Konflik antara Portugis dan Turki Usmani dilatarbelakangi oleh permintaan Kaisar Lebna Dengel dari Ethiopia pada tahun 1520 untuk membantu mengalahkan Imam Ahmed Gragan dari Somalia. Armada Portugis sampai di Mitsiwa pada tanggal 10 Februari 1521. Pasukan tersebut dipimpin oleh Cristóvão da Gama (putra kedua Vasco da Gama ) dan termasuk 400 musketeer, beberapa senjata lapangan yang memuat sungsang dan beberapa kavaleri Portugis serta sejumlah personel dan non-kombatan lainnya.
Perang terbuka antara Portugal dan Kekaisaran Turki Usmani dimulai pada 1538, ketika Turki Usmani dengan 54 kapal meletakkan mengepung Diu, yang telah dibangun oleh Portugis pada 1535. Armada Turki Utsmani dipimpin oleh Gubernur Mesir, Suleiman Pasha, tapi serangan itu tidak berhasil dan pengepungan gagal.
Portugis di bawah Estêvão da Gama (putra pertama Vasco da Gama) mengatur ekspedisi untuk menghancurkan armada Turki Usmani di Suez. Armada Portugis meninggalkan Goa pada 31 Desember 1540 dan mencapai Aden 27 Januari 1541. Armada tersebut mencapai Massawa pada 12 Februari, di mana Da Gama meninggalkan sejumlah kapal dan melanjutkan ke utara. Portugis kemudian menjarah pelabuhan Turki Usmani di Suakin. Sesampainya di Suez, dia menemukan bahwa Turki Usmani telah lama mengetahui serangannya, dan menggagalkan upayanya untuk membakar kapal-kapal yang terdampar. Gama terpaksa menelusuri kembali langkahnya ke Massawa, meski sempat berhenti untuk menyerang pelabuhan El-Tor (Semenanjung Sinai).
Pada bulan Februari 1542, Cristóvão da Gama dan pasukannya berhasil merebut benteng Adalite yang penting di Pertempuran Baçente . Portugis kembali menang di Pertempuran Jarte, menewaskan hampir semua kontingen Turki. Namun, Gragn kemudian meminta bantuan dari gubernur Turki Usmani-Yaman di Aden, yang mengirim 2000 musketeer Arab, 900 Jenissary Turki , 1000 musketeer Turki, beberapa prajurit Shqiptar (dengan senapan) dan penunggang kuda Turki. Dalam Pertempuran Wofla , pasukan Somalia dan Turki mengalahkan Portugis, Gama ditangkap dan dibunuh oleh Gragn sendiri karena menolak untuk masuk Islam.
Gelawdewos akhirnya dapat mengatur kembali pasukannya dan menyerap tentara Portugis yang tersisa dan mengalahkan Gragn (yang terbunuh) di Pertempuran Wayna Daga, menandai berakhirnya perang Ethiopia-Adalite (meskipun peperangan akan dilanjutkan tidak lama kemudian, pada akhirnya skala yang berkurang).
Di tempat lain di pertempuran laut Samudra Hindia juga sengit. Pada 1547 Laksamana Piri Reis mengambil komando armada Turki Usmani-Mesir di Samudera Hindia dan pada 26 Februari 1548 merebut kembali Aden , pada 1552 Muscat berhasil dirampas . Berbelok lebih jauh ke timur, Piri Reis gagal merampas Hormuz , di pintu masuk Teluk Persia. Pada 1554 Portugis mengalahkan armada Turki Usmani yang dipimpin oleh Seydi Ali Reis dalam Pertempuran Teluk Oman dan pada 1557 Turki Usmani merebut pelabuhan Massawa di provinsi Habesh. Akhirnya pada tahun 1559 Turki Usmani mengepung Bahrain tetapi Portugis berhasil menghalau serangan tersebut.
Dalam perang ini tidak secara tegas dapat ditemtukan siapa pemenangnya. Portugis tidak berhasil merebut akses masuk Mediterania melalui laut merah sehingga harus memutar melalui ujung selatan benua afrika yang beresiko mengancam pengiriman mereka. Sementara Turki Usmani tidak melakukan tindakan aksi lebih lanjut dalam waktu dekat, memilih untuk memasok musuh Portugis seperti Kesultanan Aceh dan beberapa kesultanan kecil lainnya baik langsung ataupun tidak. Sementara itu Portugis memperkuat hubungan komersial dan diplomatik dengan Kesultanan Safavid Persia, musuh bebuyutan Kekaisaran Turki Usmani.
Catatan: Kami mengganti kata "Ottoman" dengan "Turki Usmani". Penggunaan kata "Ottoman" mulai marak seiring dengan semain gencarnya unsur serapan bahasa asing ke dalam Bahasa Melayu di Indonesia.
Disalin dari kiriman FB: Riff ben Dahl
foto: wikipedia