Gambar: Riau Magz |
Carito Luhak Nan Bungsu – Dua orang mahasiswa dari Universitas Islam Riau (UIR) bernama Rahmat dan Antoni datang kerumah untuk berdiskusi tentang Hubungan Kebudayaan Melayu, Andiko 44 (Ampek Puluah Ampek) dengan Luhak Limo Puluah. Ada beberapa pertanyaan yang disampaikan.
Kapan Ras Melayu sampai ke Limo Puluah Koto ?
Menurut Kern dan Heine Geldern, seperti yang dikutip Soekmono (1973), migrasi ras Mongoloid dari daratan Asia ke Nusantara telah berlangsung dalam dua gelombang besar. Gelombang pertama mulai pada masa neolitikum yang membawa budaya kapak bersegi terjadi sekitar 2000 tahun sebelum masehi yang oleh para ahli digolongkan sebagai kelompok Melayu Tua (Proto Melayu), sementara itu gelombang kedua muncul pada zaman logam yang membawa kebudayaan Dongson yang dimulai 500-300 tahun sebelum masehi yang datang dari daerah Tonkin yang pada masa itu menjadi pusat kebudayan perunggu di Asia Tenggara. Kelompok kedatangan kedua ini digolongkan sebagai kelompok Melayu Muda (Deutro Melayu). Soekmono mengatakan bahwa pada zaman logam ini disamping kebudayaan logam, juga dibawa kebudayaan megalitik (kebudayaan yang menghasilkan bangunan dari batu-batu besar) sebagai cabang kebudayaan Dongson .
Dongson adalah nama tempat di selatan Hanoi yang dianggap sebagai asal kebudayaan perunggu di Asia Tenggara. Konon kebudayaan Dongson ini dipengaruhi oleh kebudayaan Hallstatt, Austria). Tampaknya kebudayaan ini dikembangkan oleh ras Mongoloid yang berpangkalan di Indo China dan berkembang dengan pesatnya di zaman Megalitikum dan zaman Hindu.
Nenek moyang orang Malayu itu datang dari daratan Indo China terus mengarungi Lautan Cina Selatan, menyeberangi Selat Malaka dan kemudian menelusuri Sungai Siak terus ke hulu bertemu dengan dua sungai yaitu Sungai Tapung Kanan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Rokan Hulu dan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar, dan Sungai Tapung Kiri yang termasuk dalam wilayah Tandun Kabupaten Rokan Hulu dan Kecamatan Tapung Kiri Kabupaten Kampar. Kedua sungai menyatu di daerah Palas (Kabupaten Kampar) dan dekat Kota Pekanbaru pada Sungai Siak Besar.
Sungai Siak adalah sebuah sungai terdalam di Indonesia, yang kedalamannya dahulu mencapai 30 meter yang dihulunya ada nama desa Patapahan yang merupakan pelabuhan besar tempat penimbunan hasil bumi sebelum diangkut ke Malaka. Dari Patapahan nenek moyang melanjutkan jalan setapak untuk menuju Bangkinang dan terus ke Muara Takus, dari Muara Takus dapat melanjutkan perjalanan dengan perahu menelusuri Batang Maek sampai kehulunya Nagari Maek yang merupakan bagian pedalaman pulau sumatera yang kaya akan emas dan hasil buminya.
Sebagian lagi masuk melalui Sungai Kampar atau (Batang Kampar) merupakan sebuah sungai berhulu di Bukit Barisan, pada kawasan Langgam tepatnya Muaro Sako (Kabupaten Pelalawan), sungai ini terbelah dua yang hampir sama besar, yang disebut dengan Kampar Kanan dan Kampar Kiri.
Hulu Batang Kampar Kanan adalah Sungai Lolo. Muaro Sungai lolo (Pasaman). Batang Kampar Kanan alur utama semula mengalir ke utara kemudian berbelok ke timur, bertemu dengan anak sungai Batang Kapur Nan Gadang, mengalir dengan kemiringan sedang melalui lembah Batu Bersurat. Selanjutnya bertemu dengan sungai Batang Maek, mengalir ke arah timur.
Sungai Kampar Kiri adalah gabungan dari Batang Subayang, Sitingkai, Singingi, Lipai, Tasso dan sungai kecil lainnya.
Batang Sinamar di Limapuluh Kota memang panjang, mulai dari pedalaman mudiak Limapuluhkota di Koto Tinggi yang kemudian bertemu dengan batang Lampasi dan batang Agam di Taram. Batang Sinamar terus mengalir di Lareh Sago Halaban yang selanjutnya masuk wilayah Lintau. Ketika masuk wilayah Tanjuang Ampalu, bertemu dengan batang Ombilin yang tidak jauh sesudah itu di Padang Laweh bertemu dengan batang Sumpu.
Batang Sinamar ketika sampai di Muaro Sijunjuang (Darmasraya) bertemu dengan batang Palangki yang kemudian berubah nama dengan batang Jujuhan, dan kemudian berubah nama manjadi batang Kuantan yang menuju Silokek - Durian Gadang - Padang Tarok terus ke wilayah rantau Kuantan dan terus ke Laut di Tembilahan.
Dengan ditemukannya rangka manusia tersebut telah memperkuat teori bahwa telah terjadi migrasi ras Melayu Purba (yang berbahasa Austronesia) ke Kampar dan masuk ke Luhak Limopuluah. Oleh sebab itu barangkali kita sepakat bahwa nenek moyang orang Kampar dan Luhak Limopuluah yang berasal dari daratan Asia, yang telah datang ke wilayah ini mulai sejak jaman pra-sejarah.
Adapun peninggalan jaman pra-sejarah berupa situs-situs Menhir hanya ditemukan di Kabupaten Limapuluh Kota (Maek- Kecamatan Bukik Barisan, Kecamatan Suliki dan Guguk). Istilah yang dipakai untuk menhir adalah batu tagak (batu berdiri)
Menhir merupakan bagian dari produk tradisi megalitik yang menggunakan batu-batu besar sebagai material kebudayaannya; mega berarti besar dan lithos berarti batu. Sejarah pendirian menhir telah berlangsung sejak zaman neolitik sekitar 4500 tahun yang lalu. Awal kemunculannya hampir bersamaan dengan produk tradisi megalitik lainnya yang seangkatan seperti dolmen, teras berundak (bertingkat) dan lain-lain.
Pada ekskavasi arkeologis yang dilakukan di situs megalitik Ronah, Bawah Parit, Belubus berhasil ditemukan rangka manusia dari penggalian menhir di lokasi tersebut. Di Bawah Parit dan Belubus ditemukan rangka manusia yang berorientasi hadap barat laut – tenggara, sementara di Ronah sebagian berorientasi timur laut – barat daya, dan sebagian lagi berorientasi utara – selatan . Jenis rangka manusia tersebut dapat digolongkan sebagai ras Mongoloid, yang mengandung unsur Austromelanesoid yang diperkirakan hidup 2000-3000 tahun lalu.
Apakah dengan kedatangan Ras Melayu ini yang membentuk Suku Melayu ?
Dari sudut tinjauan adat bersuku-suku yang dihubungkan dengan kedatangan suku Deutro-Melayu ini mendesak suku Proto-Melayu kepedalaman dan sisanya bercampur dengan pendatang baru ini. Dari perkembangan Deutro Melayu dan pencampuran inilah menurunkan manusia sekarang ini yang perkembangannya tidak lepas dari pengaruh luar, terutama dengan adanya hubungan dagang dengan dunia Internasional.
Keturunan suku Deutro-Melayu tersebut membentuk bangsa /suku Malayu: (Malayu, Bendang, Mandahiliang, Kampai, Domo dan Panai ) yang pada umumnya mengusai wilayah air merupakan mayoritas penduduk Kabupaten Limapuluhkota sampai tersebar ke Kabupaten Kampar Propinsi Riau menjadi raja-raja yang menguasai pelabuhan (bandar) dagang, yakni Pelabuhan Pangkalan Indalang (Pangkalan Koto Baru), Muara Takus dan Patapahan. Kemudian juga datang untuk membaur suku-suku yang disebut kelompok suku Pitopang : (Pitopang, Kutianyia, Jambak, Salo, Banuhampu, dan Buluah Kasok)
Kemudian kelompok suku yang telah berkembang di Gunung Marapi dari suku Koto Piliang ( Koto, Piliang, Tanjuang, Payobada, Sikumbang, Pagacancang, Sipisang, Simabua/Dalimo dan Guci. Dan suku Bodi Caniago: (Bodi, Caniago, Sumagek, Supanjang, Singkuang, Mandaliko dan Balai Mansiang) yang menguasai gunung dan rombongan sudah sangat maju dan kemudian memperkenalkan konsep nagari. Pembagian kelompok suku (komposit) ini diduga dilakukan di Limbanang dengan bukti bisu tersisa sekarang disebut dengan batu sandaran niniak nan Barampek.
Siapa itu Niniak Nan Barampek ?
Berdasarkan penelitian di Nagari Maek orang telah hidup 300 tahun Sebelum Masehi. Mereka hidup dengan pertanian sederhana dan berburu sebagai mata pencahariannya. Mengingat di nagari ini alamnya yang subur dengan air yang cukup dari beberapa anak sungai yang mengalir ke Batang Maek. Lama kelamaan secara berangsur dengan kehidupan yang makmur tata masyarakatnya mulai diatur dengan rapi.
Berdasarkan warih nan bajawek, pusako nan batarimo, suari dari niniak turun kamamak, dari mamak turun ka kamanakan dengan tutua badanga, bahwa pada abad ke-7 masehi diadakanlah pertemuan antara Niniak Dubalai sebagai penguasa sungai yang tertua Batang Ambun (sebelum bernama Batang Maek) yang berpusat di Sijangkang (Muara Takus) melakukan pertemuan dengan niniak nan batigo sebagai penguasa Hulu Batang Una (sebelum bernama Sinamar) bertempat di Maek dan dilanjutkan di Limbanang, hal ini terbukti dengan adanya 4 (empat) buah batu di Balai Batu Maek dan di Nagari Limbanang disebut dengan batu sandaran niniak nan Barampek dan dipercayai adalah untuk tempat Niniak Nan Barampek melakukan sumpah satie diperkirakan pada abad ke-5 Masehi yang berisikan:
“Salagi buruang Gagak barwarana hitam, Salagi putiah awan dilangik, maka : Sahino Samalu, Sasakik Sasanang, Sapantang Sapanjotian, Salotak Satariak. Surang Taimbau Ampek Datang.”
Adapun Niniak Nan Barampek tersebut adalah :
1) Maharajo Dubalai yang menguasai Sungai Siak, Batang Kampar, Batang Maek dan Batang Kapur yang memiliki wilayah di Muaro Takuih (XIII Koto Kampar Riau) menjadi Pucuak Andiko 44.
2) Maharajo Indo yang memiliki wilayah: Koto Laweh, Baruah Gunuang, Koto Tinggi, Pua Data, Talang Anau, Tanjuang Bungo, Sungai Naniang. Sungai Rimbang, Andiang, dan Limbanang mengaku datang dari Maek.
3) Siri Maharajo yang memiliki wilayah : Mungka, Jopang Manganti, Talang Maua, Simpang Kapuak, Sungai antuan, G.Bungsu, dan Gunuang Malintang juga mengaku datang dari Maek.
4) Bandaro memiliki wilayah di Maek,
Rapat ninik nan barampek di Limbanang Koto Ipuah yang dibuktikan dengan adanya batu sandaran niniak nan barampek adalah untuk menata wilayah kekuasaan, sehingga diputuskanlah bahwa Limbanang Koto Laweh, Mungka, dan Maek disebut dengan “ Tigo Tungku di Hulu Kampar Kanan “ yang merupakan pematang Ranah dengan Kampar.
Diputuskan pula sejak itu gelar kedatuaan dan niniak nan barampek berfungsi untuk kusut menyelesaikan segala perkara dibuatlah 4 balai, yaitu :
1. Balai Tanah Marabau di Muaro Takuih disebut dengan “Talago Undang”yang dipimpin oleh Niniak Datuak Maharajo Dubalai.
2. Balai Nan Panjang Koto Laweh Limbanang Koto Ipuah disebut dengan “alur kadituruik” dan berfungsi sebagai tahta pahukuman dihulu Rajo adat tungku nan tigo dari niniak nan barampek hulu kampar dipimpin oleh Niniak Datuak Maharajo Indo
3. Balai Tuo Gontiang Putuih di Mungka disebut dengan “adat nan bapakai” berfungsi untuk “malukih undang” (Menciptakan Undang) dipimpin oleh Niniak Datuak Siri Maharajo.
4. Balai Batu dan kemudian beralih ke Balai Gadang di Nagari Maek Aur Duri disebut dengan “ Limbago nan batuang” artinya berfungsi sebagai pemberi petunjuk dipimin oleh Niniak Datuak Bandaro.
Yang perlu menjadi pikiran kita yang mendalam adalah bahwa Limbanang- Mungka- Maek dan Muara Takus dahulunya suatu pusat peradaban yang telah maju sejak abad ke-7 atau apabila kita kaitkan dengan keberadaan Candi Muara Takus yang dibangun oleh Datuk Maharajo Dubalai .
Apa Hubungan Andiko Nan Ampek Puluah Ampek (44) dengan Luhak Limopuluah Kota
Diwilayah aliran sungai kampar kanan dibentuk andiko nan 44 dengan batas : “ Singgo (hingga) sipisak sipisau hanyuik (hanyut), singgo sialang sipinang tungal, singgo air berlembakan, bapantau basilimang, pitulu simali-mali, 40 tapung dikampar, 4 dikapur Sembilan, seorang duduk dipintu rayo limo selo nan di Rokan”.
Pucuk Andiko 44 berada di di Muaro Takus dengan pucuk adat Datuk Rajo Dubalai yang terinci dalam Sembilan Nagari antara lain :
I. Nagari XIII Koto Kampar dengan 13 Pucuk Andiko
1. Dt, Rajo Dubalai adalah pucuk andiko 44 berkedudukan di Muara Takus.
2. Dt. Bandaro di Nagari Tanjuang
3. Dt. Sati di Nagari Gunuang Malelo
4. Dt. Rajo Kampar di Nagari Sibiruang
5. Dt. Bosa di Nagari Tabiang
6. Dt. Tumangguang di Nagari Gunuang Bongsu dan dibantu oleh 2 orang serambi (panungkek) yaitu Dt. Sindo dan Dt. Bandaro Mudo.
7. Dt. Khalifah berkedudukan di Nagari III Koto dibantu oleh 3 orang , yaitu : Dt. Bandaro Sati di Batu Basurek, Dt. Rajo Pangulu di Binamang dan Dt. Bandaro Mudo di Tambulun.
8. Dt. Malintang di Nagari Koto Tuo
9. Dt. Bosa di Nagari Pongkai dengan serambi- nya Dt. Parabu.
10. Dt. Bosa di Nagari Tanjuang Alai
11. Dt. Puto di Nagari Muaro Mahat
12. Dt. Tandiko di Nagari Pulau Gadang
13. Dt. Rajo Mulia di Nagari VIII Koto Satangkai
II. Nagari V Koto Kampar Bangkinang dengan 5 Pucuk Andiko:
1. Dt. Bandaro Sati di Nagari Bangkinang di bantu serambinya Dt. Parmato di Salo dan Dt. Bandaro di III Koto Sibalimbiang.
2. Dt. Bosa di Nagari Kuok
3. Dt. Bandaro Hitam di Nagari Air Tiris dengan panungkeknya Dt. Gadang di Rumbio
4. Dt. Tumangguang di Nageri Kampar
5. Dt. Gadang di Nagari Tambang dengan penungkeknya Dt. Basa di Tarantang.
III. Nagari V Selo Rokan dengan 5 Pucuk Andiko
1. Dt. Bandaro di Nagari Rokan yang meliputi Rokan,Pandolian,Lubuak Bandaro dan Sikabau
2. Dt. Bandaro di Nagari Tambusai
3. Dt. Bandaro di Nagari Rambah
4. Dt. Bandaro di Nagari Kepenuhan
5. Dt. Bandaro di Nagari Kuntu Darusslam
IV. Nagari Tapung dengan 4 Pucuk Bandaro
1. Dt. Bandaro di Nagari Sinamo Niniak yang meliputi Danau Lancang dan Sikijang yang dibantu penungkatnya Dt.Bandaro Mudo
2. Dt. Bandaro di Nagari Ujuang Batu dengan di bantu penungkatnya Dt.Bandaro Mudo di Nagari Tandun
3. Dt. Bandaro di Nagari Kasikan yang meliputi Nagari Batu gajah dan Patapahan yang dibantu penungkatnya Dt. Majo Indo di Nagari Pantai cermin.
4. Dt. Bandaro di Nagari Aliantan, penungkatnya Dt. Bandaro Mudo di Nagari Kabun dan Dt.Bandaro Mudo di Nagari Koto Ranah.
V. Nagari – Nagari Muara Soko dengan 1 Pucuk . Dt. Marajo Basa berkedudukan di Nagari Buluh Nipis, dibantu oleh Dt. Gadang untuk Taluk Patai dan Pangkalan Baru. Sementara Dt. Gadang dan Dt. Sinaro untuk Nagari Buluah Cino, Lubuak Siam, Taratak Buluah, Kampuang Pinang dan Pantai Rajo. Kemudian Dt. Monti Rajo dan Dt.Marajo untuk Nagari Pangkalan Bunut dan Kuala Kampar,
VI. Nagari Kampar Kiri dengan 5 Khalifah/ Pucuk
1. Dt. Bosa di Nagari Gunuang Sahilan yang meliputi Nagari Lipat Kain dengan penungkatnya Dt. Singo Rajo Babandiang sampai ke Nagari Sungai Pagar, Mantulik, Simalinyang, Kabun Durian dan Teluk Paman.
2. Dt. Rajo Bandaro di Nagari Kuntu, Padang, sawah, Domo dan Gema
3. Dt. Gadang di Nagari Batu Sanggan, Miring, Salo, Tarusan, Pangkalan Sarai, Aur Kuniang dan Gajah Batulik.
4. Dt. Majo Basa di Nagari Ludai, Koto, Ramo, Batu Sasak, Pangkalan Kapas, Kabun Tinggi dan Tanjuang Karang.
5. Dt. Bandaro di Nagari Ujung Bukit, Pasir Ramo dan Tanjuang Balik
VII. Nagari Singingi Kampar Kuantan dengan 1 Pucuk Andiko.
1. Dt.Bandaro di Nagari Singingi dan Kuantan dibantu oleh Dt. Tumengung Rajo di Indragiri Hilir.
VIII. Nagari VI Koto Bungo setangkai dengan 6 Pucuk Andiko
1. Dt. Sibijayo di Nagari Pangkalan
2. Dt. Paduko di Nagari Tanjuang Pauah
3. Dt. Sindo di Nagari Tanjuang Balik
4. Dt. Mangkuto di Nagari Koto Alam
5. Dt. Bijo di Nagari Gunuang Malintang
6. Dt. Bosa di Nagari Lubuak Alai
IX. Kapur IX dengan 4 pucuk Andiko
1. Dt. Bandaro Kuniang di Nagari Muaro Paeti (Koto Bangun )
2. Dt. Bandaro Hijau di Nagari ( Koto Gilingan) Durian Tinggi- Sialang
3. Dt. Bandaro Kayo di Nagari Koto Tuo Ateh ( Koto Mari )
4. Dt. Bandaro Sati di Nagari Muaro Lolo.( Mudiak Paiti ) Barajo Ka Bandaro sati di Mudiak Muaro Paiti.
Kalau ada perkara di Lima Koto Bangkinang pertama rapat di Balai Tanah, kemudian kalau tidak selesai baru diadakan rapat di Pasir Merabau, kalau tidak juga selesai disini baru pergi kepada Niniak Nan Barampek (Dt, Bandaro, Dt. Rajo Dubalai, Dt. Majo Indo, dan Dt. Siri ) yang dibawa oleh Dt. Sibijayo di Koto Pangkalan.
Apabila tidak selesai juga oleh Niniak Nan Barampek barulah diserahkan kepada Dt. Rajo Tan Aduh berkedudukan di Koto Laweh, yang dilanjutkan ke Balai Gadang Payakumbuh. Sebab Balai Gadang adalah “pusek jalo kumpulan tali” oleh Luhak Limopuluah dan di selesaikan oleh Raja Tiga Sandi, yaitu :Dt. Sibarabin Nasi, Dt. Sidi Awal, dan Dt. Rajo Nun
Disebutkan Luhak Bapangulu Rantau Barajo, tetapi kenapa di Luhak Limopuluah mempunyai Rajo ?.
Untuk memerintah di dalam Luhak Limopuluah tetap dibawah kekuasaan penghulu, namun untuk ke rantau sampai Kampar, Singgingi dan Pekan Baru diperlukan Rajo. Di Luhak Limopuluah terdiri dari 5 (lima) ulayat Hulu,Luhak, Lareh, Ranah dan Sandi dengan batas barih balabeh Luhak Limopuluah terletak dari :
Sialang Balantak Basi sampai ke Si Saut Sungai Rimbang, hilirnya Sipisak Pisau Hanyut. Dari Durian di Takuak Rajo sampai ke Silukah Pinang Tungga. Dari Pinang Mancuang Hilir, sampai ke Gunung Sailan Mudik. Dengan bagian memerintah 5 orang rajo, yaitu :
1. Datuak Marajo Simagayua Mangiang dari Pitapang Situjuah Banda Dalam adalah Rajo di Hulu dengan balainya bernama balai di Hulu
2. Datuak Marajo Indo nan Mamangun dari Aia Tabik adalah Rajo di Luhak dengan Balainya bernama balai Jariang.
3. Datuak Paduko Marajo dari Sitanang Muaro Lakin adalah Rajo di Lareh dengan balainya bernama balai Malintang.
4. Datuak Bandaro Hitam dari Payobada Talago Gantiang adalah Rajo di Ranah dengan balainya bernama Balai Kaluang.
5. Datuak Permato Alam Nan Putiah dari Si Pisang Koto Nan Gadang adalah Rajo di Sandi dengan balainya Balai Gadang.
Maka yang semulanya hanya mempunyai 4 balai maka sekarang diwilayah Hulu Sungai Sinamar dan Hulu Batang Maek sampai ke Muara Takus genaplah mempunyai 9 Balai.
Bagaimana Pembagian Wilayah Ulayat Rajo ?
1. Wilayah Hulu ialah yang berjenjang ke Ladang Laweh,berpintu ke Sungai Patai, selingkar Gunung Sago dari tanah bermungguk mudik sampai Bobai Koto Tinggi Hilir, itulah yang dinamakan orang “Salareh Gunuang” yaitu Bobai Koto Tingi Hilir sampai Labuah Gunuang Mudik dan hilirnya sampai ke Balai Koto Tinggi.
Yang memegang pimpinan ulayat Hulu adalah Dt.Marajo Simagayua yang berkedudukan di Situjuah Banda Dalam yang disebut juga Pamuncak Adat. Fungsinya adalah apabila tumbuh silang selisih di dalam Luhak Limapuluah, maka menghukumlah orang yang Sembilan, berkumpul dirumah Dt. Marajo Simagayua di Pitopang dalam Nagari Situjuah Banda Dalam, dengan dibantu oleh Dt. Rajo Lelo Nan Gadang di atas baliang, berdua dengan anaknya nan gadang di atas patapaan, Dt.Paduko Tuan Nan Gadang di atas Surau nan bernama Imam Maliki. Dt. Simulie dari Gadut Tebing Tinggi, Dt.Paduko Alam di Ampalu, Dt. Rajo Mudo dari Halaban, Dt.Rajo Dubalang dari Ujuang Aua tanah Bamungguak.
2. Wilayah Luhak adalah sejak dari Mungo mudik sampai ke Limbukan hilir. Mencakup daerah di dalamnya Koto Kaciak, Andaleh, Tanjuang Kubu, Sungai Kamuyang, Aur Kuning, Tanjung Patai, Gadih Angik, Padang Karambie, Limau Kapeh, dan Air Tabik Limo suku. Yang memegang barih balabeh Luhak adalah disebut “urang balimo badunsanak“ yaitu :
1. Datuk Rajo Malingkan berkedudukan di Mungo dengan Koto Kaciak beranak ke Subaliak Aia
2. Datuak Pangulu Basa berkedudukan di Andaleh dengan Tanjuang Kubu, beranak ke Banda Tunggang.
3. Datuak Rajo Malano berkedudukan di Sei Kamuyang nan tungga sampai sawah tangah mudiak sampai kaki gunung hilir yang bernama talua tasapik kabatu.
4. Datuk Paduko Sinaro berkedudukan di Aua Kuniang dengan Tanjuang Patai, beranak ke Gadih Angik.
5. Datuk Paduko Alam berkedudukan di Limbukan Padang Karambia baranak ke Limau Kapeh.
Di luhak juga dipimpin oleh 7 orang pangulu yang disebut dengan : tabukak jalan nan tujuah, tabantang pintu nan tujuah “ yaitu :
1. Pertama jalan dan pintu Dt. Damuanso
2. Kedua jalan dan pintu Dt. Gindo Malano
3. Ketiga jalan dan pintu Dt.Rajo Mangkudun
4. Keempat jalan dan pintu Dt. Bandaro Sati
5. Kelima jalan dan pintu Dt.Majo Indo nan Mamangun
6. Keenam jalan dan pintu Dt. Paduko Majo Lelo
7. Ketujuh jalan dan pintu Dt. Marajo nan Rambayan
Dt. Rajo Malano, yang berasal dari Aie Tabik dahulunya berbako ke Lima Suku, timbangan di Balai Jariang. Adapun orang yang Lima Suku di Aie Tabik adalah :
1. Dt.Marajo Indo nan Mamangun memegang Rajo di Luhak berkedudukan di Aie Tabik ( Aguang Punguik kagadangannya)
2. Dt. Damuanso sebagai penjaga kemanan ( gadang parang kadudukanya)
3. Dt. Marajo nan Rambayan sebagai pengelola perhubungan ( di pangka titian kagadangannya)
4. Dt. Gindo Malano sebagai pengayom adat istiadat (arak iriang kagadangannyo)
5. Dt.Rajo Mangkudun sebagai pengatur dalam persoalan agama ( Kitabullah kagadangannya)
Adapun Dt. Paduko Majo Lelo berfungsi sebagai “ Rumah Nan gadang”, dimana apabila ada perhelatan dan perjamuan serta adanya daulat dari Raja Pagaruyung, maka dia menyediakan segala kelengkapan arak iriang beserta tombak gumbalo, lengkap dengan langgamnya, dan merupakan tempat bersitumpu, sipatan cancang balandasan.
Sementara itu Dt. Bandaro Sati, berfungsi sebagai pimpinan hakim adat
“Menimbang hutang dengan pusako”, kepada rang nan Tigo Balai, apabila nobat di Balai Jariang, Penghulu di Balai Batimah, Hulu Balang di Balai Gadang yang menerima kata dari langit, menjawab kata dari bumi jadi manti pengangannya. Dt. Bandaro Sati di bantu oleh dua orang Penghulu, yaitu : Dt. Maharajo Cik Indo dan Dt. Gindo Malano. Hingga ketiga orang ini dinamakan dengan“ Orang Tigo Balai“. Balai yang dimaksud adalah : Balai Jango, Balai Tangah, Balai Jirak. Anak dari balai Jariang adalah: Balai Jango, Balai Tangah, Balai Jirak, Balai Bodi, Balai Indodunia (balai dapek dek bamintak)
3. Wilayah Lareh adalah antara Bukik Cubadak Mudiak sampai ke Padang Balimbiang Hilir . Pemegang tampuk adat ulayat Lareh adalah : Dt. Paduko Marajo yang berkedudukan di Sitanang Muaro Lakin. Dt.Paduko Marajo mempunyai dua kedudukan yakni: jadi penghulu di dalam Lareh dan menjadi raja ke rantau, dan mempunyai hulubalang pengiringnya sejumlah 12 (dua belas) orang, 6 (enam) orang kebesarannya, serta mempunyai ampang panglimo adat. Payuang Panji dari Dt. Paduko Marajo adalah :
Pertama Dt. Simulie dari Gadut Tebing Tingi,
Kedua Dt. Paduko Alam di Ampalu, dan
Ketiga Rajo Mudo dari Halaban
Ampalu janjang dibawah, Halaban tangga di atas, bernama Kerbau bagak sekandang, seperti tanda rajanya.
Wilayah Rantau dari Dt. Paduko Marajo adalah sejak dari Baramban Basa hilir sampai ke Gunung Sahilan Mudik.Tugas Dt. Paduko Marajo ke Rantau adalah untuk memungut pajak menurut adat “ ameh manah, tukub bubungan, ubua-ubua gantuang kamudi, hak danciang pangaluaran, nan sapiak nan sabusuak, nan sakundi sakundio, nan sakipeh langan baju, nan sapatiang tali bajak, nan sakupang nan sa ameh, manuruik ukua dengan jangko, dibaban nan kadi jujuang, di untuak nan ka diambiak, sacaro timbangan jo patutan, menurut adat dan limbago”
Adapun Dt.Paduko Marajo dalam adat pusaka, mempunyai tiga saudara, yaitu: Dt. Paduko Marajo di Sitanang ,Dt. Simarajo Mantiko di Lubuak Jantan, dan Dt. Rajo Dubalang di Ujuang Aua Tanah Bamungguak.
Menurut adat pusaka dari orang bertiga ini adalah, jika binasa rumah di Buo, tungak tangung jawab Dt.Dubalang, dinding tangungjawab oleh Dt.Simarajo Mantiko dan atapnya oleh Dt. Paduko Marajo.
Dari hasil mufakat mereka di rumah Dt. Paduko Marajo, maka diputuskanlah: Dt. Rajo Dubalang bertangung jawab sejak dari batang tombak mudiak sampai ka muaro hilie. Sementara itu Dt.Simarajo Mantiko bertangungjawab dari Muaro Baliang Mudiak , Batang Gabuih Hilir, Buo dengan Pangian, dan Sijunjuang dengan Koto Tujuah. Dan Kemudian Dt. Paduko Marajo bertangungjawab dari Batang Gabuih sampai Mudiak.
Dt. Paduko Marajo berkedudukan sebagai Pangulu di dalam Lareh, yang merupakan tampuk tangkai di Sitanang Muaro Lakin, apabila ia berjalan menuju wilayah rantau kedudukannya adalah sebagai Rajo, maka di ikutilah oleh hulubalang nan dua baleh, dan diiringi juga oleh ampanglimo.
4. Wilayah Ranah adalah dari Sialang Balantak Basi sampai ke Sisaut Sungai Rimbang sampai ke Jopang Manganti, terus ke Mungka Koto Tuo, hilirnya ke Tambun Sarilamak, sampai ke Paraku Anjiang Mudiak, selingkar Batang Sinamar dan selingkung Batang Lampasi, dan sampai ke Mahek Muara Takus dan Sialang Durian Tinggi. Yang menjadi pemimpin ulayat Ranah adalah Dt. Dahandaro yang bergelar Dt. Bandaro Hitam berkedudukan di Talago Gantiang. Dt. Dahandaro beristrikan seorang Jihin yang bernama Indojati, dan melahirkan seorang anak diberi nama si Jambi, waktu melahirkan si Jambi ikut juga sebuah pisau yang bersamaan dilahirkan.
Wilayah Ranah ,yaitu; Tiga buhua di mudiak dan tiga jalua di hilia;
1. Tiga Buhua di mudiak dengan kedudukan dan fungsi masing-masing terdiri dari :
a. Dt. Bandaro Hitam di Talago Gantiang sebagai gajah dompak.
b. Dt. Rajo Mangkuto di Balai Talang sebagai Cumeti
c. Dt. Parpatiah nan Baringek sebagai Kitabullah di Kubang Ruek.
2. Tiga Jalur di Hilir
a. Dt. Rajo Kendi dari Mungka yang mewilayahi daerah Sialang Durian Tinggi, Kapur IX, dan Kampar Kanan.
b. Dt. Tumangguang dari Taram Nan Tujuah
c. Dt. Pangulu Basa dari Bukit Limbuku.
Disebutkan dengan dindiang naraco adat, camin taruih jatuah karanah, bapak dek anak yang beranam yang bernama anak timbangan. Adapun anak nan baranam , yaitu Taeh-Simalangang, Piobang - Sungai Baringin, Gurun – Lubuak Batingkok, dengan kebesaran masing-masing dengan adat yang berpakai :
1. Pertama Bunga setangkai di Taeh dibawah pimpinan pucuknya bergelar Dt. Angku Soik.
2. Kedua Rajo adat di Simalanggang bergelar Dt. Bandaro.
3. Ketiga Hulu Balang di Piobang bergelar Dt. Rajo Baguno.
4. Keempat Imam di Sungai Beringin bergelar Dt.Banso Dirajo,
5. Kelima Kadhi di Lubuak Batingkok bergelar Dt. Tunaro.
6. Keenam Juru Adat di Gurun bergelar Dt. Sabatang.
Dan kemudian didirikan sebuah Balai nan Saruang (medan nan bapaneh ): beratapkan awan, berdinding bukit, berlantaikan bumi Allah, tiangnya adat dengan Limbago, kebesaran anak yang berenam, himpunan bapak yang berlima, bernama Balai Koto Pudiang
5. Wilayah Sandi meliputi sekitar daerah Kumbuah nan Payau, Titian Aka. Terletak dari Nasi Rodam ke tengah, Padang Samuik ke tepi. Dari Bukit Si Kabau hilir hingga Muaro Mudik. Pemegang tangkai adat atau Rajo di Sandi adalah Dt. Permato Alam Nan Putiah suku si pisang dari Koto Nan Gadang. Di wilayah Sandi mempunyai dua buah Balai yaitu Balai Batimah di Tiakar dan Balai Godang di Koto Nan Gadang.
Dalam Zaman Belanda Apakah Wilayah Luhak Limopuluah juga sama dengan Tambo ?
Kita ambil saja Pemerintahan setelah Kelarasan dihapus pada tahun 1914 dan diangkatnya Demang pada 1 Desember 1914, dapat kita lihat wilayah Afdeling Limopuluah Koto sampai juga ke Kampar dengan pembagian:
Afdeling 50 Kota terdiri 4 Onderafdeling, yaitu :
A. Onderafdeling Payakumbuh terdri dengan dua distrik:
a. Distrik Payakumbuh dengan Demang Sutan Simawang Sutan Tumangguang dengan tiga onderdistrik :
1. Onderdistrik Payakumbuh, Koto Nan IV dan Batu Hampa langsung dibawah Demang Payakumbuh.
2. Onderdistrik Koto Nan gadang ( Kelarasan Sungai Baringin) asisten Demang Alim Datuak Nan Rambai
3. Onderdistrik Mungkar, asisten Demang Ahmad Sutan Nagari
b. Distrik Luhak dengan Demang Nabi Ulah Datuak Bandaro di Limbukan dengan tiga onderdistrik.
1.Onderdistrik Luhak (Kelarasan Limbukan, Situjuah dan Payobasuang) langsung dibawah demang Luhak.
2.Onderdistrik Halaban assten Demang Murad Mangkuto Garang
3.Onderdistrik Tanjung Pati (Kelarasan Lubuak Batingkok,Taram dan Sarilamak) asisten Demang Janaid Datuk Nan Khodo Nan Hitam
B. Onderafdeling Suliki terdiri dengan satu distrik:
Distrik Suliki dengan Demang Arab Rajo Mangkuto, dengan tiga onderdistrik:
1. Onderdistrik Suliki dengan Mahek langsung dibawah Demang Suliki.
2. Onderdistrik Kotolamo langsung dibawah Demang Suliki
3. Onderdistrik Guguak, asisten Demang Said Datuak Cumano di Danguang-Dangaung
C. Onderafdeling Pangkalan Kotobaru dengan satu distrik:
Distrik Pangkalan Kotobaru dengan Demang Sidi Harun, dengan tiga onderdistrik:
1.Onderdistrik Pangkalan dengan VI Koto langsung dibawah Demang Pangkalan Kotobaru
2.Onderdistrik XIII Koto Kampar ( VI Koto Kampar Dimudiak dan VII Koto Kampar Dihilir) Asisten Demang Aidit Sutan Pagai.
3.Onderdistrik Sialang (Galugur, III Koto dan Kapur Nan Sambilan) asisten Demang Jamaluddin Datuak Indo Marajo.
D. Onderafdeling Bangkinang dengn satu Distrik
Distrik Bangkinang Demang Inu Datuak Gampo Alam, dengan dua onderdistrik:
1. Onderdistrik V Koto langsung dibawah Demang Bangkinang
2. Onderdsitrik Kampar (dengan Tambang, Tarantang, III Koto Sibalimbiang, VIII Koto,Sitingkai) langsung dibawah Demang Bangkinang.
Sedikit terhadap Sejarah Kabupaten Kampar Dimana Kabupaten Kampar pada awalnya berada dalam Provinsi Sumatra Tengah, dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 12 tahun 1956 dengan ibu kota Bangkinang. Kemudian masuk wilayah Provinsi Riau, berdasarkan Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 dan dikukuhkan oleh Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958.
Saiful Guci, Pulutan 1 November 2020
Disalin dari FB Saiful Guci