Sumber Gambar: https://dewandakwah.or.id |
Oleh: dasrielnoeha@yahoo.com
Dipinggir Kampung yang terlupa
Di dalam gubuk yang sudah tua
Cucu bertanya pada neneknya,
Nek, mana ayahanda tak pulang-pulang
Dah putih mata terus memandang
Diujung jalan nan bersimpang
Tempat dulu ia menghilang
Dipeluk Bunda dari belakang
Ayah telah lari lintang pukang
Katanya akan pergi berperang
Nek, mana bunda hamba tidak kembali
Dah kering air mata hamba sedari pagi
Rindu ke Bunda tidak terperi
Air kuminum serasa duri
Bunda berkata hanya pergi sehari
Ini sudah bertahun tidak juga kembali
Dia dipanggil oleh wali nagari
Sehabis subuh Bunda pergi,
Di simpang yang sama Bunda tidak terlihat lagi
Nenek bertutur pada cucunya,
Wahai cucu nenek juga tidaklah tahu
Perang ini sungguh tidak mau mengaku
Merenggut ayahmu dan bundamu
Entah di mana dia putraku
Kok hidup jenguklah aku
Kok mati dimana kuburmu
Wahai Siti menantu hamba
Anakmu sudah gedang di pangkuan Bunda
Siti di mana engkau berada
Tiap bunda tanya sama Buterpra
Katanya Siti ke kota raja
Di bawa komandan menemaninya
Bertahun sudah tidak ada kabar berita
Perang ini sudah lama usai,
Tahun 61 katanya telah selesai,
Anakku Amir dimana kau merasai,
Menantuku Siti dimana engkau kan ku tenggarai
Cucuku kurus menanti kalian,
Tiap hari menagis di tepian
Melihat temannya yang bersisian
Dengan orang tua mereka sedang kucindan
Menangkap rama rama terbang bersama
Serasa kalian membawa berita
Akhirnya tangisnya membawa sengsara
Badannya makin kurus membuat iba
Entah kan Selasa atau Rabaa
Kalian akan di susulnya kata nya menghiba
Wahai Amir dan Siti dengarlah Bunda,
Tidak kuat lagi rasanya menderita,
Akibat perang sudah terasa,
Bunda dan cucu sungguh menderita
Biarlah kami menyusul ananda
__________________________________________
Disalin dari: http://prri.nagari.or.id/nenek.php