Ilustrasi Gambar: sumbar today
Mengejutkan, Ternyata Bintang Daud ada pada Balai Adat di Batang Tabik Nagari Sei Kamuyang [Klik DISINI]
Carito Luhak Nan Bungsu – Kemarin, saya singah pada sebuah Balai Adat Koto Baru dekat Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) Bungo Satangkai yang berada di dekat pemandian Batang Tabik Nagari Sei Kamuyang, Kecamatan Luak, Kabupaten Limapuluh Kota, saya terkejut terlihat jelas di pintu masuk dan didalam ada lambang Bintang Daud dan dikiri-kanan pintu masuk ada sekumtum bunga , menurut orang disekitar balai tersebut bangunan ini telah ada sejak akhir abad ke-18 karena pernah melihat tulisan tahun 1800.
Kalau kita mendengar atau melihat nama bintang nabi daud atau bintang david (Kristen), yang terlintas di benak kebanyakan orang saat ini mungkin adalah Yahudi atau Zionis Israel, karena Faktanya, simbol bintang tersebut saat ini memang dikenal sebagai salah satu representasi Israel yang notabene adalah negara Yahudi Israel. Simbol Bintang David yang telah identik dengan Zionis ini kemudian diadopsi menjadi lambang bendera Israel pada 28 Oktober 1948. Ketika itu sejumlah politikus Arab Israel mengajukan permintaan untuk evaluasi ulang bendera Israel, dengan dasar bahwa "Bintang Daud" itu secara eksklusif hanya merupakan simbol orang Yahudi.
Dari tautan (http://lapakfjbku.com/semua-yang-perlu-diketahui-tentang...) yang mengulas soal heksagram lengkap dengan foto-fotonya. Heksagram, bentuk simbol heksagran merupakan simbol kuno. Simbol ini menyebar ke berbagai bangsa dengan segala ciri dan maknanya.
Sangat menarik bagi penulis, bangunan yang berukuran 4 x 6 meter bergaya eropah dikiri kanan (utara-selatan ) dengan tiang penyangga ada tiga buah, di atas pintu masuk terlihat jelas gambar heksagram bintang daud dan ada berjendela terbuka yang diatasnya ada gambar sekumtum bunga. Belum ditemukan sebuah Balai daerah lain dalam wilayah minangkabau yang terbuat dari semen dicampur kapur selaian terbuat tonggaknya dari kayu. Sayangnya bangunan ini telah dipugar yang atapnya telah diberi bergonjong. Penulis sedang berusaha mencari bentuk awal dari bangunan tersebut.
Dari beberapa referensi yang penulis kumpulkan dengan adanya gambar Bintang Daud dan sekumtum bunga bahwa Balai adat Koto Baru Batang Tabik Nagari Sei Kamuyang, ada tiga asumsi penulis untuk didiskusikan, pertama Balai ini pernah dijadikan tempat Ziarah agama Hindu sebelum masuk Islam, kedua Balai ini adalah tempat peribadatan agama Islam dari Mazhab Hanafi, ketiga sudah masuknya paham Yahudi di Sei Kamuyang Luhak Limopuluah.
1.Asumsi pertama, balai tempat ziarah agama Hindu
Asumsi ini penulis ambil karena diteliti pada pola gambar bintang daud ditengahnya ada tulisan huruf Tamil “Om” ditengahnya. Hal ini kita persandingan dengan gambar yang ditemukan di Kataragama di Srilanka, sebuah situs ziarah yang terkenal untuk kepercayaan Hindu dan Buddha. Ukiran ini dari abad ke-3 SM. Dengan huruf Tamil ‘Om’ di tengah bisa di lihat di Museum für Völkerkunde, Basel . Lihat artikel symbol-simbol Bintang Daud yang tersebar di dunia oleh Rudy 28 November 2011 yang berjudul “Bintang Daud , Cincin Sulaiman atau Bintang Goloka?” http://rudycoolarema.blogspot.com/.../bintang-daud-cincin...
Adanya huruf "OM" dari bahasa Tamil tak mengherankan bagi kita, karena di Sumatra bagian tengah juga bermukim bangsa Tamil. Ada yang berpendapat, bangsa Tamil yang datang ke Sumatra bagian tengah bukan menyebar dari Barus. Mereka datang langsung dari pantai India selatan, mendarat di Tiku, Katiagan dan pantai-pantai barat Sumatra Barat lainnya.
Prasasti batu bapahek di Saruaso ditulis dalam dua bahasa yaitu bahasa Melayu tua dan bahasa Tamil. Suatu pertanda di Minangkabau di zaman itu, di abad ke-13 M, banyak masyarakat yang memakai bahasa Tamil.
Kehadiran bangsa Tamil di Minangkabau meninggalkan banyak bahasa, atau istilah yang berasal dari bahasa Tamil. Di antaranya: kamu, hyang, gudang, suaso, kolam, kodi, peti, niaga, marapulai, pualam, cemeti, jodoh, gundu, bedil, belenggu, dahaga, kanji, mahligai, talam, onde onde, apam, serabi dan banyak lagi yang lain.
Kembali kita pada simbol heksagram dimana di India simbol heksagram ini identik dengan Bintang Daud disebut sebagai Shatkona. Bisa jadi Shatkona merupakan simbol tertua heksagram yang dibentuk dari dua segitiga sama sisi. Shatkona tercatat dalam sejarah Weda merupakan jantung spiritualitas. Dalam Shatkona, segitiga yang menghadap ke atas disebut Purusa, sedang yang menghadap ke bawah disebut Prakarti. Belum jelas kapan bentuk Shatkona ini tercantum dalam Weda. Tapi dari https://id.wikipedia.org/wiki/Periode_Weda, Weda dikumpulkan sejak pertengahan milenium kedua sebelum masehi.
Dalam agama Hindu, Shatkona merupakan lambang untuk penyatuan manusia dan Tuhan. Sembahyang merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kita kepada sang pencipta (Tuhan yang Maha Kuasa). Secara etimologis sembahyang berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari kata sembah dan hyang. Kata “Sembah” berarti menghormati, takluk menghamba permohonan dan “Hyang” berarti Dewa, Dewi, Suci.
Dalam melaksanakan persembahyangan, terdapat berbagai sarana yang dapat digunakan, salah satunya bunga. Bunga merupakan salah satu sarana untuk mengungkapkan rasa bakti terhadap Tuhan yang Maha Esa. Bunga dalam persembahyangan ini memiliki arti sebagai lambang ketulus ikhlasan pikiran yang suci. Lambang bunga ini terpampang jelas dibagian dinding luar yang tak pernah kita temukan dibalai adat dimanapun di minangkabau yang dapat dijadikan kajian sejarah..
Dilihat dari segi fungsinya, Bunga memiliki dua fungsi dalam persembahyangan yaitu sebagai simbol Tuhan dan fungsi sebagai sarana persembahyangan. Sebagai simbol Tuhan, bunga diletakkan pada cakupan kedua belah telapak tangan pada saat menyembah dan setelah selesai menyembah, bunga tadi biasanya diletakkan di atas kepala atau ditelinga. Sebagai sarana persembahyangan, bunga dipakai untuk mengisi sesajen yang akan dipersembahkan kepada Tuhan. Sesajen ini akan diletakan dibawah batang kayu Beringin / atau kayu Muyang besar yang tumbuh dekat mata air Batang Tabik dahulunya dan kemudian dilakukan batarak. Diduga tempat ini banyak dikunjungi orang untuk melakukan persembahan kepada “Hyang” sebelum masuknya pengaruh Islam. Yang kemudian daerah ini berubah nama menjadi Sei Kamuhyang yang akhirnya menjadi Kamuyang.
Budaya Hindu ini sampai sekarang masih banyak dipakai oleh Islam dengan menaburi bunga di atas kuburan setelah anggota keluarga di makamkan yang sebagai perlambang keikhlasan keluarga untuk melepas orang yang meninggal menghadap sang khalik.
Dilihat hubungan lukisan jo Limbago, dimana dalam agama hindu disebut Trimurti yang dapat diartikan sebagai konsep “mahadewa”, yaitu para tokoh ilahi (deity) yang utama dalam Agama Hindu. Trimurti dianggap sebagai sebuah perwujudan nyata dari kekuatan utama yang mengendalikan alam semesta, yaitu kekuatan untuk menciptakan, kekuatan untuk memeliharan, dan kekuatan untuk merusak. Perwujudan itu hadir dalam bentuk para dewa. Para dewa yang ada dalam konsep ini antara lain: Brahma, Wisnu dan Siwa.
Sementara konsep kepemimpin di Sei Kamuyang pada awalnya disebut urang “Tigo Selo “ yaitu : Rajo Basa, Rajo Kayo dan Rajo Mangkuto. Kemudian setelah pengaruh Paderi dengan setiap nagari harus mempunyai Kaampek suku maka dijemputlah Tuanku Marajo dari Sungai Tarab, yang bertugas sebagai Rajo Ibadat.
2. Asumsi kedua, balai ini tempat peribadat Agama Islam mazhab Hanafi.
Asumsi ini diambil , Dimana pada akhir abad ke-18 sebelum adanya pengaruh dari Paderi sejak kedatangan Haji Miskin, haji Piobang, haji Sumaniak tahun 1803 dari mekah. Islam telah ada di Sei Kamuyang dengan Mazhab Hanafi yag masuk melalui daratan dari Kuntu Lipek Kain Riau, melalui Taram dan Sei Kamuyang kemudian berkembang di Luhak Limopuluah dan Minangkabau.
Hal ini, kita ambil dari catatan sejarah di masa lalu , dimana bintang daud ternyata juga pernah dipakai di dalam dunia Islam. Simbol bintang bersegi enam (heksagram) itu pernah dicantumkan dalam bendera Dinasti Karaman yang menguasai wilayah selatan daratan Ana tolia (Asia Kecil) antara 1250–1487. Dinasti itu sendiri dikenal sebagai penganut agama Islam yang menjalankan tradisi mazhab Hanafi.
Selain itu, bintang daud juga pernah dijadikan sebagai simbol bendera Dinasti Isfendiyar yang menguasai bagian utara daratan Anatolia dari 1292–1461. Selanjutnya, Hayreddin Pasha alias Khairuddin Barbarossa yang menjabat sebagai petinggi militer Kesultanan Turki Utsmaniyah pada 1533 juga dikatakan pernah memakai logo bintang daud di bendera perangnya. Hayreddin Pasha adalah seorang Muslim berdarah Yunani yang dikenal sangat loyal kepada Sultan Suleiman (Suleyman the Magnificent) yang memerintah Utsmaniyah dari 1520–1566.
Menurut laman Flags of the World (FOTW), bendera yang dimiliki Hayred din Pasha tidak sekadar menampilkan bintang daud. Tetapi juga mencantumkan gambar pedang Dzulfaqar (pedang milik Ali ibn Abi Thalib). Sementara, di atas gambar pedang itu tertera kalimat "Nashrun minallaahi wa fathun qariibun wa bashshiril mu'miniina, yaa Muham mad" yang ditulis dalam abjad Arab. Ben dera perang Hayreddin juga membubuh kan nama empat sahabat Khulafa ar-Rasyidin yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu 'anhum.
Stephen F Dale dalam buku The Mus lim Empires of the Ottomans, Safa vids, and Mughals menyebutkan, penggunaan lambang bintang daud memang sempat populer di kalangan masyarakat Muslim pada zaman abad pertengahan. Terutama di antara penganut mazhab Hanafi. Logo tersebut juga kerap ditemu kan masjid-masjid yang dibangun pada masa Kesul tanan Turki Utsmaniyah.
Terakhir, bintang heksagram itu di kata kan juga sempat dipakai dalam ben dera Maroko pada awal abad ke-19. Namun, sejak terbentuknya negara Israel pada 1948, logo tersebut secara global mulai diasosiasikan sebagai milik komunitas Yahudi semata.
3. Asumsi ketiga, asumsi terhadap masuknya paham Yahudi
Kapan masuknya paham yahudi di Sei Kamuyang dan Luhak Limapuluh Kota perlu kajian referensi literatur.
Apabila disandingkan dengan Bintang Daud dari lambang agama Yahudi yang menggambarkan gabungan dua segi tiga sama sisi berbeda dari gambar bintang Daud yang ada di Sei Kamuyang karena di Agama Yahudi tidak ada huruf Tamil "OM" ditengahnya sementara heksagram di Sei Kamuyang mempunyai huruf "OM" ditengahnya.
Penulis belum dapat memberikan bahan apakah sebelum masuknya abad ke-19 paham Yahudi ini telah ada di Sei Kamuyang. Yang ada baru buku Laporan Militer “Eigh years among malays “ oleh Paul Dachel tahun 1800 adanya paham yahudi menyebar melaui cina ke Minangkabau.
Atau telah ada dalam buku DI BAWAH KUASA ANTISEMITISME: Orang Yahudi di Hindia Belanda (1861-1942)Penulis : Romi Zarman
Temuan symbol ini akan tetap menjadi misteri bagi penulis dan akan terus mengali sebuah kebenaran informasi. Nah, menurut dunsanak pembaca bagaimana ?
Pulutan, Minggu 30 Mei 2021 oleh Saiful Guci