Pict: Republika |
Kenapa Bahasa Melayu dipilih menjadi Bahasa Indonesia?
FB Amiruddin Zaki | Agak menarik untuk dibahas. Padahal, di Indonesia, populasi Melayu hanya 12 Juta[1] berbanding dengan Jawa ada 110 juta dan sunda ada 45 juta. Jauh sekali beza. Perlu ingat, Indonesia ada 700 etnik dan Melayu hanya salah satu daripadanya.
“Semua orang asing, baik orang Eropa maupun orang Timur, hampir hanya menggunakan bahasa Melayu dalam pergaulan antara mereka dan dalam pergaulan dengan penduduk seluruh Kepulauan Hindia Timur.”
“Kalangan raja pribumi memakai bahasa Melayu dalam urusan surat-menyuratnya dengan pemerintah (Pemerintah Hindia-Belanda, HAM)
dan antara sesamanya.”
Sebelum Belanda datang ke Indonesia, raja-raja di indonesia menggunakan Bahasa Melayu untuk berkomunikasi dengan raja-raja eropah. Bagaimana ini berlaku? Dipetik dari “The Patriots”.
“Sultan Abu Hayat di Ternate telah menulis surat bahasa Melayu bertulisan jawi kepada Raja John III di Lisbon, Portugal.”
“surat bahasa Melayu bertulisan jawi dari Sultan Abu al-Fath (Sultan Ageng Tirtayasa) di Banten kepada Raja Denmark, Raja Christian V pada tahun 1671”
“surat bahasa Melayu bertulisan jawi dari Sultan Iskandar Muda Aceh kepada Raja James I di England pada tahun 1615”
Sarjana Belanda yang bernama Francois Valentijn menerangkan tentang status bahasa Melayu pada abad ke-16 seperti berikut:
“Sungguh luas tersebarnya bahasa Melayu itu sehingga kalau kita memahaminya tidaklah mungkin kita kehilangan jejak, kerana bahasa itu bukan saja dimengerti di Parsi bahkan lebih jauh dari negeri itu, dan di sebelah timurnya sehingga kepulauan Filipina.”
Malah lebih mengejutkan saya. Kota yang ada pelbagai bangsa dari seluruh penjuru dunia seperti parsi, arab, french, Jepun, Inggeris, Portugis, Belanda, Inggeris, Lao, Lanna, Isan, Khmer, Mon, Viet, Cina dan sebagainya. Tapi Bahasa “International” mereka adalah Bahasa Melayu?
====
Silahkan baca juga: Bahasa Melayu
====
Catatan Kaki oleh Admin:
[1] Angka ini hanya statistik yang dihitung oleh Pemerintah Indonesia dengan mengelompokkan Melayu ke dalam suku atau etnis, bukan Bangsa. Dan yang dimasukkan ke dalam Melayu ialah; Riau, Jambi, Palembang, sebagin Sumatera Timur. Adapun dengan Aceh, Minang, Banjar, Makasar, Bugis, dan puak Melayu lainnya tidak dimasukkan melainkan digolongkan kepada etnis tersendiri.
[2] Dalam menyusun ejaan baru tersebut, Ch. A. van Ophuijsen bekerjasama dengan Nawawi St. Makmur & Muhammad Thaib St. Ibrahim dimana keduanya merupakan Guru Sekolah Raja di Bukit Tinggi. Selengkapnya silahkan baca: Engku Nawawi St. Makmur