Tulisan dibawah ini ditulis oleh orang non Melayu dan memiliki personal bias dan kebencian terhadap Bangsa Melayu. Ia kesal karena bangsanya dimasukkan ke dalam kelompok Bangsa Melayu, dan kita tahu bahwa salah satu sifat dan tabi'at mereka ialah sangat fanatik ke suku, mengagung-agungkan peninggalan leluhur mereka yang menurut mereka tinggi peradabannya, sedangkan kita Bangsa Melayu ini berada di bawah telapak kaki mereka, jajahan. Penulis tiada fahaman atas konsep Melayu dan berkiblat kepada sumber dan konsep-konsep yang ditawarkan orientalis dalam mengkaji dan menelaah. Kami sarankan sebelum membac tulisan ini, agar tuan juga membaca tulisan berikut sebagai pembanding:
- Hakikat Melayu
- Istilah Melayu dalam Kronologi Sejarah
- Alam Melayu
- Apa Itu Melayu
- Label Batak dan Melayu
Sebagai catatan bagi tuan; Melayu tiada hubungan dengan garis darah ataupun kode genetik (DNA). Konsep Bangsa Melayu merupakan pengaplikasian dari salah satu ajaran mendasar dari agama (Islam) kita yakni Ukhwah Islamiyah. Melayu ialah semua orang Islam beradat resam Melayu.
================
FB Dewi Sutomo - Pencetus konsep ras Melayu/rumpun melayu adalah Johann Friedrich Blumenbach (1752–1840),[1] seorang dokter sekaligus antropolog asal Jerman. Blumenbach menggolongkan rumpun Melayu ke dalam rumpun bangsa berkulit sawo matang. Ia menggunakan anatomi komparatif untuk mengklasifikasi ras manusia menjadi lima : Ras Kaukasoid = kulit putih
Ras Mongoloid = kulit kuning
Ras Melayu = kulit sawo
Ras Etiopia = kulit hitam
Ras Amerika = kulit merah
Konsep ras Blumenbach sendiri sudah dibantah oleh para ahli salah satunya pakar genetika asal Italia, Luigi Luca Cavalli-Sforza telah membuktikan bahwa membagi manusia dalam "ras" adalah suatu usaha yang sia-sia. Dengan demikian, dari segi biologi, istilah seperti "ras/rumpun Melayu" tidak dianggap lagi. Fenotipe seseorang ditentukan oleh hanya sejumlah kecil gen. Secara biologis, hanya ada satu ras manusia, yaitu Homo sapiens.[2]
Blumenbach bukanlah seorang peneliti lapangan langsung seperti Alfred Russel Walace dengan teori seleksi alamnya. Blumenbach mendapatkan informasi mengenai etnis Melayu dari jurnal-jurnal yang ditulis oleh Thomas Stamford Raffles saat Inggris menguasai Semenanjung Malaysia saat itu.[3]
Rafles meneliti mengenai struktur sosial etnis Melayu di semenanjung saat itu. Disaat yg lain dia juga mendapatkan informasi kalau etnis Melayu juga ada di pesisir sumatra. Penelitian dilakukan disekitaran Jambi & Bengkulu. Dari dua lokasi ini (semenanjung, pesisir sumatra) Raffles mengambil kesimpulan kalau Melayu bukanlah etnis, & segara mengklasifikasikannya sebagai "ras/rumpun". Informasi pengetahuan mengenai hal ini segera menyebar ke Eropa.[4]
Informasi itu juga dipakai oleh Blumenbach dalam konsep ras yang dia kembangkan. Mengambil nama "Melayu" untuk memukul rata semua etnis masyarakat yg mendiami seluruh wilayah kepulauan Asia Tenggara dari Madagaskar sampai ke pasifik masuk ke dalam "Rumpun Melayu". Blumenbach meyakini kalau semua masyarakat yang hidup di wilayah itu secara antropologi (budaya,bahasa) sama dengan Melayu yang hidup di pesisir Sumatra & Semenanjung.[5]
Klaim Blumenbach tersebut banyak di bantah oleh para ahli lainnya. Mereka menyebutkan ruang lingkup dari antropologi Melayu hanya terbatas di sekitaran semenanjung & pesisir sumatra. Istilah "Melayu" tidak bisa digunakan sebagai "rumpun/ras" untuk merangkumi masyarakat yang mendiami di semua wilayah tersebut. Ahli-ahli lainnya seperti Georgeos Cuvier, Julien Joseph Virey, Rene Lesson membuat klasifikasi sesuai konsep yang mereka kembangkan sendiri seperti rumpun Melanesia, Polinesia & Micronesia.[6]
Tahun 1899 seorang ahli bahasa & antropologi dari Austria Wilhelm Schmidt mengenalkan istilah "rumpun Austronesia". Diambil dari bahasa latin yg berarti orang-orang dari kepulauan selatan. Istilah ini dimaksudkan untuk menggantikan semua istilah antropolog yg merangkumi masyarakat dari asia tenggara-pasifik seperti Melayu, Melanesia, Polinesia, Micronesia yang dianggap sudah tidak relevan lagi.[7]
Sejak dari awal dicetuskan, konsep rasial "Rumpun Melayu" tidak pernah diterima secara umum.[8] Hingga saat ini benar-benar ditiadakan dalam dunia akademis. Dalam literatur akademis ilmiah saat ini istilah "rumpun austronesia" tidak hanya merujuk pada bahasa saja tapi juga masyarakat penutur bahasa tersebut serta geografis wilayah yang mereka diami.
Rand McNally’s World Atlas International Edition Chicago:1944 Rand McNally Peta: "Races of Mankind" Halaman 278–279
Reid, Anthony (2001). "Understanding Melayu (Malay) as a Source of Diverse Modern Identities". Journal of Southeast Asian Studies. 32 (3): 295–313
The Encyclopaedia Britannica: A Dictionary of Arts, Sciences, and General Literature. Vol. 15 (9th ed.). Henry G. Allen and Company. 1888. pp. 323–326.
Douglas, Bronwen (2008). "'Novus Orbis Australis': Oceania in the science of race, 1750-1850". In Douglas, Bronwen; Ballard, Chris (eds.). Foreign Bodies: Oceania and the Science of Race 1750–1940 (PDF). ANU E Press. pp. 99–156.
Bhopal, Raj (22 December 2007). "The beautiful skull and Blumenbach's errors: the birth of the scientific concept of race". BMJ. 335 (7633): 1308–1309
Gusinde, Martin (October 1954). Baerreis, David A.; Spuhler, James M.; Aberle, David F.; Collier, Malcolm; et al. (eds.). "Wilhelm Schmidt, S.V.D., 1868-1954". American Anthropologist. Wiley. 56 (5, Part 1): 868–870.
=========================
Catatan Kaki oleh Admin:
[1] Nama Melayu telah muncul pada tahun 644 M pada laporan Cina, klik DISINI
[2] Bangsa Melayu sebenarnya juga tidak menerima konsep ini karena defenisi Melayu tidak berdasarkan kepada garis darah atau kode genetik melainkan berdasarkan kepada Ukhwah Islamiyah. Orang Melayu ialah orang Islam yang beradat resam Melayu, jadi secara fisik, rupa orang Melayu itu bermacam-macam. silahkan klik DISINI
[3] Informasi yang didapat dari para penjelajah ataupun peneliti sangat perlu untuk dikritisi karena sangat tinggi subjektifitasnya. Apalagi apabila mereka bukan berasal dari masyarakat penganut kebudayaan yang mereka teliti. Konsep-konsep yang mereka pakai, teori dan metodologi yang mereka gunakan sebagai pisau bedah untuk melakukan analisis dan interpretasi semakin membelokkan makna dan hakikat asli dari kebudayaan yang mereka teliti.
Semenanjung Malaysia pada masa dahulu belum dikenal, ianya dikenala sebagai Semenanjung Malaya/ Semenanjung Tanah Melayu/ Semenanjung Malaka.
[4] Dari sini kita dapat mengetahui kalau kata 'MELAYU' sudah ada sebelum Johann Friedrich Blumenbach (1752–1840) mengemukakannya dan sudah ada sebelum Rafles menemukannya.
[5] Sungguh sayang Pulau Jawa tak dikunjunginya sehingga Jawa dimasukkan ke dalam Melayu. Bangsa Melayu sendiri keberatan kalau Jawa dimasukkan ke dalam Melayu karena pada dasarnya Jawa sangat jauh berbeda kebudayaan dan agamanya. Mereka tidak menganut falsafah; Adat Bersendi Syara' - Syara' Bersendi Kitabullah serta lebih fanatik ke suku. Dan konsep memasukkan masyarakat penganut kebudayaan yang kafir (non Islam) ke dalam Melayu merupakan suatu penghinaan dan pelecehan terhadap Bangsa Melayu.
[6] Ketiga istilah ini mereka lahirkan untuk membagi tiga wilayah Laut Pasifik, bukan wilayah penganut adat Melayu
[7] Astronesia sesungguhnya nama lain dari nama yang telah dilahirkan Cina yakni Kepulauan Selatan. Mencakupi dari Pulau Taiwan, Filipinda, Seluruh wilayah Pasifik, bagian barat Papua, Indonesia, Malaysia, beberapa wilayah di Samudera Indonesia hingga ke Pulau Madagaskar.
[8] Yang tidak menerima hanyalah Jawa yang fanatik kesuku, sebab mereka dimasukkan ke dalam Bangsa Melayu. Bangsa Melayupun tak hendak memasukkan mereka melainkan para orientalis yang melakukan. Mereka merasa lebih tinggi dari Melayu, karena menurut keyakinan mereka, kebudayaan mereka, sejarah politik mereka lebih agung dan bahkan pernah menguasai negeri-negeri Melayu pada masa dahulu.