![]() |
Gambar: Amal Shaleh |
“Dari Suhaib[1] berkata: ‘Dalam kalangan masyarakat sebelummu ada seorang raja yang mempunyai ahli sihir, ketika usia ahli sihir itu telah lanjut maka dia berkata kepada raja: Sesungguhnya aku telah berusia lanjut. Oleh karena itu, hendaklah paduka mengutus untuk hamba seorang anak muda yang akan hamba ajari ilmu sihir. Lalu sang raja mengutus seorang anak muda padanya.
Ketepatan jalan antara rumah anak muda dan ahli sihir itu ada seorang paderi,[2] dimana apabila anak muda itu hendak pergi ke rumah tukang sihir, maka ia akan berhenti dahulu di rumah pendeta. Disana ia duduk mendengarkan nasehat atau pengajaran daripada paderi tersebut. Jadi anak muda itu apabila hendak datang belajar kepada ahli sihir maka ia duduk terlebih dahulu di rumah sang pendeta untuk mendengarkan nasehat dan pengajaran darinya.
Akhirnya bila datang kepada ahli sihir, maka anak muda itu dipukul, karena keterlambatannya. Lalu anak muda itu mengadukan tindakan sedemikian kepada sang paderi, kemudian sang paderi berkata: “Apabila engkau datang kepada sang penyihir dengan terlambat dan engkau takut kepadanya maka katakan: ‘Aku terlambat lantaran urusan keluargaku' Apabila engkau takut kepada keluargamu, lantaran terlambat, maka katakan kepada mereka 'Aku terlambat lantaran mendengarkan ajaran tukang sihir yang terlalu lama.’