-KESAKSIAN BUNG HATTA TENTANG GESTAPU/PKI
Oleh: Poeng W. I. Lubis
Berikut saya sampaikan kesaksian dari Bung Hatta, bapak bangsa, dan salah-satu dari Dwi-Proklamator Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Kita semua tahu bahwa bung Hatta dikenal sebagai tokoh pemikir, yang tidak pernah emosional dan sangat tajam analisanya.
Saya cuplikan dari buku “Bung Hatta Menjawab”, sebagai berikut :
…Yang penting pertama-tama diketahui adalah tujuan PKI untuk merebut kekuasaan. Dan mereka tahu, bahwa kalau tidak meyakinkan Soekarno dulu, mereka tidak akan mendapat kekuatan. Ini prinsip pokok PKI waktu itu berdasar pengetahuan kita dari sejarah komunis di dunia, sejarah PKI di Indonesia, dan feeling berdasar kesadaran kita tentang keadaan masyarakat dan tingkat perkembangannya waktu itu.
Kampanye PKI akan memilih Soekarno jadi Presiden kalau ia menang dalam Pemilihan Umum tahun 1955, membantu dengan “gigih” gerakan untuk merebut Irian Barat dengan kekerasan (Trikora) dan gerakan Ganyang Malaysia (Dwikora), semuanya adalah gerakan yang kita sudah tahu ke arah mana geraknya. Karena itu kita tak heran kalau Aidit sampai mengusulkan dibentuknya Angkatan ke-5, disamping Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Kepolisian, yang dipersenjatai dan dianjurkannya agar terdiri dari para petani dan kaum buruh.
Semua itu tentu adalah persiapan ke Lobang Buaya, tempat penyembelihan dan pembunuhan yang ngeri dan di luar perikemanusiaan atas pemimpin-pemimpin Angkatan Darat. Jelas sekali hal ini menurut pola RRC, suatu hal yang sisa-sisa pikiran itu masih nampak dalam pola-pola Tri Panji dan Perjuta-nya sisa-sisa PKI latent yang nampak dari pemberontakan-pemberontakan Blitar (Jawa Timur) dan PKS/Paraku di Kalimantan Barat.
Untunglah waktu itu belum sampai terbentuk Angkatan ke-5 itu. Tetapi usaha-usaha Aidit ke arah perebutan kekuasaan makin hebat sejak awal tahun 1965. Apa saja digunakannya sebaik-baiknya. Saya ingat sekali, waktu PNI mengadakan kongres tahun 1965, tak lama sesudah itu PKI mengadakan Hari Ulang Tahun (HUT) pula. Semua pigura dan hiasan untuk Kongres PNI terus saja dipakai PKI untuk HUT nya. Pohon-pohon kayu, tembok-tembok, rumah-rumah orang, kantor-kantor, habis dicoreti gambar-gambar palu-arit.
Hal ini mengingatkan kembali kepada cara-cara PKI di Delanggu waktu RI di Yogya dulu. Saya sudah merasa, kalau PKI menang, Soekarno malah akan disingkirkannya, bukannya diangkat. Bagi tiap orang yang tidak buta hati, pasti akan arif dia, ke mana suasana sedang berkembang dan apa yang suatu waktu pasti akan meledak dan akan mengagetkan serta membukakan mata setiap orang…. (Hal 60-61)
… Waktu itu yang saya lihat, bahwa satu-satunya yang sanggup menghadapi PKI hanya tentara, Angkatan Darat yang dipimpin oleh Jendral Yani… (Hal 61)
… Saya mendengar pertama-tama berita penculikan dan pembunuhan pimpinan Angkatan Darat dari Simatupang, pagi tanggal 1 Oktober 1965 dan bahwasanya Nasution lolos dengan lari melompati pagar pekarang belakang rumahnya dan bersembunyi di balik sebuah pohon di sana, serta berita bahwa anaknya yang bernama Ade Irma Suryani terbunuh.
Waktu Wangsa Widjaja, Sekretaris saya datang, saya suruh mencek lagi mengenai berita itu. Kabar selanjutnya mengatakan bahwa Nasution setelah keluar dari persembunyiannya terus pergi ke Kostrad. Didapatinya Soeharto sudah mengambil tindakan. Mula-mula Untung menguasai RRI, kemudian terdengar pidatonya dan pengumuman mengenai Dewan Revolusi dan sebagainya. Tetapi malamnya terdengarlah pidato Soeharto, selaku Panglima Kostrad, setelah ia merebut RRI kembali serta menguasai keadaan seperti semula. Reaksi batin saya pertama-tama mendenga itu, ialah bahwa in pasti PKI lagi…… (Hal 74)
….Dari pihak Islam reaksi itu amat kuat, terutama mereka yang selama ini merasa tertekan… Setelah orang-orang Islam tahu bahwa PKI mengadakan kup [kudeta], tentara telah bertindak di bawah pimpinan Soeharto, maka rakyat pun ikut bergerak dan bertindak membantu tentara sampai hampir sukar untuk dikendalikan… (Hal 75)
…. Tindakan rakyat yang selama ini tertekan dan kemudian membalas tidak tanggung-tanggung, menunjukkan bahwa perkiraan Aidit itu tidak benar. Rakyat dulu yang dia kira di belakangnya, ternyata tidak sebanyak yang diperkirakannya. Hal itu disebabkan karena cara-cara Aidit selama ini yang didasarkan kepada pengerahan-pengerahan massa berbondong-bondong, disertai agitasi dan terror mental, sehingga banya orang hanya ikut-ikutan untuk mengamankan dirinya saja.
Itulah akibat dari kenyataan, bahwa faktor pendidikan dan keinsyafan tidak didahulukannya, bahkan diabaikannya, dibandingkan dengan gerakan-gerakan agitasi dan pengerahan-pengerahan secarai beramai-ramai. Jadi prinsip-prinsip yang dianutnya itu belum berakar dan belum dimengerti orang banyak….(Hal 76)
…. Mestinya kader yang betul mengerti dan insaf dibina lebih dulu oleh PKI sehingga mencapai jumlah yang cukup besar untu mendukung massa yang dikerahkan itu barulah cukup kuat. Tetapi mereka telah merasa kuat dan bangga dengan massa ramai-ramai dan selogan-selogan serta tempik sorak di lapangan rapat-rapat terbuka yang sering dibikin seperti keranjingan. Tapi semuanya tanpa akar yang tertanam kuat dalam masyarakat. Jadi kalau dalam rapat-rapat umum dan pidato-pidato yang hebat, nampaknya rakyat setuju semua. Tetapi di luar itu rakyat sebenarnya jengkel. Ini kurang diketahui oleh PKI…(hal 76-77)
Disalin dari kiriman FB Yokyes Gratis
Pada 2 Oktober 2020
Sumber: buku Bung Hatta Menjawab, Penulis Dr. Z. Yasni
Baca Juga: Kesaksian Bung Hatta ttg PKI
Foto: Tribunnewswiki