Disalin dari kiriman FB Yoga Dariswan
Sekilas menelusuri anak keturunan Snouck Hurgronje di Indonesia
Banyak yang masih tidak tahu kalau tokoh orientalis Belanda, Snouck Hurgronje, yang keislamannya diragukan itu, punya beberapa anak berdarah Sunda-Belanda dari dua pernikahannya dengan wanita Sunda.
Istri pertamanya bernama Raden Ayu Sangkana Resmi, mereka menikah tahun 1890, yang melahirkan empat anak dalam foto di bawah ini: Oemar, Salmah, Ibrahim, Aminah.
Kedua dengan Siti Hadijah, menikah tahun 1898, dan melahirkan satu anak bernama Raden Joesoef.
Kedua istrinya adalah anak seorang penghulu. Sangkana anak penghulu dari Ciamis, Raden Haji Muhammad Ta'ib. Sedangkan Sadijah adalah anak dari penghulu Bandung bernama Raden Haji Muhammad Sueb alias Kalipah Apo.
Berbeda dengan sinyo dan noni Indo-Belanda umumnya, meski ayahnya Belanda, status anak-anak Hurgronje terdaftar sebagai bumiputra. Mereka pun beragama Islam.
Semua anak Hurgronje hidup dan berketurunan di Indonesia, hanya Oemar yang wafat sebelum kemerdekaan Indonesia, yaitu tahun 1942 sebelum Jepang mulai invasi ke Hindia.
Setelah Snouck harus berpisah dengan keluarganya karena dipanggil pulang ke Belanda tahun 1906, Oemar yang saat itu masih 15 tahun menjadi sosok pemimpin di keluarga menggantikan sang ayah, dia begitu penuh perhatian dan kasih sayang kepada saudara-saudarinya, termasuk Raden Joesoef anak dari istri kedua ayahnya. Meski demikian, Snouck mengirim uang kepada anak-anaknya setiap bulan dan sering berkirim surat.
Oemar menikah dua kali, dengan wanita Sunda juga, kedua pernikahannya itu melahirkan dua anak perempuan dan lima anak laki-laki.
Lantaran paras wajah anak-anak Oemar yang lebih mirip orang Eropa, ketika invasi Jepang tiba, mereka dievakuasi ke sebuah pedesaan di puncak bersama ibunya. Mereka tetap tinggal di sana sampai 1948, setelah situasi pasca kemerdekaan aman terkendali.
Anak Horgrunje lainnya, yaitu Raden Joesoef sang bungsu, hidup sampai berusia akhir 70-an. Joesoef sempat didatangi oleh van Koningsveld pada tahun 1983. Beberapa media nasional bahkan memuat cerita tentangnya.
Keberadaan Raden Joesoef diketahui berkat anaknya, Harry Joesoef, yang tinggal di Belanda. Anak Raden Joesoef lainnya, Eddy Joesoef, bukan orang sembarangan. Dia pahlawan Indonesia dalam ajang akbar bulu tangkis Thomas Cup 1958.
Raden Joesoef, putra dari sosok kenamaan asal Belanda itu, menjalani masa tuanya dengan damai sebagai pensiunan perwira tinggi polisi RI. Beliau meninggal pada tahun 1984 di Jawa Barat. Sekian.