Gambar: akhrm |
FB Juandaha Raya Pruba Dasuha - Dua naskah otentik tentang Kerajaan Aru sunber China dan Sejarah Melayu menjelaskan:
1. Sumber China tahun 1416 menyebutkan letak Kerajaan Aru 4 hari 4 malam berlayar dari Malaka ke Aru. Malaka letaknya sangat dekat dengan Teluk Aru. Mungkinkah 4 hari 4 malam? Groeneveldt dalam peta bukunya ini meletakkan Aru di tepi Sungai yang disebut sumber China ini "Fresh Water", dekat dgn Riau sekarang ini. Atau di antara Labuhan Batu dengan perbatasan Riau - Sumut sekarang ini. Mungkinkah ini Aru-Barumun? Sumber lain menyebutkan di Teluk Aru Langkat sekarang ini.
2. Sedjarah Melajoe karya Tun Sri Lanang asal Melaka yang ditulis pada tahun 1511 dan diteruskan 1612, dijelaskan bahwa Aru sudah lebih awal masuk Islam oleh Fakih Muhammad Raja Negeri Mu'tabar. Dari Aru menyusul masuk Islam negeri Perlak dan dari sini menyusul Semudra dgn masuk Islamnya rajanya bernama Merah Silu yang berganti nama menjadi Maliku's-Salih. Itu artinya, sebelum Semudra Islam, Haru sudah lebih dulu Islam. Dengan begitu, setidaknya sejak abad ke 13/14 Aru sudah lama Islam dan dia adalah Kerajaan bercorak Islam dan Melayu.
Sementara itu BS Simanjuntak dalam bukunya Sejarah Batak, 1977 menulis:
Batara Sangti Simanjuntak menyebut Kerajaan Haru itu bukan kerajaan Melayu/Islam tetapi kerajaan Batak pasca serangan Majapahit menyingkir, mengisolasi diri ke Sianjurmulamula sekitar 1365. Kerajaan Haru itu bertetangga dgn Kerajaan Batak Tamiang atau Timur Raja (Raja Purba) yang kemudian menjadi Kerajaan Silo di Simalungun.
(Catatan: Batara Sangti Simanjuntak mengakui bahwa dua kerajaan Simalungun yaitu Nagur dan Silo bukan berasal dari Toba, lihat bukunya halaman 147).
Pertanyaannya apakah Haru dan Aru ini sama? Teluk Aru di Langkat dengan Aru Barumun di Labuhan Batu sekarang ini? BS menjelaskan sama, dan ini adalah kerajaan Batak yang menurunkan orang Batak di Sianjurmulamula.
Sumber :
1. Groeneveldt, Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled From Chinese Sources, Jakarta: Bharatara, 1960 (cetakan pertama 1880), halaman 94.
2. Sedjarah Melaju, Djakarta, Djambatan, 1952, halaman 60.
3. Batara Sangti Simanjuntak, Sedjarah Batak, Balige, 1977 hlm, 147, 245.
========================
Baca juga: