Ilustrasi gambar: manis madu |
Legenda/turi-turian/dongeng batak ""9""
Datuk Tongku Aji Malim Leman
Batang pangitean handor parsianggunan
(Peminpin penyambung lidah rakyat)
-----------------------------'
FB Suparhan Hasibuan - Oppu Martimus orang sakti pembuka perkampungan yg disebut PAYA ROBA. Yang semula sungai dan rawanya dipenuhi ular dan buaya. Hingga tidak aman buat pemukiman. Namun beliu menahlukkannya dengan keahlian berkolaborasi dengan mengendalikan jin penguasa angker tersebut. Hingga negeri itu makin ramai oleh pendatang baru dan mengangkat beliau sebagai peminpin. seperti pepatah HAPORAS MANJALAKI AEK NALAN. Warga mencari kehidupan yang aman.
Dengan kesaktiannya mampu membuat lubuk larangan, siapapun yang memakan ikan tersebut akan kembali hidup didalam perut. Yang bisa menyebabkan kematian kecuali di tabas/di obati oleh pembuat lubuk larangan tersebut.
Hingga buaya dan ular banyak yang mati karna memakan ikan tersebut. Lubuk larangan yg dibuat dengan wilayah dan batas-batas tertentu menjadi dipenuhi ikan yang banyak sekali, dan tidak takut dengan kedatangan siapapun. Hingga mau mandi saja kita harus menyinggkirkan ikan tersebut biar bisa menyelam. MARDOMU IKUR TU IKUR (sangat banyak tak terbayangkan)
Oppu Martimus juga bisa membuat penjaga kebunnya dari kalangan jin yang disebut Begu Ganjang. Siapa yg mencuri dan memakan hasil kebunnya tanpa ijin, perutnya akan membesar dan memanjang hingga pusat bisa mencapai tanah di obok-obok si begu ganjang. Rakyatnya sangat patuh tidak mau mencuri dan mengambil yang bukan haknya, lebih baik meminta karna oppu selalu memberi kalau di minta.
Beliau mempunyai beberapa putra dan seorang putri yang sangat cantik di beri nama PATI NI ARI. Rakyat sangat menyayanginya tida ada yg berani untuk melamarnya. Putri ingin lelaki yang berbudi dan berilmu tinggi setidaknya seimbang ayahnya. Suatu hari ada seorang pemuda melamar ternyata beliau putra Datu Parrasun. Ahli racun yg ditakuti. Rasun yang dibuat dari 99 jenis rittop (bulu-bulu gatal pada tumbuhan) mulai dari rittop bambu sampai rittop latong/jelantang. Rasun itu akan diisi oleh Attu Rasun hingga meminta tumbal harus memakan korban tiap-tiap 30 bulan purnama. Kalau tak dapat korban akan membunuh keluarga pemilik rasun tersebut.
Batara berilmu tinggi bisa saja memagar ghaib pemilik rasun untuk tidak bisa memberi kepada orang lain. Hingga kemakan keluarganya kalo keluarganya sudah habis. Dia sendiri jadi tumbal rasun itu sendiri.
Kalau rasun itu kena pada korban dengan gejala awal badan panas dingin. Kemudian dengan mimpi-mimpi buruk, tenggorokan terasa gatal-gatal, kemudian batuk-batuk sampai berdarah. Menyebabkan badan kurus, tinggal kulit dan tengkorak, tapi tetap hidup dan tak berguna lagi. Rasun itu bisa menyiksa manusia tersebut sampai mati kalau tidak diobati yang ahli /tabib rasun.
Lamaran pemuda tersebut ditolak ayahnya dengan halus, baginya tidak baik berhubungan dengan keluarga parrasun. Baginya untuk jadi keluarga harus TARPANGAN PANGANONNA (tidak perlu takut dan ragu memakan makanannya).
Datu Martimus membuat syarat untuk bisa mengambil ikan di lubuk larangan dan memakannya. Pemuda tersebut melaksanakannya ikan tersebut hidup kembali di perutnya dengan sakit dia berlari mengadu pada ayahnya. Tidak lama pemuda itu pun disembuhkan dengan kesaktiannya, namun tidak sempurna lagi ada teler-telernya.
Tindakan ini membuat Datu Parrasun murka dan ingin membuat perhitungan dengan mengirimkan racun tingkat tinggi. Hingga Oppu Martimus kena bersama dua putranya, Satu persatu rakyat terus kena rasun. Rasun itu bisa berjalan berbentuk sarumaer /lipan kecil.
Teror tersebut membuat tidak nyaman negeri Paya Roba. Setelah ayah dan saudaranya kena. Patiniari meminta bantuan pada Malim Leman seraya berkata akan bersedia jadi istri keberapa asal masalah negeri mereka bisa di atasi.
Malim leman langsung mengingat adeknya Doli Mangayap sudah dewasa. Serta memberi tugas tersebut. Dan Sidoli pun sangat tertarik dengan tantangan tersebut. Sebelum berangkat ayahnya Datu Punggur Niaji dan ibunya Putri Sundari memberi keris SITAWAR DINGIN. Keris itu adalah Parmanoan dari Raja Namora Bolon yang sangat bijak akan memberi keris kepada seseorang sesuai kemampuannya. Keris itu dibuat khusus untuk penyembuhan. Sarungnya dibuat dari susunan SAIT NI RONGGUR (gigi petir). Dibuat para ahli keris Raja Namora yang khusus buat Datu Punggur Niaji.
Dengan di bekali berbagai ajian dan obat racun yaitu Tor Sikutala bersama madu dan gula aren serta pusia landak. Si Doli pun berangkat ke Banua Paya Roba, negeri yang dulu hidup menjadi mencekam sekali. Separoh penduduknya kena rasun menyiksa dan mematikan secara pelan-pelan.
Setalah sampai ke Bagas Godang dia disambut putri Pati Niari dengan suka cita. Sebelum masuk ke Bagas Godang. merasakan hawa tidak nyaman. Si Doli segera mengeluarkan telur ayam dan mencabut keris Sitawar Dingin. Dengan membaca ajian; BISA TUMUR BISA SAPPAK SAR KERIS SITAWAR DINGIN MENAWARKAN SAGALO NAMARBISA TAWARLAH.. TAWARLAH.. TAWARLAH..
Kerispun ditancapkan kepada telur, tiba-tiba terdengar dentuman dimana-mana, para Attu Rasun serta Datu Parrasun semuanya meledak. Ternyata Paya Roba sedang dikepung para hantu. Si Doli pun masuk ke Bagas Godang dengan memberi air yang diramu dengan Tor Sikutala bersama gula aren dengan rendaman pusia landak dengan campuran tidak hilang rasa pahit dan manis.
Seluruh rakyat yang kenapun di obati, alhasil rakyat dan raja pun sembuh. Dan beliaupun dinikahkan dengan Putri Patiniari, dan diangkat menjadi Raja Doli / Deli. Maka disebut Tano Doli bagi orang Batak. (Kota medan sekarang)
Raja Doli membangun negeri itu dengan adil, rakyat sangat patuh dalam semangat MARSIALAP ARI. Tolong menolong tanpa mengharapkan balasan dari orang yang kita tolong. Marsitukkol tukkolan songon suhat di rudean. (Bantu membantu)
Bersambung....