Ilustrasi Gambar: idntimes |
Welcome to Natal.
Negeri Pesisir di Kabupaten Mandailing Natal.
Bertetangga dengan Tanah Minang, maka beberapa hari berada di Natal seperti berada di Minangkabau. Bahasanya sama, hanya dialek terdengar seperti Mandailing. Natal menganut sistem budaya matriarki.
Kami datang untuk menemani
Kumari Siregar
dan Bim Harahap
mengikuti acara adat pernikahan mereka secara budaya Natal, daerah asal Bim. Perjalanan dari Medan berjarak 577 km, memakan waktu lebih kurang 16 jam, menaiki gunung, melewati lembah untuk sampai ke daerah pantai. Jalannya, cukup aduhai hingga Gustina Hasan
ampon-ampon.Di rumah masing-masing calon pengantin pria dan perempuan, ada malam bainai yaitu memakaikan inai untuk calon pengantin. Pagi-pagi jam delapan, di kedua rumah ini dilakukan kegiatan jamba-nyuik atau menjamu makan kaum laki-laki di kampung, lalu sekitar jam sebelas menjamu makan kaum perempuan.
Di rumah pengantin pria, pagi-pagi ada badiki, yaitu badendang dengan rebana. Usai badiki, pengantin laki-laki diarak-arak dengan menggunakan pakaian haji.
Sore hari, prosesi pernikahan. Calon pengantin pria diarak-arak pasumandan, yaitu arak-arak dengan dikawal anak-anak perempuan yang menggunakan pakaian adat Natal pasumandan, untuk diantar menikah ke rumah calon pengantin perempuan. Setelah menikah, pengantin pria pulang.
Di tempat pengantin perempuan, setelah Isya digelar malam badendang, yaitu malam bermain musik dan tarian pesisir oleh penari dan pemusik laki-laki, malam badendang akan berakhir menjelang Subuh.
Kembali ke tempat pengantin pria, jam 3 pagi pengantin pria diantar ke rumah pengantin perempuan untuk basiram, yaitu kegiatan siraman yang diisi dengan syair-syair. Kegiatan dilakukan di pelaminan yang mirip tempat tidur, hingga pukul 6 pagi.
Setelah basiram, pengantin laki-laki diarak-arak inai, lalu pulang ke rumah lagi. Di rumah pengantin perempuan, pagi-pagi dilakukan badiki, badendang dengan rebana, hingga menjelang siang.
Siang sekitar jam 12, pengantin pria diantar lagi ke rumah pengantin perempuan, untuk arak-arak inai bersama pengantin perempuan. Kegiatan adat pun diakhiri dengan prosesi minum kopi, dimana pengantin perempuan menyajikan kopi untuk pengantin laki-laki.