Foto: FB Mahmud Budi Setiawan |
Transkripsi Berita, silahkan klik DISINI
FB Mahmud Setiawan - Dalam acara resepsi Tanwir Muhammadiyah (Sabtu, 14 Februari 1953), yang diselenggarakan di gedung Sasono-Suko, Lodjiwetan, Solo, ada pesan menarik yang disampaikan Buya Hamka mengenai kemerdekaan.
Dalam pesannya mengenai kemerdekaan, Buya Hamka di antaranya berkata, "Kemerdekaan jang kita miliki sekarang ini barulah merupakan suatu djembatan emas untuk menudju tjita2 ke arah kebahagiaan rochani dan djasmani. Disajangkan bahwa masih ada orang salah menafsirkan apa arti Kemerdekaan. Ada jang menafsirkan, bahwa orang dapat berbuat sekehendak hati tanpa aturan, ada jang tidak menghiraukan lagi adanja hak2 azasi, sehingga timbullah suatu pendjadjahan oleh nafsu sendiri."
****
Bagi Buya Hamka, kemerdekaan laksana jembatan emas, atau sarana menuju cita-cita luhur yaitu : kebahagiaan rohani dan jasmani. Namun, pada waktu itu, mungkin hingga sekarang, banyak yang mengartikan kemerdekaan dengan berbuat bebas sesuai hati dan tanpa aturan sehingga menyebabkan terjadinya pelanggaran hak asasi orang lain. Orang seperti ini, sejatinya bukan merdeka, tetapi dijajah oleh hawa nafsu sendiri.
Pertanyaannya kemudian, dalam kemerdekaan Indonesia yang ke-77 ini, sudahkah kita benar-benar merdeka? Atau justru, menjadi jongos dan budak dari penjajah internal berupa HAWA NAFSU? Sudahkah kita bahagia secara rohani dan jasmani?
MERDEKA! MERDEKA! MERDEKA!