Sumber: https://www.facebook.com |
الحمد لله الذي ألّف بين قلوبنا
أشهد أن لا إله إلا الله و أشهد أن محمد رسول الله
اللهم صل و سلم على سيدنا محمد صلى الله عليه و سلم و على آله و أصحابه و من والاه
أما بعد
Hadirin yang mulia.
Semoga Allah swt menuntun kita semua agar setiap yang terucap dan yang terperbuat, tidak menjadi beban yang memberatkan kita si kemudian hari.
{مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ} [ق : 18]
{وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا} [الإسراء : 36]
Terilintas dalam hati tentang Minangkabau ke depan maka terangkailah kata-kata berikut ini sebagai pesan kepada umat.
MUI Sumbar sesuai dengan hasil mudzakarah adat dan syara' dalam Milad Emas MUI Sumbar di Tanah Datar, meminta agar kebudayaan bukanlah suatu yang terpisah dari syara''.
Karena itu, para ulama berharap sangat dan menegaskan bahwa komitmen bersama yang telah menjadi falsafah hidup masyarakat Minangkabau yaitu:
ADAIK BASANDI SYARA', SYARA' BASANDI KITABULLAH, SYARA' MANGATO ADAIK MAMAKAI,
disempurnakan dengan apa yang dicatat oleh Syaikh Sulaiman al-Rasuli (Inyiek Canduang) yaitu:
ADAIK BAPANEH SYARA' BALINDUANG.
Kenapa MUI Sumbar menekankan hal ini
Karena 3 kalimat yang biasa kita sebut (ABS-SBK-SMAM), terasa masih seperti mencampurkan minyak dengan air sehingga masih "bahinggo jo babateh".
Kehadiran :
"ADAIK BAPANEH SYARA' BALINDUANG"
Kami rasakan adalah finalisasi konsep dan manhaj dari perjalanan dakwah Islam di Ranah Minang dan juga merupakan putaran akhir ketundukan umat Islam Minangkabau yang mencerminkan penerimaan secara "kaaffah".
Alasan kami adalah penjelasan Inyiek Canduang sendiri yang menyatakan bahwa makna kalimat tersebut yaitu: ADAIK BAPANEH bagaikan TUBUAH, sedangkan SYARA' BALINDUANG bagaikan JIWA.
Akhirnya sebagai konsep yang utuh, falsafah itu adalah:
"ADAIK BASANDI SYARA', SYARA' BASANDI KITABULLAH, ADAIK BAPANEH SYARA' BALINDUANG, SYARA' MANGATO ADAIK MAMAKAI".
Jadi, bila kita akan memajukan adat maka jangan biarkan dia terpisah dari jiwanya karena adat akan mati bila itu terjadi.
Adat yang tidak terlahir dari syara' sebagai jiwanya, tidak akan bertahan sebagaimana pituah adaik itu sendiri :
"indak lakang dek paneh, indak lapuak dek hujan, diansak indak layua, dibubuik indak mati"
(Pesan Buya Gusrizal Gazahar Dt. Palimo Basa dalam Duduak Baropok yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan Sumbar)
______________________________________
Tanggal: 5 September 2019