Disalin dari kiriman FB KQ Forum
MISTERI WALIYULLAH PULAU SUMATERA, SYEKH MAULANA MUHAMMAD SUSUHUNAN GIRI ATAS ANGIN
Kawasan Atas Angin merupakan wilayah yang berada di sepanjang pantai barat pulau Sumatera. Di sisi timur kawasan ini merupakan dataran tinggi yang dikenal sebagai Pegunungan Bukit Barisan.
Dataran tinggi Atas Angin, di awali dari daerah sekitar Gunung Merapi terus ke selatan di sekitar Gunung Kerinci dan berakhir di wilayah sekitar Gunung Dempo. Masyarakat Besemah Sumatera Selatan menyebut dataran tinggi ini sebagai Daerah Tumutan Tujuh.
WALI SUMATERA MAULANA MUHAMMAD
Pada sekitar tahun 1450an, di wilayah ini terdapat seorang ulama yang diidentifikasi sebagai Susuhunan Giri Atas Angin. Susuhunan Giri Atas Angin memiliki nama asli Maulana Muhammad. [1]
Maulana Muhammad dalam beberapa manuskrip disebut juga Maulana Muhammad Kebungsuan atau Maulana Muhammad Barakat Nurul Alam atau Sultan Muhammad Minangkabau.
Dalam hikayat Basemah Maulana Muhammad dikenal dengan nama Syekh Sutabaris Tumutan Tujuh, yang merupakan guru dari Sunan Kalijaga. Syekh Sutabaris juga diceritakan sebagai seorang wali Sumatera yang ikut mempersiapkan berdirinya Kesultanan Demak.
Pada sebagian besar naskah kuno menyebutkan Syekh Maulana Muhammad adalah putra dari Syekh Jumadil Akbar. Berdasarkan timeline dan manuskrip di Pulau Sumatera, sosok yang dimaksud adalah Syekh Jumadil Akbar Tsani.
Menurut Serat Penengen Tepas Dalem Jogja, tokoh Syekh Jumadil Akbar Tsani adalah nama lain dari Maulana Ishaq atau nama lengkapnya Maulana Abu Ahmad Ishaq bin Syekh Jumadil Akbar awwal.
Sementara ibunda dari Maulana Muhammad adalah Putri Selindung Bulan yang merupakan anak Penguasa Atas Angin. Dan dikarenakan hal inilah, salah seorang saudara Maulana Muhammad yang bernama Sultan Maulana Ahmad, diangkat sebagai penguasa pada salah satu Kerajaan di Kawasan Atas Angin.
Maulana Muhammad atau Susuhunan Giri Atas Angin masih terhitung saudara sepupu Susuhunan Ampel. Ayahanda Susuhunan Ampel yakni Maulana Ibrahim bin Syekh Jumadil Akbar awwal adalah uwak dari Maulana Muhammad.
WaLlahu a’lamu bishshawab
==================
Catatan kaki oleh Admin:
[1] Kami baru mendengar terkait wali yang satu ini. Kami tertarik dengan gelar beliau yakni 'Susuhunan Giri' nama seperti ini tidak lazim bagi orang Minangkabau ataupun Sumatera. Kecuali bagi beberapa negeri di bagian selatan Pulau Sumatera yang cukup lama dijajah oleh kerajaan dari Jawa sehingga penamaan gelar ataupun beberapa kosa-kata dalam percakapan sehari-hari mendapat pengaruh dari Bahasa Jawa. Sebagai contoh tak ada orang Melayu bergelar 'Raden' namun di Jambi ada. Tidak ada pula istilah 'wong' dalam Bahasa Melayu namun di Palembang ada.