Disalin dari FB
Tumanggung Djimat Joyonegorotentang kerambit si kecil yang mematikan
Kerambit merupakan jenis senjata asli Minangkabau, termasuk senjata khas andalan yang sangat berbahaya. Dalam aksen Minangkabau disebut “kurambik”. Pada masa dahulu, permainan senjata kerambit di Minangkabau hanya diwarisi oleh para Datuk atau kalangan Raja, tidak sembarang orang menguasai permainan yang dianggap rahasia dan hanya untuk kalangan tertentu saja.[1]
Dalam klasifikasi senjata genggam paling berbahaya, kerambit sebagai senjata mematikan menempati urutan kedua setelah pistol. Sabetan senjata kerambit bila mengenai tubuh lawan, dari luar memang tampak seperti luka sayatan kecil, namun pada bagian dalam tubuh bisa menimbulkan akibat yang sangat fatal karena urat-urat putus. Dan apabila mengenai perut, maka usus terpotong atau tercabik-cabik didalam.
Disamping menjadi senjata khas Minangkabau, permainan senjata kerambit juga berkembang di Madiun Jawa Timur yang dalam aksen Jawa disebut dengan nama “kerambik”. Permainan senjata ini diajarkan oleh Ki Ngabei Surodiwiryo dalam permainan pencak silat Setia Hati (SH), yang didapatnya dari Gurunya yang bernama Datuk Rajo Batuah di Kampung Ampang Padang. Dan Datuk Rajo Batuah tersebut merupakan murid dari para Panglima Minangkabau yang disebut Harimau Nan Salapan.[2] Di Madiun, permainan senjata kerambit ini menjadi senjata khas pencak silat Setia Hati Terate.
Seiring dengan perkembangan jaman, kerambit atau kurambik atau kerambik ini justru lebih banyak dikenal dan digunakan oleh dunia barat, bahkan kini banyak di kenal kerambit-kerambit modern dalam bentuk pisau lipat dan belati yang bentuknya mengadopsi dari bentuk kerambit.
Catatan kaki oleh admin:
[1] Para pesilat (pandeka) Minangkabau tidak pernah membawa atau memakai senjata karena falsafah dasar dari Ilmu Silek di Minangkabau ialah untuk membela diri dan membela yang lemah. Senjata dipakai tatkala menghadapi medan peperangan dan Minangkabau tidak memiliki tradisi militer. Oleh karena itu senjata hanya dipakai oleh para pembesar kerajaan karena merekalah yang maju dan memimpin jalan peperangan.
[2] Harimau adalah lambang kebesaran Luhak Agam dan Harimau Nan Salapan nama dari Majelis (Dewan) Pimpinan Paderi dengan kepalanya (pengetua) Tuanku Nan Renceh.