Tan Malaka & Islamisme
Hampir semua tokoh gerakan kiri di tahun 1920-an lahir dari gerakan Islam. Meski mereka belajar marxisme, tetapi keimanannya pada ajaran Islam tidak ditinggalkan. Bahkan, tidak jarang, mereka memadukan antara marxisme dan Islamisme. Sampai lahir jargon yang sangat terkenal zaman itu: “Kami Islam se-Islam-Islamnya. Dalam menghadapi kapitalis, kami Marxis se-Marxis-Marxisnya.”
Meski komunis tak berarti Tan Malaka adalah seorang atheis. Dalam tulisannya yang berjudul 'Islam dalam Tinjauan Madilog' tahun 1948, Tan Malaka banyak bercerita soal dirinya dan Islam dalam pandangan Madilog.
"Saya lahir dalam keluarga Islam yang taat... Masih kecil sekali saya sudah bisa tafsirkan Al-Quran, dan dijadikan guru muda. Sang Ibu menceritakan Adam dan Hawa dan Nabi Yusuf. Tiada acap diceritakannya pemuka, piatu Muhammad bin Abdullah, entah karena apa, mata saya terus basah (menangis) mendengarnya. Bahasa Arab terus sampai sekarang saya anggap sempurna, kaya, merdu jitu dan mulia," kata Tan Malaka .
Terkait pandangan Tan Malaka terhadap ajaran Islam, Harry A Poeze menyatakan, Tan Malaka itu tetap mengaku sebagai orang Islam meski dia punya pandangan Marxis.
Di tahun 1921, Tan Malaka menghadiri kongres Sarekat Islam (SI). Di sana ia bertemu tokoh-tokoh SI, seperti HOS Tjokroaminoto dan Semaun. Tetapi ia lebih terpikat pada Semaun.
Semaun, yang saat itu menjabat Ketua PKI, mengajak Tan ke Semarang. Di sana Semaun meminta Tan membantunya mendirikan sekolah-sekolah yang disponsori oleh SI-Semarang. Namanya SI school atau Sekolahan SI Semarang. Tan Malaka menjadi pengajar utama di sekolah tersebut.
Tak lama kemudian, karena kepiawaian organisatoris dan pengetahuan teoritiknya, Tan ditunjuk sebagai Ketua PKI pada Desember 1921. Yang menarik, seperti dicatat oleh Harry A Poeze, peneliti sekaligus penulis buku berjudul Tan Malaka: Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia, ketika menjabat sebagai Ketua PKI dari 1921-1922, Tan Malaka teguh mendukung proyek aliansi Islam-Komunis.
meski pernah menjadi ketua, Tan Malaka justru tidak disukai oleh elite-elite PKI.
Sebabnya, Tan Malaka tak mendukung pemberontakan PKI 1926-1927 dan justru mendirikan Pari. Tan Malaka juga lepas hubungan dengan Moskow karena dia kecewa atas sikap Stalin yang dinilainya pragmatis dan mengambil keuntungan dari pemberontakan yang berujung gagal itu. Saking tak sukanya, Muso bahkan sempat berucap akan menggantung Tan Malaka jika bertemu.
dukungan Tan Malaka terhadap aliansi Islam-Komunis juga ditunjukkan di forum komunis Internasional. Pada Kongres Komunis Internasional ke-empat, 12 November 1922, Tan Malaka menyatakan perlunya dukungan terhadap Pan-Islamisme dalam kerangka melawan imperialisme.
Seruan Tan Malaka didukung oleh seorang perwakilan dari Tunisia dan seorang delegasi Belanda. “Saya tidak mendapat jawaban apapun, kendati pidato saya mendapat sambutan hangat dari Kongres,” kata Tan Malaka. Kendati tidak menyalahkan taktik PKI yang beraliansi dengan Sarekat Islam, tetapi Komintern tetap mengutuk Pan-Islamisme.
Disalin dari kiriman FB Botol Kecap di Grup Masa Hindia Belanda
Baca juga: