FB Muahmad Rizal Aydogan - Kita semua punya nafsu untuk dilihat, tapi dalam beberapa hal, anak-anak masa kini lebih merasa perlu untuk dilihat. Demi yang namanya eksistensi, semua harus dilakukan.
Tidak lagi ada norma, etika, apalagi rasa malu. Hilang sudah semua, demi likes, followers, subscribers, shares, reach dan rating, mereka sanggup berbuat apapun.
Tapi apa yang dikorbankan itu justru yang menjadikanmu manusia. Tahu diri, rasa malu, etika, kepantasan, kelayakan, tata krama, berbudaya, terdidik, apapun namanya
Lihat program-program aplikasi masa kini, merangsang anak-anak muda lelaki dan wanita, beradu goyang paling janggal, berkompetisi mimik muka paling aneh.
Generasi yang lebih mementingkan eksistensi daripada isi, mati-matian latihan 99 transisi yang lagi trending dibandingkan menyiapkan bekal hidup dan mati.
Di awal 2015, waktu itu ketika trending selfie yang berlebihan, saya sudah mengingatkan tentang hal ini, ujub-riya-takabur, namun disalahartikan banwa saya mengharamkan selfie.
Dulu gambar tak bergerak, sekarang gambar bergerak, isinya sama, pamer eksistensi, narsisisme. Bukan aplikasinya yang salah, niat kita yang harus diperhatikan
Menulis ini pun bisa karena eksistensi, menulis ini pun bisa karena ujub-riya-takabur, karenanya tulisan ini bukan untuk menyerang, tapi untuk introspeksi
Tapi yang pasti, perempuan yang sekarang kecanduan tik-tok, musically atau aplikasi semisalnya, sebenarnya sedang menggerus kemuliaan dan kehormatan dirinya sendiri.
Entah yang lain, kalau saya, pasti takkan memilih Muslimah yang seperti itu. Tak bisa bayangkan, bila sudah punya cucu, cucunya bilang "gile nenek gue, eksis banget!".
Sekali lagi, bukan aplikasinya yang bermasalah, coba telisik niat kita. Bukan selfienya, bukan musiknya, tapi tingkah lakunya yang sudah tak punya malu itu.
Saran saya, mengapa tak kita manfaarkan saja zaman video ini dengan mengisi konten dakwah? Siapa tahu jadi wasilah hidayah bagi manusia, tetap ngetrend dan ngaji.
======================
Baca Juga: