandaro sati di Mudiak Muaro Paiti.
Apa hubungan Luhak 50 Koto dengan Andiko 44 ?
Di Nagari Limbanang Kecamatan Suliki Kabupaten Limapuluh Kota ada disebut dengan batu sandaran niniak nan Barampek dan dipercayai adalah untuk tempat Niniak Nan Barampek melakukan sumpah satie yang berisikan: “Salagi buruang Gagak barwarana hitam, Salagi putiah awan dilangik, maka : Sahino Samalu, Sasakik Sasanang, Sapantang Sapanjotian, Salotak Satariak. Surang Taimbau Ampek Datang.”
Adapun Niniak Nan Barampek tersebut adalah :
1. Datuak Bandaro memiliki wilayah di Mahek,
2. Datuak Majo Indo yang memiliki wilayah : Koto Laweh, Baruah Gunuang, Koto Tinggi, Pua Data, Talang Anau, Tanjuang Bungo, Sungai Naniang. Sungai Rimbang, Andiang, dan Limbanang mengaku datang dari Mahek.
3. Datuak Siri Maharajo yang memiliki wilayah : Mungka, Jopang Manganti, Talang Maua, Simpang Kapuak, Sungai antuan, G.Bungsu, dan Gunuang Malintang juga mengaku datang dari Mahek.
4. Sementara Datuak Rajo Dubalai juga mengaku berasal dari Mahek yang memiliki wilayah di Muaro Takuih (XIII Koto Kampar ,Riau) menjadi pucuak andiko 44.
Disebut juga Limbanang Koto Laweh, Mungka, dan Mahek dengan “ Tigo Tungku di Hulu Kampar Kanan “ yang merupakan pematang Ranah dengan Kampar yang mempunyai 4 buah balai adat, yaitu :
1) Balai Nan Panjang Koto Laweh Limbanang Koto Ipuah adalah tahta pahukuman dihulu Rajo adat tungku nan tigo dari niniak nan barampek hulukampar.
2) Balai Batu di Nagari Mahek Aur Duri
3) Balai Tuo Gontiang Putuih di Mungka
4) Balai Tanah Marabau di Muaro Takuih Talago undang.
Peranan Dt.Sibijayo dalam menyelesaikan perkara di V Koto
Dalam tambo Kampar Dt.Sibijayo disebut juga dengan Dt.Seribu Jayo karena mempunyai pasukan lebih 1000 orang . Kemudian H.Datoek Toeah,” Tambo Alam Minangkabau”.Payakumbuh: Limbago, 1934. Menuliskan “ Kalau ada perkara di Lima Koto Bangkinang pertama rapat di Balai Tanah, kemudian kalau tidak selesai baru diadakan rapat di Pasir Merabau, kalau tidak juga selesai disini baru pergi kepada Niniak Nan Barampek (Dt, Bandaro, Dt. Rajo Dibalai, Dt. Majo Indo,dan Dt. Siri ) yang dibawa oleh Dt. Sibijayo di Koto Pangkalan.
Apabila tidak selesai juga oleh Niniak Nan Barampek barulah diserahkan kepada Dt. Rajo Tan Aduh ber kedudukan di Koto Laweh, yang dilanjutkan ke Balai Gadang Payakumbuh. Sebab Balai Gadang adalah “pusek jalo kumpulan tali” oleh Luhak Limopuluah dan di selesaikan oleh Raja Tiga Sandi, yaitu :Dt. Sibarabin Nasi, Dt. Sidi Awal, dan Dt. Rajo Nun.
Demikian keterangan yang bisa saya bantu, kalau salah tolong luruskan.
Pulutan 24 Mei 24 Mei 2020
Saiful Guci
=======================
Baca juga:
Hubungan Kebudayaan Melayu, Andiko Ampek Puluah Ampek, dan Luhak Limo Puluah Koto