Marga Nasution

Sumber Gambar:http://dprdmadina.blogspot.com
๐ŸšฉMarga NASUTION dan Sutan Diaru Nasution, diantara nama Tokoh :
Batara Gurga Pinayungan Tuanku Rajo Nan Sati, dan
Batara Payung Tuanku Rajo Nan Sati.
--------------------------
๐Ÿ‘‰Ada dua versi yang beredar tentang puncak silsilah dari Marga Nasution, dan pencetus awal marga Nasution :

=1. Versi Wiki dan Kota Pinang, menyebut bahwa Sutan Diaru Nasution diturunkan dari Batara Payung Tuanku Rajo Nan Sati, dan Sutan Diaru Nasution (Baroar Nan Sati) adalah pencetus awal marga Nasution.

=2. Versi Pagaruyung, menyebut bahwa Sutan Diaru Nasution (Baroar Nan Sati) diturunkan dari Batara Gurga Pinayungan Tuanku Rajo Nan Sati. Dan pencetus awal marga Nasution adalah Batara Gurga Pinayungan Tuanku Rajo Nan Sati.

๐Ÿ‘‰Versi Wiki dan Keturunan Kesultanan Kota Pinang.
Batara Gurga Pinayungan Tuanku Rajo Nan Sati adalah seorang sultan sekaligus pendiri Kesultanan Kota Pinang pada tahun 1630. Batara Gurga Pinayungan merupakan putra Sultan Alamsyah Syaifuddin yang berasal dari Kerajaan Pagaruyung. Bersama dua orang saudaranya, Batara Payung dan Putri Lenggani ia pergi merantau dari Pagaruyung. Setibanya di Kota Pinang pada awal abad ke-17, ia berhasil menghentikan peperangan di antara penduduk setempat. Karena wibawa dan kemampuannya itu, ia akhirnya diangkat menjadi raja di wilayah tersebut.

Batara Gurga Pinayungan memiliki dua orang istri yang kemudian menurunkan tiga orang putra dan seorang putri. Putrinya, Siti Ungu Selendang Bulan, adalah istri raja Aceh Sultan Iskandar Muda. Dia kelak menjadi ibu dari raja-raja di Kesultanan Asahan, Kerajaan Pannai, dan Kesultanan Bilah. Sedangkan keturunannya dari Sultan Mangkuto Alam, kelak menjadi pewaris raja di Kesultanan Kota Pinang.

Batara Gurga Pinayungan Tuanku Rajo Nan Sati memiliki seorang saudara yang bernama Batara Payung Tuanku Rajo Nan Sati. Putranya, Baroar Nan Sati, diangkat sebagai raja oleh masyarakat Mandailing Godang dengan gelar Sutan Diaru. Kelak keturunan Batara Payung Nan Sakti inilah yang membentuk fam/marga Nasution (Nan sakti on) di Kabupaten Mandailing Natal.

๐Ÿ‘‰Versi Pagaruyuang
Lebih kurang pada penghujung abad ke 16 Masehi, Daulat Yang Dipertuan Raja Alam Pagaruyung ketika itu telah memerintahkan pada anaknya Batara Gurga Pinayungan Tuanku Rajo Nan Sati dan adiknya Batara Payung Tuanku Rajo Nan Sati (Batara Sinomba) dengan pengiring-pengiringnya untuk menghantarkan saudara perempuannya yang bernama Puti Lenggo Geni, calon isteri kakak sepupunya Yang DiPertuan Maharajo Sati yang telah diangkat menjadi Sultan Barus Hilir (Kesultanan Hatorusan).

Dalam perjalanan menuju Barus tersebut, rombongan ini melalui Tanah Mandahiling Tapanuli Selatan mengikuti jalur perdagangan antara Minangkabau dengan Barus. Dalam perjalanan tersebut di Mandahiling terjadi pergolakan antara satu huta (kampung) dengan huta (kampung) lainnya.

Sesampainya rombongan ini di Mandahiling, pemuka-pemuka adat di sana meminta kepada Batara Gurga Pinayungan Tuanku Rajo Nan Sati untuk dapat meredakan dan memadamkan pergolakan di sana. Batara Gurga Pinayungan dengan senang hati langsung turun tangan meredakan pergolakan tersebut, bahkan pada saat terjadi adu tanding antara dua raja dari dua huta yang berlainan tersebut, ketika dua bilah pedang mereka beradu untuk saling membunuh, Batara Gurga Pinayungan telah menangkap kedua bilah pedang tersebut dan kedua pedang tersebut meleleh dalam genggamannya.

Kedua raja yang tadinya saling bertarung, kemudian bersimpuh dan menyembah pada Batara Gurga Pinayungan. Atas kejadian ini petinggi-petinggi adat Tanah Mandahiling meminta dan mendaulat Batara Gurga Pinayungan Tuanku Rajo Nan Sati untuk bersedia menjadi raja di Tanah Mandahiling dengan gelaran Mangaraja Godang Mandahiling.

Kesaktian Batara Gurga Pinayungan tersebut tersebar keseluruh pelosok Tanah Mandahiling, kemudian para petinggi adat Mandahiling bermusyawarah untuk mencarikan Marga bagi Batara Gurga Pinayungan serta keturunannya kelak sesuai dengan adat dan tradisi orang Mandahiling. Dalam pertemuan itu disepakati marga yang diberikan yaitu “Na Sati On” sesuai dengan gelar yang di bawanya dari Pagaruyung yaitu Tuanku Rajo Nan Sati. Lama kelamaan ejaan Na Sati On berubah menjadi NASUTION.

Batara Gurga Pinayungan Tuanku Rajo Nan Sati Mangaraja Godang Mandahiling-1 digantikan oleh anaknya Sultan Diaru Mangaraja Godang Mandahiling ke-2 .

Selepas mangkatnya Raja ini kemudiannya digantikan oleh anaknya yang bernama Tuanku Muksa, sebagai Mangaraja Godang Mandahiling ke-3.

Selepas itu diganti pula oleh anaknya yang bernama Tuanku Natoras sebagai Mangaraja Godang Mandahiling ke-4.

Dan seterusnya oleh anaknya yaitu Baginda Maharaja Enda sebagai Mangaraja Godang Mandahiling ke-5.

Selanjutnya diteruskan lagi oleh anaknya Baginda Maharaja Enda yang mempunyai tiga isteri.
Jadi urutannya sbb:

1. Batara Gurga Pinayungan Tuanku Rajo Nan Sati.
2. Sultan Diaru Nasution (Baroar Nan Sati).
3. Tuanku Muksa Nasution.
4. Tuanku Natoras Nasution.
5. Baginda Maharaja Enda Nasution I.
6. Baginda Maharaja Enda Nasution II.
dst.

๐Ÿ‘‰Prof Anwar Nasution, beliau pada tanggal 29 Juli 2006 telah dianugerahi dengan gelar Yang Dipertuan Tuanku Rajo Pinayungan Nan Sati oleh Daulat Yang Dipertuan Raja Alam Pagaruyung pada suatu prosesi adat di Istano Silinduang Bulan, Tanah Datar, Sumatera Barat pada tahun 2006. Anwar Nasution yang pernah menjabat Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), merupakan generasi ke-16 dari Batara Gurga Pinayungan Tuanku Rajo Nan Sati.
Dan istrinya diberi gelar Puan Puti Ratna Gumala. 

๐Ÿ‘‰Rebutan "Batara Gurga Pinayungan Tuanku Rajo Nan Sati" antara Marga Nasution dan Kesultanan Kota Pinang seharusnya telah berakhir dengan bukti bahwa telah disandangnya gelar PINAYUNGAN oleh Prof Anwar Nasution, dan sekaligus telah menjelaskan bahwa Marga Nasution adalah berpuncak kepada Batara Gurga Pinayungan Tuanku Rajo Nan Sati, bukan kepada Batara Payung Tuanku Rajo Nan Sati.

๐Ÿ‘‰Silsilah Anwar Nasution Yang Dipertuan Tuanku Raja Pinayungan Nan Sati.
Baginda Maharaja Enda dari perkawinannya dengan Boru Pulungan dari huta Bargot lahir anaknya yang bernama Jabadola Nasution. Jabadola ini kemudian berhijrah ke huta Siantar. Salah seorang anak Jabadola bernama Jabornang Nasution kemudian mempunyai anak yang bernama Jaru Mahot Nasution.

Jaru Mahot Nasution mempunyai beberapa orang anak salah satunya bernama Bondanaelolot Nasution yang kemudian berhijrah ke Parahusorat Sipirok sebagai wakil dagang bapaknya. Salah satu anak Bondanaelolot bernama Sori Tua Nasution, anak dari Sori Tua Nasution yang bernama Pagu Nasution yang kemudian berganti nama menjadi Hasan Nasution. Anak bungsu dari Hasan Nasution bernama Idris Nasution.

Idris Nasution ini mempunyai tiga orang anak, satu dari isteri pertamanya yang bernama Puti Zubaidah dari Pagaruyung, punya anak namanya Abdul Rahman Idris Nasution menetap dia di Sri Lanka.

Sedangkan dari isterinya Boru Simanjuntak dari Logu Boti Toba lahir dua orang anak laki-laki yaitu Husni Idris Nasution yang menetap di Sipirok dan Husein Idris Nasution menetap di Tanah Semenanjung Malaysia yang lebih dikenal dengan sebutan RAJA LAUT dan pernah mengalahkan pasukan Inggeris dan Yap Ah Loy pada tahun 1863 Masehi di Bukit Nenas, Kuala Lumpur sekarang.

Husni Idris Nasution punya beberapa orang anak yang salah satunya bernama Ali Nasution, anak dari Ali Nasution salah satunya pula bernama Muchtar Nasution. Anak dari Muchtar Nasution salah satunya bernama Amran Nasution dan punya lima orang anak, salah satunya yaitu Prof. Dr. Anwar Nasution.

------
๐Ÿ‘‰KESIMPULAN :
1. Marga Nasution adalah berpuncak kepada Batara Gurga Pinayungan Tuanku Rajo Nan Sati, bukan kepada Batara Payung Tuanku Rajo Nan Sati.
2. Marga Nasution diawali dan dicetuskan pertama kali oleh Batara Gurga Pinayungan Tuanku Rajo Nan Sati, bukan oleh Sutan Diaru Nasution (Baroar Nan Sati).
3. Gelar PINAYUNGAN seharusnya tetap merujuk kepada marga Nasution.
4. Gelar PAYUNG seharusnya merujuk kepada keturunan Kesultanan Kota Pinang.

----
๐Ÿ‘‰TAMBAHAN
->1. Segala cerita-cerita lain yg bersifat takhayul dan pembodohan tentang Baroar Na Sati dimana diceritakan ada anak Raja Pagaruyung bertemu dan sampai berhubungan dengan seorang gadis bunian. Dan dari hubungan tersebut lahirlah seorang anak laki-laki. Anak tersebut kemudian ditemukan oleh Sutan Pulungan, raja dari Huta Bargot di Mandailing Godang, di tengah hutan saat sedang berburu. Kemudian anak itu dipungut oleh Sutan Pulungan dan diberi nama Baroar. Itu semua adalah cerita takhayul dari kede kopi yg tidak bisa diterima akal sehat.

Sutan Pulungan itu sendiri adalah tokoh yg tidak jelas asal usulnya dan tidak pula dijelaskan dalam cerita sekelas dongeng buat kanak-kanak itu. Macam cerita si kancil dan buaya.

Adapun Wiliem Iskandar mencantumkan cerita dongeng itu dalam bukunya "Si bulus-bulus Si rumbuk-rumbuk" hanya bersifat menyadur dan memberitahukan bahwa dikalangan rakyat jelata telah populer cerita dongeng itu yang entah bersumber dari mana.

Bukan berarti Wiliem Iskandar yang menciptakan cerita itu.
Sama halnya dg cerita takhayul pembodohan tentang Namora Pande Bosi (Leluhur Marga Lubis) yg beristerikan perempuan bunian.

Begitu juga halnya dengan cerita pembodohan adu kerbau raksasa dari Jawa vs kerbau kecil dari Minang yg melahirkan nama Minangkabau.

Atau cerita dongeng Si Malin Kundang anak durhaka yang dikutuk menjadi batu di Pantai Air Manis, Kota Padang.

Atau cerita takhayul kuburan Siti Nurbaya di Gunung Padang yang populer semenjak populernya buku roman "Siti Noerbaja: Kasih tak sampai" karya Marah Roesli, Siti Nurbaya yang gagal menikah dengan Syamsul Bahri karena dikawini paksa oleh Datuk Maringgih - HIM Damsyik, si Datuk Dansa. ๐Ÿ˜ƒ๐Ÿ˜๐Ÿคฃ

Itu semua adalah cerita takhayul dan pembodohan tidak berdasar yg bila dipercaya hanya akan semakin memperbodoh harkat dan martabat kemanusian kita sebagai manusia yang berakal budi.

->2. Marga Nasution bukanlah merupakan keturunan Sibargot Ni Pohan yang juga menurunkan marga Siahaan.

Adanya kasusnya di daerah Tapanuli Utara dimana ada marga Siahaan yang memberi nama anaknya "si Nasution", dimana akhirnya kelompok ini lama kelamaan Siahaannya hilang, justru yang tinggal diabadikan adalah marga mereka yg telah berobah menjadi Nasution sampai beranak pinak sekarang, tentu saja tidak dapat diklaim kalau marga Nasution itu turunan Siahaan.

Klaim lebay, sotoy dan bodoh itu datang dari orang-orang Batak Toba yang selalu merasa sok paling tua diantara semua marga, sementara marga Nasution adalah marga besar yang menghimpun beragam kaum dari berbagai macam asal usul keturunan yg tidak memiliki kaitan keturunan dg marga Siahaan maupun keturunan Sibargot Ni Pohan.

->3. Sebutan Na Sati / Na Sakti / Nan Sati pada nama "Baroar Na Sati" adalah tambahan tidak resmi dari masyarakat pada masa itu, ketika kelahirannya (masih bayi), yg artinya "Anak orang Yang Sakti" karena ayahnya Batara Gurga Pinayungan Tuanku Rajo Nan Sati adalah benar-benar seorang yang sakti mandraguna.

Nama kecilnya adalah BAROAR, bukan Sibaroar atau Si Baroar. Sedang gelar kebesarannya adalah Sutan Diaru Nasution.

Orang besar pantang dipanggil dengan nama kecilnya, karena itu panggillah dia dengan gelar kebesaran yang telah dilekatkan pada dirinya, yakni SUTAN DIARU NASUTION.

->4. Marga Nasution sebagai marga sesungguhnya bukanlah penunjuk garis keturunan melainkan tidak lebih hanyalah KLAN (pengelompokan) yg disatukan dari kelompok-kelompok kaum yg asalnya dari beberapa asal usul keturunan yang berbeda. 

Sedang garis silsilah langsung kepada Sutan Diaru Nasution sampai kepada Batara Gurga Pinayungan Tuanku Rajo Nan Sati hanya disandang oleh segelintir marga Nasution tertentu saja yg tarombonya dipegang oleh pewaris terakhir Maharaja Enda Nasution. 

Namun silsilah ini memang tidak dapat dibeberkan bahkan tidak juga boleh dibeberkan kepada semua marga Nasution.

Tidak perlu ada pertanyaan mana Nasution yang murni garis keturunan Baroar Na Sati dan mana Nasution Non Baroar.

Itu semata-mata untuk menghindari rebutan silsilah diantara penyandang marga Nasution yg begitu banyak jumlahnya untuk ukuran sebuah marga dan begitu beragam asal usul keturunannya seperti : 

Nasution Panyabungan, Nasution Jambu, Nasution Godang, Nasution Simangintir, Nasution Borotan, Nasution Sianjur, Nasution Tonga, Nasution Dolok, Nasution Lombang, Nasution Jior, Nasution Lancat, Nasution Joring, Nasution Partanggahambeng, Nasution Paruhuman, Nasution Tambangan, Nasution Maga, Nasution Pidoli, dll.

Masih banyak lagi cabang Nasution yg tidak jelas karena dalam sejarahnya bahkan lebih banyak lagi kelompok2 yg me-Nasution kan diri.

Namun semua mereka tetap diterima dan diakui sebagai marga Nasution selama mereka tetap bernaung dalam kebesaran nama Sutan Diaru Nasution.

->5. Terjadinya pernikahan antar marga Nasution yg berbeda adalah hal yg wajar karena beragamnya asal usul keturunan dalam marga Nasution, dimana mereka hanya disatukan secara adat dalam klan besar Nasution.

Memang tidak disarankan perkawinan antar marga Nasution, seperti Nasution Borotan dg Nasution Tambangan misalnya. Tapi juga tidak ada larangan mutlak jika memang diinginkan kedua pihak kerena memang keduanya tidak sedarah dan tidak seketurunan.

Dan untuk memenuhi adat, mereka hanya diwajibkan membayar denda adat. Setelah itu tetap sah dan diakui dalam adat.

Tidak ada pengucilan ataupun pengusiran.
Terjadinya perkawinan antar marga Nasution yang berbeda itu juga sekaligus membuktikan bahwa Marga Nasution bukan marga berleluhur tunggal alias satu asal usul keturunan, dan sekaligus semakin mempertegas bahwa marga Nasution bukanlah keturunan Siraja Batak Pusuk Buhit.

Jika orang Batak diartikan sebagai keturunan Siraja Batak, maka sudah jelas dan tegas akan fakta bahwa marga Nasution itu sama sekali BUKAN BATAK.

Begitulah adanya Marga Nasution, marga Raja yg tergolong marga yang termuda namun terbesar jumlah penyandangnya bahkan terlalu besar hanya untuk ukuran sebuah marga.

Semoga tulisan ringkas ini dapat membantu marga Nasution dimanapun berada untuk mengambil kesimpulan dari simpang siurnya puncak silsilah dan asal usul marga Nasution.

๐Ÿ™Wassalam..
Sutan Bandaro Sati.
Medio Maret 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar