PERJUANGAN SULTAN SETELAH DITANGKAP
Surat Idenburg menteri jajahan Belanda kpd Snouck perhal Sultan masih berjuang setelah ditangkap
's-Gravenhage, 5 Desember 1908
Kepada Yang Sangat Terpelajar, Dr. Snouck Hurgronje,
Penasihat Urusan Pribumi dan Arab,
Penasihat Urusan Pribumi dan Arab,
di Leiden
Di antara keputusan-keputusan yang telah disampaikan kepada Sekretaris Majelis Rendah Parlemen, sehubungan dengan perdebatan terakhir mengenai Aceh, agar diperiksa oleh para anggota Majelis Rendah itu, terdapat juga sepucuk surat dari Jenderal Van Daalen.
Di antara keputusan-keputusan yang telah disampaikan kepada Sekretaris Majelis Rendah Parlemen, sehubungan dengan perdebatan terakhir mengenai Aceh, agar diperiksa oleh para anggota Majelis Rendah itu, terdapat juga sepucuk surat dari Jenderal Van Daalen.
Dalam surat tersebut beliau mengemukakan pendapatnya tentang pengaruh mantan Calon Sultan Aceh, Tuanku Muhamat Dawöt, yang sekarang diinternir di Amboina, sebagai berikut.
Menurut keyakinan saya, kewibawaan tuanku tersebut sangat diremehkan, padahal sekarang, dari berbagai fakta, ternyata bahwa tokoh tersebut tidak begitu lemah energi seperti yang disangka dan bahwa beliau dimata seluruh penduduk Aceh masih tetap menjadi raja, sehingga tanpa beliau tidak mungkin diambil keputusan yang penting. Untuk membuktikan pendapatnya, Jenderal Van Daalen menulis hal yang berikut.
Dua fakta berikut ini semoga memberi bukti tentang apa yang tadi telah dikatakan mengenai pengaruh mantan Sultan.Kaum kerabat yang sangat dekat dari Kejurön-Linggö yang kebetulan ditahan menerangkan bahwa mereka dalam perjalanan ke tempat Sultan untuk memohon perintahnya mengenai menyerah atau tidaknya kejuron,
Sementara itu T. Bén Biang Pidie, melalui Tanah Gayo, juga mengirimkan sepucuk surat ke sini dengan maksud yang sama. Meskipun surat tersebut tidak diketemukan, berbagai orang dapat juga menerangkan bahwa hal itu benar.
Melalui mantan panglima perangnya, keuchi, atau pang seuman dari Kale, yang gerombolannya dihidupi oleh mantan sultan itu, serta melalui keluarga Cumbö, Tuanku Muhamad Dawöt berhubungan dengan iparnya,Keujeruè'n Truséb dan dengan golongan teungku yang besar di Pidie (TgkChi Ma'ét, Tg. di Buket, dkk.) sedangkan dahulu, sebagai musuh kita,beliau berhubungan baik dengan mereka.
Atas hasutan Tuanku, di daerah Pidie Hulu diadakan rapat besar,tidak lama sebelum serbuan di Keumala Raya. Rapat itu bertujuan untuk menganjurkan perlawanan; banyak pemuda yang terkemuka dan sopan telah dipanggil untuk keperluan itu ke pegunungan oleh para teungku.
Gerakan ini telah berlanjut sampai ke Pantai Timur, yang menjadi alamat surat-surat Tg. Paya Bakong dan kawan-kawannya dengan perintah kepada penduduk untuk memerangi Pemerintah. Di Pantai Barat para teungku yang terkemuka berkumpul di gunung Mancang di Iwoyla Hulu dengan tujuan yang sama.
Sedangkan sarana rohani para tuanku di Aceh Besar ialah Tgk diEumpéi Triëng yang sekarang tersekap di penjara.
Meskipun semangat keagamaan beliau sendiri tak seberapa besar dan beliau adalah penghisap candu yang berat, para teungku itu telah menerima pengaruh mantan sultan itu dengan sepenuh hati untuk membantu kepentingan mereka sendiri. Sedangkan kepentingan sendiri itu adalah "melanjutkan perang sabil", sebab tanpa perang itu tidak mungkin ada sumbangan sabil dan tanpa sumbangan tersebut pengaruh dan penghasilan para teungku akan cukup banyak berkurang.
Satu faktor penghambat lainnya adalah bahwa sebagian besar di ,antara para kepala duniawi terdiri atas para uleëbalang yang sedikit pun belum dapat menyerah kepada keadaan yang baru yang telah kita ciptakan.
Jumlah yang ikut membantu dan pasti berada di pihak kita sangat kecil.Selain kepada para teungku, adanya gerombolan-gerombolan itu dapat dipersalahkan kepada para kepala yang dimaksud pertama tadi.Seperti sudah tercantum dalam laporan tahunan saya yang terakhir,mereka dengan mudah menghidupi satu gerombolan bersenjata di bawah pimpinan seorang kerabat atau seorang kepercayaan yang bertindak sebagai seorang muslim gerombolan, namun nyatanya bagi mereka hal itu menjadi sarana untuk menimbulkan pembangkangan kepada Pemerintah.
Dengan cara begitu, bila perlu, mereka dapat menghindarkan penjahatpenjahat dari pengadilan.Mereka juga dapat menyuruh menyingkirkan lawan, saingan dagang yang sulit, ataupun orang yang merupakan musuh pribadinya karena alasan lain.
Banyak pembunuhan atas mata-mata dan orang lain yang berjasa kepada kita, yang katanya dilakukan oleh musuh, dengan demikian, menjadi tanggung jawab para kepala yang pura-pura telah ditaklukkan dan yang bersikap bersahabat.
Dari pihak para uleëbalang ini pun mantan Sultan mendapat dukungan dan kepatuhan. Seluruh golongan Bén Peukan, termasuk Njong dan Meureudu serta sebagian Keumangan, Cumbo, dan Titeue, Samalanga,dahulu Peusangan, Keureutu dan Peureulak, seperti juga sebagian besar Pantai Barat bagian selatan, berada di bawah pengaruh tuanku tersebut.
Seorang putra Tuanku Usen telah menikah dengan seorang putri Ci Peureulak, dan ia mempertimbangkan akan pergi ke Mekah.Sekarang pun sudah terbukti bahwa T. Ali Ba'et dan saudara saudaranya juga mengadakan rapat-rapat dengan Tuanku Muhamad Dawöt dan agaknya mereka terlibat dalam penyerbuan tempat tinggal T. Raja Hitam di Peukan Bada.
Pernyataan Jenderal Van Daalen yang bergaris bawah seperti yang dimaksud tadi saya kira begitu berlawanan dengan pikiran Anda tentang pengaruh kewibawaan Sultan Aceh (karya De Atjèhers, jilid I, bab I paragraf 8) dan menyimpang begitu banyak dari apa yang saya ketahui dari nasihat-nasihat Anda terhadap mantan Calon Sultan yang disampaikan kepada Pemerintah Hindia, mengenai garis perilaku yang akan diikuti, tertanggal 23 Januari 1903, No. 10, serta 28 Februari 1904 No. 17, sehingga saya akan sangat menghargai Anda jika saya dapat mendengar penilaian Anda tentang pendapat Jenderal Van Daalen.
Menteri Daerah Jajahan
(ttd.) Idenburg
Disalin dari kiriman FB: Adi Fa