Tampilkan postingan dengan label sabil. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sabil. Tampilkan semua postingan

SEPENGGAL KISAH PEMBANTAIAN WARGA GAYO LUES OLEH SERDADU MARSOSE

Foto: Babe


Resensi Buku
BABE - Syahdan tahun 60-an, Juriyah binti Sultan sering kali memperlihatkan parut luka di bagian lengan kiri kepada cucunya, Yusra Habib, yang kala itu masih anak-anak. Yusra diminta menempelkan telunjuk pada lengan Juriah untuk memastikan benda keras berupa selongsong peluru yang tertanam di balik kulitnya.

Peluru itu milik Marsose, pasukan khusus kolonial Belanda yang diterjunkan dalam Perang Aceh masa lalu. Juriah 'mendapatkannya' saat Marsose menggempur Kampung Penosan, Gayo Lues, Aceh, membumihanguskan permukiman, membunuh 4.000 warganya. Pejuang setempat pun tak berdaya.

PERJUANGAN TENGKU CHIK DI TIRO


 PERJUANGAN TGK CHIK DITIRO


Selama bulan juli 1884 kelihatan benar konpeni lemah, tiada berani keluar benteng. Mereka berkubu sekeliling linie, mundar mandir disamping meriamnya. Nyata benar Tengku di Tiro yang berkuasa.

Perintah Tengku di Tiro tertuju kepada pertahanan dan perdjuangan. Pemerintahan sehari hari didjalan kan oleh hulubalang yang sudah ada. Persatuan kuat, tak ada retak dan pecah belah antara kepala dengan rayjat. Hal ini mendjadikan buah pemikiran yang baik bagi beberapa orang yang tidak senang kepada kemerdekaan negeri.

Mereka datang ke Kemala Dalam, menghasut raja supaya timbul kecurigaan bahwa Negeri Atjeh akan menjadi negeri kepunyaan Tengku di Tiro,sebagai hasil dari kemenangannya.

Radja Daud tiada diakui lagi oleh angkatan perang Tengku di Tiro, yang telah berjuang mati-matian memerdekakan negeri Atjeh dari tangan kompeni. (ini sama seperti hasutan razali paya Tjut Rahmani yang tidak mengakui Sultan Aceh terakhir dan mengangkat Tgk chik di Tiro sebagai Wali Negara tahun 1874. Sebuah pengangkangan sejarah yang diulang-ulang agar menjadi kebenaran sebagai legitimasi atas kelompok mareka yang merasa sudah menjadi pejuang)