Gambar Ilustrasi: Mojok.co |
Masalah laten 'Jawasentis'
Prof. Dr. Deliar Noer dalam bukunya politik Islam menulis “dalam rangka konfrontasi dengan Malaysia yang diprakarsai oleh Soekarno keluarga PKI membentuk sukarelawan/i yang rela diterjunkan ke Malaysia, diantaranya termasuk isteri tokoh tokoh partai tersebut.
Sewaktu Ganyang Malaysia, Orang Jawa berbondong-bondong menjadi pasukan sukarela ke Malaysia. Dari sebuah sumber menyebutkan, banyak orang Jawa yang mendaftar, dibayar dalam Ganyang Malaysia mau masuk melalui Kalimantan untuk berperang dengan Malaysia. Saya pernah berjumpa dengan generasi sukarela ganyang Malaysia yang katanya orang tua mereka mendapat kemaafan dari raja dan diangkat menjadi keluarga. Pasukan terjun payung yang bingung karena tidak bisa melakukan apa-apa setelah sampai di Malaysia lantaran ketiadaan senjata dan perbekalan. Akhirnya mereka menyatu dengan masyarakat bukan sebagai pasukan berani mati, tetapi sebagai petani di Malaysia.
TKI/TKW yang kerja sebagai babu dan kuli mayoritasnya berasal dari Jawa walaupun mereka benci dengan Malaysia akibat tekanan kerja , tetapi setelah balik ke Indonesia mereka akan menggunakan logat Malaysia diantara sesama mereka. Bahkan, banyak diantara anggota RELA[1] yang menggunakan logat Jawa waktu menangkap TKI illegal. Sebuah Ironi di Malaysia, Orang Jawa menangkap dan memeras Orang Jawa. Menurut pengakuan seorang TKI, “Itu toke sudah bayar gaji kami ke sub yang Orang Jawa, tapi kawan kami itu melarikan uang itu ke kampung untuk bangun rumah dan kawin.” Orang Jawa menipu orang Jawa.
Berjalan-jalan ke kampung-kampung di Johor, Selangor dan masyarakat Felda saat ini, pasti anda temukan banyak sekali komunitas, kampung, desa, kedai Jawa. Tetapi dalam masyarakat itu biasanya mereka merasa tidak senang dikatakan orang Jawa walaupun adat budaya, sosial, nama, intonasi bahasa mereka masih sangat kental ke Jawa-jawaannya. Jejak mereka di Malaysia terekam dalam budaya seperti tari pendet, reog ponorogo dll. yang dipersengketakan beberapa waktu yang lalu.
Seorang tokoh asal Sumatera yang tidak mau disebut namanya pernah mengatakan di media,
"kami tidak akan mungkin berperang dengan Malaysia, Kalaupun juga terpaksa harus memilih, maka kami lebih baik berperang dengan Jawa daripada berperang dengan saudara kami di Malaysia."
Pertimbangan ini sangat logis karena hampir semua suku kaum yang ada di Sumatera juga ada di Malaysia. Mereka ada yang menjadi Menteri, Profesor, Jenderal dan sebagainya.
Menurut Prof. Dr. Othman orang Jawa di Indonesia tidak mau mengaku sebagai Orang Melayu, walaupun mayoritas tapi tidak 100% beragama Islam. Akan tetapi, Orang Jawa Malaysia dikatakan bukan Melayu mereka akan marah. Mereka dengan bangganya mengaku sebagai anak Malaysia, bagian dari bangsa Melayu dan beragama Islam. Muhaimin Iskandar sewaktu menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja datang ke Malaysia melihat keadaan pekerja-pekerja Jawa di Malaysia dalam hati saya berfikir, “tahu apa anda tentang Malaysia selain demi kepentingan mencari populeritas politik menjelang pemilu saja."
Masalah Jawasentris juga berlaku di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan sebagainya. Mereka hanya mau kekayaan alamnya, tetapi tidak mau membangunkan wilayahnya, itulah yang menyebabkan pemberontakan PRRI/Permesta yang diawali dengan pembentukan Dewan Banteng, Dewan Gajah dan Dewan Garuda. Walaupun pasukan Diponegoro dan Brawijaya dari Jawa pernah berperang dengan daerah tersebut, namun APBD mereka berasal dari wilayah itu dan secara berkala masyarakat Jawa dikirim sebagai transmigran ke wilayah yang kaya akan SDA tersebut.
Presiden Soekarno pernah berjanji bersumpah dengan menyebut nama Allah, dengan menangis dan memeluk kepada Tengku Daud Barueh akan memberikan kebebasan bagi Aceh untuk mengurus daerahnya sendiri dengan Syariat Islam yang telah mereka amalkan jauh sewaktu zaman Sultan Iskandar Al Tsani, ternyata juga dikhianati.Menyatunya sejarah Aceh Darussalam dimasa Sultan Iskandar Al Tsani dengan Johor-Riau-Lingga/ Malaka. Eratnya hubungan keluarga Diraja, jaringan cendekiawan muslim, suku kaum Aceh, Mandailing, Riau, Palembang, Minang, Rao, Jambi dan lain sebagainya. Keterkaitan sejarah yang panjang antara Semenanjung dengan Sumatera tidak akan bisa dihapus begitu saja.
Beberapa orang profesor dari Jawa kini mengabdi sebagai dosen tamu di Malaysia. Beberapa orang Jawa warganegara Malaysia sekarang menjadi tokoh anutan seperti Siddik Fadzil, Fadhilah Khamzah, Aziz Sattar dll. Artinya judul “Jawasentris” dengan tanda kutip di atas bukan berarti generalisasi.
Disalin dari kiriman FB: Riff ben Dahl pada 3 September 12.23
Catatan kaki oleh Admin:
[1] RELA adalah salah satu satuan yang bertugas merazia TKI di Malaysia