Gambar Ilustrasi: rec.or.id |
Apologetika dalam Sejarah...
Apologik awalnya berasal dari konsep percabangan ilmu Teologi Kristen. Semenjak Teologi Kristen dipelajari sejak zaman patriatik kita mengenal banyak Historiografi Kristen yang banyak memakai pendekatan Apologetika ini. Secara Ke ilmuan tulisan tulisan zaman Patriatik Agustinus dan Scolastik Thomas Aquinas dan generasinya ini cenderung kategorinya adalah Apologetik ini.
Secara konseptual Apologetik itu adalah pembelaan. Secara ke ilmuwan kristolog melakukan analisis kisahnya memakai pendekatan pembelaan ini. Secara percabangan ke ilmuwan, Kristologi selalu memasukkan keahlian apologetik ini pada sarjana sarjana Kristologi. Apologetika juga berkembang sesuai dengan perkembangan Filsafat Ilmu pengetahuan.
Sekarang kembali kita pada kasus Akunt akunt palsu dan berita berita palsu. Sebetulnya mereka termasuk aliran yang mencoba membuat rasional dengan pendekatan Apologatika itu. Dalam realita ke Ilmuan hari ini berpikir apologika dipakai oleh kalangan penyiar penyiar agama untuk membenarkan ajaran mereka untuk berkembang. Apologetika profesional juga dilengkapi berbagai piranti metodologi yang memenuhi standard Ke Ilmuwan, yaitu pendekatan Hermeneutika teks. Nah ini butuh keahlian juga. Jika tidak sanggup dipakai jadilah nantinya kita semacam tukang dagangan Hoax yang ditertawakan orang ditengah pasar.
Apologetika makin semarak karena berkolaborasi dengan aliran Filsafat Dekonstruksionisme. Pembongkaran, kronik peristiwa, semacam aliran pemikiran yang juga berasal dari Kristologi dimana munculnya dekonstruksionis ajaran di aliran Kristen. Dekonstruksi akhirnya menyentuh Sejarah. Banyak ahli hari ini mempertanyakan tulisan tulisan yang ada di nilai sudah usang, karena pendekatannya rekonstruksi. Aliran itu banyak meninggalkan masalah dalam Sejarah.
Dekonstruksi mencoba memutar balikkan fakta sebelumnya ada. Misalkan dalam teori-teori Ke ilmuwan dari dokumen dan Fakta mental masyarakat Minangkabau itu pusatnya di Pariangan. Penulis penulis sejarah semenjak zaman Schrieke Dobbin sampai Tsuyoshi Kato, serta penulis penulis Lokal mulai dari M.D Mansoer sampai Mestika Zed mempercayai Pusat Minang itu di Pariangan. Sekarang mencoba mereka bongkar dengan pendekatan Dekonstruksi menjadi serba Kampar.
Salahkah kerja mereka? Secara ke Ilmuan tidak salah. Salah kah mereka memakai dan memadukan Apologetik dengan Dekonstruksi untuk memperlihatkan Kampar yang hebat? Secara ke ilmuan tentu tidak. Namun syarat syarat ke ilmuan ya tetap akademika, ilmu siap di hujjah dengan sportif, dan tidak mengaburkan identitas diri. Dunia ilmu itu sportif, dia tidak bertele tele dan lugas. Berani ber ujar berani mempertahankannya dengan baik. Salah mengaku dulu, benar kita yang akan akui bersama sama.
Namun fenomena mereka justru menggelikan. Apologetika yang dekonstruksi dipakai bukan dengan standart ilmiah yang pas, yang terjadi justru penipuan sejarah, bukan pembelaan. Pembelaan syah syah saja. Namun orang akan siap pula lakukan pembelaan dalam pendekatan yang sama. Standart nya paling bagus pembelaan itu bukan pembenaran tapi memcari kebenaran. ILMU sampai hari ini masih berdiri dalam puncak kebenaran itu, melalui tahapan tahapan metodologi yang jelas.
Kembali pada apologetik tadi, penulis penulis siluman dan penyebar atau distributor berita berita siluman ini banyak mengambil data data siluman pula. Dan juga banyak menulis dengan menyisipi pembelokan fakta yang disengaja. Atau membuat interpretasi tulisan orang lain sekehendak menurut mereka saja, sehingga dengan enteng mereka menyebut, kita sudah masuk era Postruth. Fakta itu tidak penting yang terpenting terus budayakan pembenaran kita, lama lama khalayak akan berpihak pada kita.
Mari cermati para apologet Budaya ini....di Era Postruth
Salam.......
Disalin dari kiriman FB: Hendra Naldi