“…Sekarang RIS telah berdiri, perjuangan kemerdekaan rakyat belum berakhir. Hendaknya di dalam perjuangan yang akan datang ini pun Republik Indonesia tetap menjadi pelopor dalam RIS. Perjuangan politik dalam RI harus menjadi contoh bagi negara-negara bagian lainnya.”
Cuplikan kalimat di atas disampaikan oleh Mr. Assaat, pejabat Presiden RI, dalam pidato menyambut Tahun Baru 1950. Mr. Assaat merupakan salah satu tokoh politik terkemuka di Indonesia.
Lulus dari MULO di Padang, beliau melanjutkan sekolah ke sekolah dokter STOVIA tetapi berhenti di tengah jalan karena merasa tidak cocok. Beliau kemudian bersekolah di AMS yang setingkat SMA pada masa sekarang, sebelum kemudian melanjutkan ke Rechthogeschool (RHS) di Batavia. Saat itulah ia mulai aktif berorganisasi dan menjadi bagian dari Jong Sumatranen Bond. Beliau juga turut serta dalam Kongres Pemuda II yang dilaksanakan pada 27-28 Oktober 1928.
Setelah lulus dari Universitas Leiden dan mendapat gelar Meester in de Rechten (Mr) atau sarjana hukum, Assaat kemudian berkarir sebagai advokat hingga kedatangan tentara Jepang ke Jawa. Pada masa penjajahan Jepang, Mr. Assaat pernah menjabat sebagai camat Gambir dan Wedana Mangga Besar.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Mr. Assaat aktif di KNIP dan pernah menjabat sebagai ketua. Beliau ikut pindah ke Yogyakarta bersama para tokoh RI lain saat Jakarta diduduki oleh Sekutu. Mr. Assaat juga ikut diasingkan bersama para pemimpin RI saat Belanda menyerbu Yogyakarta pada 19 Desember 1948. Bersama Hatta, Gafar, dan Suryadarma, beliau diasingkan di Manumbing, Bangka, sebelum dibebaskan dan dikembalikan ke Yogyakarta pada tahun 1949.
Peran politik Mr. Assaat yang paling terkenal adalah saat beliau diangkat menjadi Pejabat Presiden Republik Indonesia saat Sukarno menjadi Presiden Republik Indonesia Serikat berdasarkan hasil Konferensi Meja Bundar pada 27 Desember 1949. Mr. Assaat menjabat posisi tersebut hingga 15 Agustus 1950 saat akhirnya negara-negara bagian RIS bergabung kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Saat menjabat sebagai Pejabat Presiden Republik Indonesia, Mr. Assaat menandatangani statuta pendirian Universitas Gadjah Mada (UGM).
menampilkan potret Mr. Assaat yang lahir di Banuhampu, sebuah kecamatan di Agam, tidak jauh dari Bukittingi, pada 18 September 1904. Beliau meninggal pada usia 71 tahun di rumahnya di Warung Jati, Jakarta, pada 16 Juni 1976.
Disalin dari kiriman IG Arsip Nasional RI