Ilustrasi Gambar: kreately.in |
Antara tahun 1025, Rajendra Chola, Raja Chola dari Tamil Nadu di India Selatan, melancarkan serangan laut terhadap pelabuhan Sriwijaya di Asia Tenggara Maritim. Pada tahun 1030 ia menaklukkan Kadaram (Kedah kini), ibukota Srivijaya kala itu? mendudukinya selama beberapa waktu dan menangkap Sangrama Vijayottunggawarman.
Ekspedisi Rajendra terhadap Sriwijaya merupakan suatu peristiwa unik dalam sejarah India dan hubungan damai timbal baliknya dengan negara-negara Asia Tenggara. Semenjak saat itu Sumatra dan Semenanjung Malaya berada di bawah keluasaan Rajendra Cola? Sementara mandala[1] yang lainnya melepaskan diri.
Menurut catatan Burma, Kyanzittha, penguasa Pagan (Burma) bertemu dengan keluarga kerajaan Chola dengan mengirimkan seorang duta besar ke kaisar Chola. Dalam sebuah prasasti di Pagan, ia bahkan mengklaim telah mengubah Chola menjadi Buddha melalui surat pribadi yang ditulis di atas kertas emas.
Ada juga bukti yang menunjukkan bahwa Kulottunga, yang di masa mudanya, berada di Sri Vijaya, (Kedah? Palembang?) memulihkan ketertiban dan mempertaankan pengaruh Chola di daerah itu. Virarajendra Chola menyatakan dalam prasastinya, tertanggal pada tahun ke-7 pemerintahannya (1063M), ia kembali menaklukkan Kadaram dan mengembalikannya kepada rajanya yang datang dan menyembah kakinya. Ekspedisi ini dipimpin oleh Kulottunga atas nama pamannya Virarajendra Chola.
Sebuah prasasti Kanton menyebutkan Ti-hua-kialo sebagai penguasa Sri Wijaya. Menurut sejarawan, penguasa ini sama dengan penguasa Chola Ti-hua-kialo (diidentifikasi dengan Kulottunga) yang disebutkan dalam sejarah Song dan yang mengirim kedutaan ke Cina. Menurut Tan Yeok Song, editor prasasti Sri Vijayan di Kanton, Kulottunga tinggal di Kadaram setelah ekspedisi angkatan laut tahun 1067 M dan mengangkat kembali rajanya sebelum kembali ke India Selatan dan naik takhta.
Pada 1077 M, raja Chulien (Chola) Ti-hua-kialo mengirim kedutaan ke istana Cina dicatat sebagai San Fo Tsi. Sastri mengidentifikasi dengan Kulottunga. Usaha perdagangan. Pada 1089 M, penguasa Sri Vijayam mengirim dua duta utusan ke istana Kulottunga, meminta dia untuk memperbarui hibah lama ke biara Buddha (Chulamani Vihara) di Nagapattinam yang dibangun selama periode Rajaraja Chola I.
Raja Khmer Suryawarman II (1113-1150) yang mendrikan Angkor Thom yang terkenal itu mengirim misi ke dinasti Chola dan mempersembahkan sebuah batu berharga kepada Kulottunga pada tahun 1114 M. Sepeninggal Koluttungga di tahun 1122 Suryavarman II menjadi satu-satunya kandidat untuk meneruskan tahta Khmer-Champa dan hampir seluruh mandala eks Srivijaya berhasil disatukan olehnya.
Disalin dari kiriman FB Riff ben Dahl
Catatan kaki oleh admin:
[1] Mandala ialah daerah bawahan