Stasiun ini merupakan Stasiun Kereta Api Kota Bukit Tinggi yang ketika kereta api tidak beroperasi lagi di Kota Bukittinggi bangunan ini sempat dimanfaatkan oleh penduduk sekitar kecuali ruangan kantor yang masih tetap difungsikan.[1] Belum ada data yang didapatkan perihal pembangunan stasiun ini, namun dari foto lama (masa kolonial) yang didapat, tertera tanggal 1890.
Kereta api (beserta fasilitas pendukung keberadaannya) sangat memainkan peran penting pada masa akhir abad sembilan belas dan awal abad dua puluh. Hal ini tidak terlepas dari revolusi industri yang melahirkan berbagai penemuan. Sejarah perkereta apian di Minangkabau sendiri tidak terlepas dari keberadaan tambang batu bara di Sawah Lunto. Karena emas hitam yang hendak dikeruk di daerah sekitar Batang Ombilin sanalah, akhirnya Belanda memutuskan untuk membangun rel kereta api di Minangkabau.
Mak Itam, demikianlah sebutan untuk kereta api pada masa dahulu. Di Minangkabau kereta api tinggal cerita lama yang dikisahkan oleh orang tua-tua zaman dahulu. Orang-orang yang lahir pada masa 1960an masih dapat menikmati perjalanan dengan kereta api di Minangkabau. Adapun generasi sesudahnya hanya mendengar cerita. Kalaupun masih ada, hanya menikmati melihat kereta api dari Sawah Lunto menuju Padang membawa batu bara. Tidak ada lagi angkutan kereta api untuk manusia melainkan untuk emas hitam saja.
Namun hal ini hanya dapat dinikmati sampai kepada tahun 2003 saja. Lepas itu, kereta api benar-benar sudah mati di Sumatera Barat. Sampai akhirnya jalur kereta dari Padang Pariaman menuju Padang dibuka untuk angkutan manusia.
Adapun dengan Bukit Tinggi, stasiun dan rel benar-benar tinggal kenangan. Rel sudah tak tampak karena ditumbuhi semak atau dibangun sebuah bangunan di atasnya. Tak banyak yang menyadari bahwa rel serta bangunan stasiun kereta tersebut merupakan Cagar Budaya karena memiliki arti penting bagi sejarah dan ilmu pengetahuan.
Semoga pengembalian jalur kereta api beserta semua fasilitas pendukungnya tetap memperhatikan prinsip-prinsip pelestarian Cagar Budaya. Tidak melulu yang baru-baru itu bagus dan berkualitas. Karena pada barang-barang lama terdapat nilai yang tak terduga.
______________________
Catatan Kaki:
[1] Tulisan ini dibuat sebelum Desember 2017