Prasasti Mañjuśrīgrha/Candi Sewu (792M)
Prasasti ini adalah peninggalan Dinasti Sailendra yang pada saat itu memerintah Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Medang. Prasasti tersebut ditemukan pada tahun 1960 di sebelah kanan tangga pintu masuk kompleks Candi Sewu. Prasasti ini terdiri dari 16 baris, dipahat diatas batu menggunakan huruf Kawi dan berbahasa Melayu Kuno dengan unsur-unsur kata serapan dari bahasa Sanskerta. Prasasti Manjusrigrha diterbitkan pada tanggal 14 paro terang bulan, hari ke enam, bulan kartika, tahun 714 Çaka atau Jumat, 2 November 792 M.
Prasasti ini berisi keterangan mengenai diselenggarakannya sebuah upacara penyempurnaan (pemakaman) bagi Sri Nareswara (Maharaja) Dang Nayaka Dirandalurawa (Dharanindra) atau Sri Maharaja Indra yang telah mangkat. Sri Nareswara kemudian di Dharmakan di sebuah Prasada (bangunan suci). Wajrasana manjusrigrha adalah sebuah candi bercorak Buddha-Mahayana kedua terbesar di Pulau Jawa setelah Candi Borobudur. Komplekes Candi yang sekarang dikenal dengan nama Candi Sewu ini terdapat di kawasan Prambanan berjarak 800 meter dari Candi Prambanan.
Alih Aksara :
// Śri swasti śakawarsātīta 714 kārttika māsa caturddaśi śuklapaksa śukrawāra wās pon tatkālānda daŋ nāyaka di raaanada lūrawaŋ nāmanda mawrddhi diŋ wajrāsana mañjuśrīgrha nāmāñan prāsāda tlas si[d]a maŋdrsti mañamwahsi[d]a di daŋ hyaŋ daśadiśa w[d]ita yaŋ pranidhānanda naras samanta [p]untārā[-];
// phalāŋku marmangap punya di janmeni paratra lai kalpawrksa muah āku [d]iŋjagat sacarācarā sarwwasatwopajīwyaku sarwwasatweka nāya[k]a sarwwasatwa paritrāt sarwwasatweka wāndha[w]a;
//pranidhini mahātyanta śraddhāwega samudgata mañjuśrīgrha samumbh[r]ta sarwwa śrī sulawājana;
// prāsādeni kumangap ya punyānda śrī nareśwara iha janma paratrāŋku jānan sārak danan si[d]a;
// ini janma kuminta ya nissāraka
dali[b]iga ājñā naarendra sāna prstŋ […] […] di [ŋ] jagat traya;
// ājñānda kujunjuŋ nitya diŋ jameni paratra lai baraŋ kāryya mahābhāra āku mūah susārathi;
// swā[m]ikaryya[ka] daksāku sāmiwitta
ku parñama[n] swāmibhakti di[d]abhedya phalabhukti ānindita;
//phala punya kubhukti ya dari ājña nareśwara diŋ janmaga ticakreni swāmi mūah parāyana;
Terjemahan menurut Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah-DIY (2014) :
Pada tahun 714 Saka, bulan Karttika, hari ke 14 Paroterang, Jum'at, Nas, Pon, Dang Nayaka Dirandalurawa telah menyelesaikan prasada bernama Vajrasana Manjusrigrha;
Puaskan hati orang-orang yang bekerja bersama. Setelah Dang Hyang Dirandalurawa [Dharanindra] diselesaikan dalam upaya mulia ini;
Banyak orang dari segala penjuru datang untuk mengagumi penghormatan ini dari mereka yang telah meninggal dan memberikan pengorbanan mereka. Dari segala penjuru orang-orang hadir;
Semua makhluk penghuni kanayaka, semua makhluk yang dilindungi, semua Penduduk desa yang berkontribusi dalam upaya keberuntungan ini tampak sangat senang [puas] dengan selesainya Manjusrigrha, bangunan dengan puncaknya yang indah;
Prasada ini dipersembahkan oleh Sri Naresvara [Maharaja] yang sudah terwujud ke alam dewa [mangkat] Semua orang miskin, bodoh gelisah budak, tidak dapat memahami makna perintah Narendra sebagai sarana [kendaraan?] dunia;
Saya akan selalu menjunjung tinggi perintahnya sampai mati, begitu juga dengan karya-karyanya. dan oleh saya sebagai pengemudi [kereta] yang baik;
Kebijaksanaan [kecerdasan], pekerjaan, pikiran tuanku menenangkan, tuanku perhatian terus-menerus seperti makanan yang tidak ternoda;
Buah [hasil] dari perbuatan mulia ini diperoleh dari bimbingan Naresvara [Maharaja] atas manusia, dan perlindungan Tuanku adalah yang tertinggi.
Disalin dari kiriman FB Riff ben Dahl
Foto: kemdikbud