wacana-edukasi.com– Sepanjang tahun kita disuguhkan dengan berbagai problematika umat yang muncul silih berganti. Alih-alih memodernisasikan masyarakat sebuah negara dengan menerapkan sistem kapitalisme yang berasaskan sekular, justru berimbas pada kondisi masyarakat terkhusus umat Islam yang mengalami kemunduran karena dijauhkan dari fitrah agamanya. Islam kini hanya sekedar dijadikan identitas dalam kolom KTP.
Istilah Islam KTP sering dijumpai di kondisi masyarakat saat ini, terlebih di generasi mudanya yang menganggap agama hanya sebagai ranah pribadi. Beragama Islam tapi lebih condong dan berkiblat pada barat. Generasi muslim seakan kehilangan arah dan terjangkit krisis identitas.
Munculnya Fenomena Citayam Fashion Week seakan membenarkan kondisi generasi muslim sedang mengalami krisis identitas. Dilansir dari Okezone.com Istilah Citayam Fashion Week diunggah pertama kali dari TikTokers sekaligus fotografer bernama Radita Pradana. Ia mengunggah suasana di sekitar stasiun BNI City, Sudirman, Jakarta Pusat pada (27/06/2022) dengan tulisan ‘Citayam Fashion Week in Stasiun BNI City’. Radita juga memperlihatkan aktivitas sekelompok remaja yang berlalu lalang di sekitar Sudirman, Jakarta Pusat. Tampak beberapa remaja asyik berselfie, dibalut dengan busana serba monokrom serta hoodie.
Dari fenomena ‘Citayam Fashion Week’, nampak generasi muslim lebih tertarik dan menganggap penampilan fisik sebagai sebuah kemajuan zaman di era globalisasi dan modernisasi. Hal ini tak lepas dari pengaruh gaya hedonis yang tercipta dari sebuah sistem bernama Kapitalisme yang berasaskan sekular. Sistem ini memberikan ruang bagi generasi muda untuk tampil eksis dengan berbagai gaya berbusana. Alih-alih ingin ikut bergaya namun semakin jauh generasi muslim dari identitas agamanya.
Perlu Edukasi
Tak dimungkiri generasi muslim saat ini dilanda krisis identitas. Sebab kurangnya pengetahuan mereka tentang agama, akhirnya norma- norma agama dilanggarnya. Generasi muslim perlu edukasi. Beberapa hal yang seharusnya dipahami dan diamalkan generasi muslim:
Pertama bahwa Islam mengajarkan untuk bersosialisasi sesuai hukum syara’, seperti tidak boleh campur baur antara laki-laki dan perempuan. Istilah dalam Islam disebut ikhtilat yaitu bertemunya (interaksi) antara laki-laki dan perempuan (yang bukan mahramnya) di suatu tempat tanpa adanya keperluan syar’i. Seperti berpacaran, duduk berdua, nongkrong bersama antara laki- laki dan perempuan.
Allah Swt. berfirman;
وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلزِّنَىٰٓ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ فَٰحِشَةً وَسَآءَ سَبِيلً
Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra: 32).
Kedua, Islam mengatur gaya berbusana bagi setiap muslim dan muslimah. Namun saat ini gaya busana generasi cenderung berkiblat pada barat. Dikenal dengan slogan slebew nya, Jeje panggilan akrabnya merupakan sosok remaja perempuan yang saat ini eksis dari jalan Sudirman. Jeje alias Jasmine Latika (18) kini menjadi icon Citayam Fashion Week karena busananya yang dianggap nyentrik. Miris, gaya busana ini menjadi tren di kalangan generasi muslim. Padahal Islam punya aturan gaya berbusana untuk muslim dan muslimah. Aturan ini bersumber dari Al Khaliq yang pasti baik bagi setiap makhlukNya. Hikmahnya bila diterapkan aturan berbusana ini dalam keseharian yaitu dapat menjaga setiap muslim dan muslimah agar terhindar dari zina mata, terumbarnya aurat, dan untuk menjaga diri dari tindak pelecehan. Allah Swt. berfirman dalam Qs. Al Ahzab ayat 59;
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Artinya: “Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Mirisnya lagi, sosok fenomenal yang disebutkan di atas beragama selain Islam. Sebagai generasi muslim tidak dibenarkan mengambil contoh dan mengikuti gaya/cara berpakaian kaum kafir yang jelas jauh beda dengan Islam.
Islam Standar Hidup
Keluarga adalah benteng pertama generasi dari arus baratisasi. Dengan keluarga yang memberikan pendidikan Islam sejak dini, mulai dari mengajarkan tentang aqidah Islam, konsekuensi keimanan, menutup aurat, menjaga diri dari ikhtilat/campur baur, dsb. Diharapkan generasi muslim memiliki identitas yang kuat, dan tak berkiblat pada barat.
Di lingkungan sosial, masyarakat memiliki peran sebagai benteng perlindungan sosial. Dengan adanya kontrol masyarakat yang memiliki perasaan, pemikiran dan aturan yang sama. Diharapkan dapat menciptakan suasana saling beramar ma’ruf nahi mungkar.
Selain benteng keluarga dan kontrol masyarakat, benteng yang terpenting selanjutnya adalah peran negara dalam menjaga moral generasi muslim. Dengan memberikan pendidikan yang merata di setiap daerah, kajian- kajian edukasi di berbagai lapisan masyarakat serta pejabat, menyediakan sarana dan prasarana fasilitas perpustakaan di berbagai daerah sebagai penunjang pembelajaran, serta membuat kebijakan juga menegakkan aturan yang menjaga individu muslim dari perbuatan tercela.
Ketiga benteng di atas hanya dapat terwujud jika umat Islam bersatu dalam satu kepemimpinan sebuah negara yang menerapkan aturan Islam. Semua dilakukan sebagai solusi tuntas untuk melindungi generasi muslim dari perbuatan sia- sia, dan membangun negara dimulai dari majunya pemikiran generasinya.
Wallahu a’lam
===================
Baca Juga: