"Membiarkan Racun Pemikiran Disebarkan, Saudara-saudara Bertanggung Jawab Kelak di Hadapan Allah swt"
Bila menutup aurat dengan memakai khimar (kerudung), dan memakai jilbab (baju menutup tubuh wanita dari kepala sampai ke kaki) hanya difahami sebagai tradisi dan pembeda antara wanita merdeka dan budak, maka kesimpulannya sudah terbaca yaitu:
Karena budak sudah tidak ada lagi maka tak perlu lagi pakaian yang membedakan antara wanita merdeka dan budak. Jadi, menurut orang-orang ini "kerudung atau jilbab dalam istilah kita, tidak diperlukan lagi dan tak perlu dijadikan ia sebagai ukuran kesalehan seorang wanita".
Walaupun saya ingin mengingatkan lagi tentang kejujuran dalam melihat suatu pandangan yaitu tentang "ukuran kesalehan". Sebenarnya itu kalimat yang tak tepat. Ulama tidak mengatakan ukuran kesalehan tapi "salah satu ukuran kesalehan". Dua pernyatan yang jauh berbeda bagi orang yang berakal !!!
Baik, mari kita lanjutkan !
Apakah ketika aurat wanita berstatus budak adalah antara pusar dan lutut, maka mereka yang "anti jilbab" itu akan menyuruh orang berbikini saja dengan alasan menutup aurat itu juga hanya sekedar tradisi dan pembedaan ????
Saya jadi heran, mengapa pengurus alumni sekolah yang nota bene membawa kehormatan Islam dan ranah Minang, membiarkan kelompok ini memanfaatkan corong untuk menyebarkan fikiran beracun mereka ????
Apalagi yang berfikirab seperti itu adalah pengurus !
Allahu al-Musta'an wa 'alaihi al-tuklan.
Disalin dari kiriman FB Buya Gusrizal Gazahar Dt. Palimo Basa