Ilustrasi: pinterest
SEKILIM SEJARAH TENTANG BUMI PUTERA
Catatan Kecil Oleh :
Yulfian Azrial
MASYARAKAT Bumiputera (Malayu) di Nusantara sejak dulu sebenarnya tak pernah merasa terpisah sebagai Malaysia, Singapura, Brunai, Patani Pataya, hingga Champa dan Filipina ( yang di Mindanao ataupun di sekitar Fi Amanillah), serta Indonesia ( yang di Tanah Rencong, Tanah Jawa, Tanah Tapi, Gorontalo, Bugis Goa, Al Mulk hingga Papua).
Apalagi mereka yg bermukim di pulau Sumatera, dan Semenanjung Malaya. Para Bumiputera di Pulau Sumatera dan Tanah Semenanjung malah dulu suka berkumpul di Bukittinggi. Bahkan mereka yang sering berkumpul di Bukittinggi inilah yg mempopulerkan istilah Bumi Putera. Bank Nasional 1930 ( Bank Bumiputera pertama ) adalah salah satu bukti sejarah peninggalan mereka dan telah menjadi nafas dan perekat silaturrahim serta langkah perjuangan mereka.
Inilah sebabnya tak ada istilah pendatang bagi sesama Bumiputera. Apalagi istilah pendatang haram. Mereka bebas dan diterima dengan hangat dan bahkan saling membantu dan melayani kepentingan di mana-mana sebagai saudara. Pertemuan-pertemuan seluruh unsur bumiputera di Bukittinggi ini terus berlangsung hangat dan intensif sampai ke zaman di sekitar proklamasi kemerdekaan. (Bahkan bagi mereka dan sejumlah para anak cucu mereka, persaudaraan itu terus diwariskan hingga sampai kini. Mereka masih saling bersilaturrahim dan saling kabar-mengabari)
Sewaktu proklamasi kemerdekaan Piagam Jakarta sebagai sumpah setia dan komitmen bersama Seluruh Unsur Kelompokj Masyarakat Pejuang Kemerdekaan berhasil dirumuskan, disepakati dan dicanangkan, semua Bumiputera ini merasa menjadi bagian daripadanya. Tapi setelah terjadi pengkhianatan terhadap Piagam Jakarta yg merupakan kesepakatan seluruh unsur Bumiputera. Maka Bumiputera yang di Semenanjung (Malaya dan Singapura) merasa sangat kecewa dan merasa dikhianati.
Mereka kecewa dan marah sekali karena perjuangan bersama itu akhirnya kalah oleh tekanan agen kaum penjajah lewat para kaki tangannya. Kondisi ini tentu saja segera dimanfaatkan dengan baik oleh pihak Inggris (sekutu kaum penjarah kaki tangan zionis dan missi sebagai mana juga Belanda). Mereka mempertajam perbedaan dengan menyiapkan kemerdekaan bentukan mereka untuk Malaya (kemudian juga memisahkan Singapura), sebagai bom waktu untuk mengefektifkan politik pecah belah jangka panjang, agar mereka tetap leluasa 'berkuasa dan menjarah' serta menjadi tuan yang sesungguhnya di kawasan Nusantara.
Dari sini sangat jelas benang merahnya. Kenapa para pemimpin masa-masa awal di Malaya dan Singapura adalah orang-orang Minangkabau dan atau terkait dengan Minangkabau. Karena mereka sesungguhnya adalah para pejuang Bumiputera yang masih sering ngumpul di Bukittinggi saat itu. Istilah Bumiputera bahkan terus mereka pakai, sekaligus adalah untuk menjadi sindiran keras (dan pengingat) bagi Pejuang Bumiputera yg berada di Indonesia, yang telah kalah dan atau kemudian lari dari kesepakatan bersama, sebagai mana tertuang dalam Piagam Jakarta
#noteya_KubuTapakRajo, 9 Nopember 2017.
Setelah Bincang-bincang dengan Masri St Sinaro (Sahabat Seperjuangan Mohammad Natsir dan Nusyirwan Abbas Kamil, Sekretaris Team Pengembalian Bank Nasional 1930, salah seorang Pewaris Pemegang Saham Bank Nasional 1930 (Bank Bumiputera Pertama di Nusantara)
Disalin dari kiriman FB: Yulfian Azrial