Ilustrasi Gambar: tirto |
Disalin dari FB Suduik Minang
2 Juni 1894, Lahir sang pencetus Republik Indonesia. Pahlawan Kemerdekaan Nasional Indonesia, Tan Malaka, lahir di Nagari Pandam Gadang, Sumatera Barat.
Oleh: Hengky Datuk Tan Malaka VII
Lahir sebagai Ibrahim bergelar Datuk Tan Malaka, di Nagari Pandan Gadang, Suliki, Sumatra Barat pada 2 Juni 1894. Seorang pejuang nasionalis dan pemikir yang begitu revolusioner, radikal dan militan. Bahkan pemikiran-pemikirannya begitu berbobot dan didukung sikapnya yang konsisten.
Menjelang peristiwa yang begitu sakral itu, Proklamasi 17 Agustus 1945, tokoh-tokoh pemuda seperti dari Kelompok Menteng 31 banyak dipengaruhi dengan pemikiran-pemikiran Tan Malaka, melalui diskusi-diskusi yang dilakukan diantara mereka. Bahkan karya pemikiran Tan Malaka yang berjudul Massa Aksi, kemudian dijadikan sebagai rujukan oleh para tokoh pejuang kemerdekaan, termasuk Bung Karno sendiri. Hingga suatu waktu; "Kepada kalian para sahabat, tahukah kalian kenapa aku tidak tertarik pada kemerdekaan yang kalian ciptakan. Aku merasa bahwa kemerdekaan itu tidak kalian rancang untuk kemaslahatan bersama. Kemerdekaan kalian diatur oleh segelintir manusia, tidak menciptakan revolusi besar. Hari ini aku datang kepadamu, wahai Sukarno sahabatku Harus aku katakan bahwa kita belum merdeka, karena merdeka haruslah 100 persen. Hari ini aku melihat bahwa kemerdekaan hanyalah milik kaum elit, yang mendadak bahagia menjadi borjuis, suka cita menjadi ambtrnaar...kemerdekaan hanyalah milik kalian, bukan milik rakyat.
Kita mengalami perjalanan yang salah tentang arti merdeka, dan apabila kalian tidak segera memperbaikinya maka sampai kapanpun bangsa ini tidak akan pernah merdeka! Hanya para pemimpinnya yang akan mengalami kemerdekaan, karena hanya merdeka adil dan makmur itu dirasakan.
Dengarlah perlawanan ku ini...karena apabila kalian tetap bersikap seperti ini, maka inilah hari terakhir aku datang sebagai seorang sahabat dan saudara. Esok, adalah hari dimana aku akan menjelma menjadi musuh kalian, karena aku akan tetap berjuang untuk merdeka 100 persen." Itulah kalimat yang Tan Malaka ucapkan tatkala bertemu dengan Sukarno, Hatta dan Agus Salim pada 24 Januari 1946.