[caption id="" align="aligncenter" width="220"] Picture: http://sopopanisioan.blogspot.co.id[/caption]
Boekittinggi (B. Shinbun):
Baroe-baroe ini di Soematera Barat telah dilangsoengkan pertemoean Penghoeloe-penghoeloe seloeroeh Minangkabau. Dengan soeara boelat pertemoean itoe mengambil kepoetoesan-kepoetoesan sbb:
- Pendoedoek seloeroeh Minangkabau akan menoeroet sjarat-sjarat Agama Islam dan dengan segenap tenaga beroesaha oentoek membela Tanah Air.
- Segenap lapisan pendoedoek Minangkabau akan bekerdja menjokong Pemerintah menambah tenaga perang sampai kemenanagan achir tertjapai.
- Menghemat penghidoepan dan beroesaha memadjoekan taboeangan oeang.
- Oemmat Islam akan mempersatoekan tenaga, menginsjafkan arti peperangan ini dan menjebarkan agama.
***
Laporan majalah Soeara Moeslimin Indonesia [semula Soeara M.I.A.I.), No. 20, TAHOEN II, 27 SJAWAL 1363 H/ 15 OKTOBER 2604 [1944]: 15 [rubrik ‘DALAM NEGERI’] tentang pertemua para penghulu Minangkabau di Bukittinggi. Pertemuan itu diadakan dalam suasana genting: ketika Jepang makin terdesak oleh sekutu dalam Perang Asia Timur Raya.
Dari kutipan di atas dapat dikesan bahwa rapat itu merupakan bagian dari propaganda Jepang untuk mendapatkan sokongan moral dan tenaga dari pihak pribumi dalam menghadapi kekuatan tentara Sekutu yang makin membuat Jepang terdesak dalam berbagai pertempuran di front Pasifik.
Kaum ulama pada waktu itu terpecah: ada yang mendukung Jepang, tapi ada pula yang menolak. Mereka yang mendukung Jepang, seperti para anggota Madjlis Islam A’laa Indonesia (MIAI), lebih karena mereka berada dalam tekanan militer Jepang. Dari sisi lain, keadaan umat Islam yang ‘dipaksa’ oleh Jepang untuk bertempur ini memberi efek positif: ketika Jepang kalah dan Belanda kembali ke Indonesia dengan membonceng tentara Inggris, dan ingin berkuasa lagi di negeri ini, kaum Muslimin Indonesia berada di garis depan untuk melawan Belanda.
Tak ada yang boleh dan sengaja melupakan catatan sejarah betapa umat Islam, tak terkecuali di Minangkabau, pada masa itu saling bahu-membahu untuk mengusir Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia. Mereka mengorbankan harta dan nyawa untuk membela Republik ini.
Suryadi – Leiden University, Belanda | Padang Ekspres, Minggu, 9 Oktober 2016
_____________________
Dicopas Dari: https://niadilova.wordpress.com