Gambar: Hidayatullah |
aksara.co.id - Pak Natsir begitu kita sering memanggil beliau, bukan Kyai Natsir atau Haji Natsir,[1] sebuah nama panggilan yang biasa untuk siapa saja, panggilan sederhana yang menunjukkan kesederhanaan hidup beliau, saya mungkin termasuk generasi paling akhir dari Dewan Dakwah Indonesia[2] yang masih mendapatkan didikan langsung dari beliau walau tidak lama, sejak 1991, dan beliau meninggal Feb 1993.
Saat mendengar Pak Natsir meninggal, kesedihan mendalam bagi seluruh kader dan da'i Dewan Dakwah, saat itu sayapun langsung pergi ka kantor Dewan Dakwah Jawa Timur, Jl Purwodadi dekat kuburan Mbah Ratu. Tempat di mana kader-kader dan calon Da'i Dewan Dakwah berkumpul.
Sudah cukup banyak warga Dewan Dakwah berkumpul untuk mengkonfirmasi berita meninggalnya Pak Natsir. Sayapun duduk di dekat telepon yang berfungsi sebagai faksimail, mode teknologi paling canggih pada waktu itu untuk mengirim dokumen.
Telephon berdering tak henti-henti menanyakan kabar meninggalnya Pak Natsir, tapi tiba-tiba; telephon masuk berhenti berdering karena ada faksimail masuk. Pelan-pelan terbaca bunyi faksimail, dari Perdana Mentri Jepang Keici Miyazawa, sayapun kaget . Wah Perdana Mentri Jepang nampaknya telah mendengar juga berita meninggalnya Pak Natsir dan mengirimkan ucapan duka.
Mulai terlihat bunyi ucapan duka dari Faksimail yang tercetak pelan tapi pasti, saya tidak sabar membaca ucapan dukanya. Tatkala membaca isi surat belasungkawa itu, saya merasakan Dahsyat sekali bunyi ucapan Duka dari PM Miyazawa ini: “Mendengar Muhammad Natsir meninggal, serasa Jepang mendapatkan serangan Bom Atom ke 3 yang tepat jatuh di tengah kota Tokyo. Duka yang sangat mendalam bagi kami seluruh bangsa Jepang.“
Terkejut sekali saya tatkala membaca ucapan itu, dahsyat sekali. Cepat saya potong kertas faksimail yang tipis itu dan saya sampaikan pada ketua DDII Jatim H Tamat Anshori Ismail.[3]
"Pak Tamat ini ada ucapan duka cita dari PM Jepang bunyinya begini," Lapor saya sembari membacakan isi faksimail dari PM Jepang tersebut. Pak Tamat juga terkejut.
"Maksum kamu baca lagi,.!" sekali lagi saya baca dengan keras supaya semua yang berkumpul di situ mendengar. “Mendengar Muhammad Natsir meninggal, serasa Jepang mendapatkan serangan Bom Atom ke 3 yang tepat jatuh di tengah kota Tokyo. Duka yang sangat mendalam bagi kami seluruh Bangsa Jepang.”
Semua terdiam, saya tanya Pak Tamat, "Ada cerita apa, ada hubungan apa Pak Natsir dengan Bangsa Jepang Pak,.?"
Pak Tamat menjawab datar, "Pak Natsir kan Mantan Perdana Mentri, jadi, ya mungkin pernah ada hubungan diplomatik yang spesial dengan Jepang.." Demikianlah jawab beliau, tanpa tahu hubungan spesial apa yang dimaksud.
Saya tidak puas dengan jawaban Pak Tamat, saya tanyakan pada tokoh yang lebih senior dan lebih sepuh. Beliau yang saya tanya kemudian merupakan Ketua Dewan Syura Dewan Dakwah Jawa Timur yang juga ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim, beliau sebaya dan teman seperjuangan Pak Natsir, KH Misbach. Kyai Misbach juga tidak bisa menjelaskan maksud di balik ucapan Dahsyat PM Miyazawa.
Aneh ini dalam benak saya, ini ucapan duka yang luar biasa, dan tidak biasa pasti ada kisah yang luar biasa. Saya simpan pertanyaan itu lebih dari 10 tahun dan tidak ada satupun tokoh yang bisa menjelaskan makna ucapan itu.
Sampai pada tahun 2003 saya berkenalan dengan Diplomat Jepang di Jakarta bernama Hamada San. Saya sering berbincang-bincang dan minum kopi bersama Hamada San, sampailah pada perbincangan aktivitas saya, dan lain-lain. Saya juga menceritakan bahwa saya aktif di Organisasi Dewan Dakwah yang di dirikan Buya Natsir, dimana saya merupakan generasi terakhir kader dewan Dakwah yang pernah dididik langsung oleh Buya Natsir.
Hamada San adalah Diplomat Senior Jepang yang sudah puluhan tahun bertugas di Indonesia, dia sangat mencintai Indonesia. Salah satu penyebabnya ialah karena kisah yang akan dia ceritakan pada saya, itulah makanya dia tidak mau pindah-pindah tugas dan tetap berada di Indonesia hingga puluhan tahun.
Sebelum beliau bercerita dengan beberapa bekal nama Laksamana Maeda, Nakasima ( Nakajima San), Raja Faisal dan Muhammad Natsir. Saya teringat peristiwa 10 tahun lampau saat Pak Natsir meninggal itu, saya ingat faksimail PM Japan Keici Miyazawa.
"Sebentar Hamada San" sergah saya "Pada waktu Buya Natsir meninggal, saya berada di Kantor DDDI dan saya membaca ucapan duka cita PM Japan Miyazawa yang bunyinya begini:
Mendengar Muhammad Natsir meninggal, Serasa Jepang mendapatkan serangan Bom Atom ke 3 yang tepat jatuh di tengah kota Tokyo. duka yang sangat mendalam bagi kami seluruh Bangsa Jepan
Ada cerita apa Hamada San, hingga PM Miyazawa sampai membuat ucapan duka sedemikan dramatis dan dahsyat.?"
Hamada San semakin tajam memandang saya, lalu sedikit Kiai ( meninggikan suara), "Kamu baca ucapan duka cita PM Miyazawa itu..!"
"Ya Saya baca dan saya adalah orang yang pertama membaca dari mesin faksimail"
"Kamu benar-benar murid Buya Natsir kalau gitu, tidak salah dan kamu tidak bohong bahwa kamu adalah murid Pak Natsir, karena tidak banyak yang tahu hingga menyimpan memori salama itu hingga 10 tahun, kamu masih ingat bunyi ucapan duka cita itu."
"Ya.." jawab saya, karena ada sesuatu yang belum terjawab bagi saya, ada kisah apa dibalik ucapan duka cita yang dramatis itu? Saya bertanya-tanya pada banyak tokoh belum ada yang bisa menjelaskan, ada kisah apa sebenarnya?
"Itulah cerita yang hendak saya ceritakan.." katanya.
Jepang pada waktu itu sedang mengalami situasi sulit akibat embargo minyak bumi, Industri Jepang hampir kolaps, semua industri butuh bahan bakar dari minyak bumi. Tapi Jepang diembargo oleh Amerika, berbagai upaya dilakukan pemerintah Jepang untuk mendapatkan pasokan minyak bumi. Tapi embargo Amerika membuat semua negara tidak ada yang berani menjual minyak ke Jepang.
Berbagai cara dan upaya di lakukan pemerintah Jepang untuk mendapatkan pasokan minyak bumi. Salah satu diantaranya adalah lobby internasional, dan salah satu lobby yang dilakukan adalah lobby atas saran Laksaman Maeda.
Laksamana Maeda bagi bangsa Jepang dianggap pengkhianat dan tidak menjalankan perintah Kaisar Jepang. Dia memberikan ruang untuk Bung Karno membuat Teks Proklamasi, juga menyerahkan senjata-senjata Nippon pada para pejuang kemerdekaan.
"Kehidupan Laksmana Maeda setelah kembali ke Jepang sangat menyedihkan. Dia mendapat hukuman, juga diberhentikan dari militer, serta tidak mendapatkan pensiun" kata Hamada.
Namun melihat kondisi Industri Jepang yang hampir kolaps, Laksmana Maeda memberikan usul dan nasehat pada pemerintah Jepang. Dia menyarankan untuk mengirim utusan ke Indonesia.
Laksamana Maeda mengusulkan agar pemerintah Dai Nippon mengirim utusan ke Indonesia menemui seseorang yang sedang di penjara, namanya Muhammad Natsir. Sampaikan kesulitan Jepang dan minta agar Muhammad Natsir bersedia melobby Raja Arab Saudi yakni Raja Faisal untuk bersedia mengirim minyak ke Jepang.
Sebenarnya pemerintah Jepang tidak begitu percaya dengan usulan Maeda. Namun karena berbagai cara telah ditempuh dan tidak mendapatkan hasil, apapun upaya lobby yang masih bisa di lakukan, ya dicoba saja.
Pemerintah Jepang menugaskan pada orang yang namanya Nakajima San untuk menyampaikan pesan PM Jepang pada Buya Natsir. Menurut Hamada San misi ini sebenarnya tidak terlalu diharapkan berhasil "Seseorang yang ada di dalam penjara mana bisa berbuat sesuatu" kata Hamada San.
Nakajima pun terbang ke Indonesia dan atas bantuan banyak pihak akhirnya Nakajima San bisa bertemu Buya Natsir di penjara. Nakajima menyampaikan pesan Pemerintah Jepang agar Buya Natsir bisa membantu Jepang mendapatkan pasokan minyak.
"Tanpa menanggapi dan tanpa berkata apa-apa terhadap permintaan pemerintah Jepang itu, Buya Natsir" katanya cuma bertanya "Apakah Nakajima San membawa kertas dan pulpen"
"Ya.." Kata Nakajima sambil menyerahkan selembar kertas dan pulpen.
Lalu Buya Natsir menulis dalam kertas itu huruf Arab dengan berbahasa Arab pula, tidak panjang, kurang lebih hanya setengah halaman. Lalu melipatnya dan Buya Natsir sampaikan pada Nakajima untuk membawa surat ini pada Raja Arab Saudi, Raja Faisal.
Nakajima tidak tahu itu surat apa bunyinya dan apa isinya, juga cuma berisi pendek dan berhuruf dan berbahasa Arab.
Berbekal secarik kertas dari Buya Natsir, PM Japan mengabarkan pada Diplomat Jepang di Arab, bahwa ada utusan Buya Natsir dari Indonesia yang akan menghadap Raja Faisal.
PM Arab Saudi sangat menghormati Buya Natsir dan menyambut baik serta menunggu kehadiran orang Jepang yang membawa pesan Buya Natsir. Nakajima San sampai di Arab Saudi di sambut baik bak tamu negara dan dengan mudah bisa bertemu Raja Faisal serta menyerahkan surat dari Buya Natsir.
Raja Faisal membaca surat Buya Natsir dan langsung memenuhi permintaan Buya Natsir yang tertera dalam surat itu, yakni mengirim minyak ke Jepang.
Raja Faisal mengatakan pada Nakajima, Arab Saudi akan mengirimkan minyak ke Jepang melalui Indonesia, akan di atur minyak dikirim ke Indonesia dan Pertamina yang akan mengirimkan ke Jepang, demikian skemanya.
Nakajima terperangah hanya sepucuk surat yang dia tidak tahu isinya dari seseorang yang mendekam di penjara. Jepang akan mendapatkan pasokan minyak dari Raja Minyak Dunia, yang artinya berapapun kebutuhan Industri Jepang akan dipenuhi oleh Arab Saudi.
Cerita berlanjut pada realisasi pengiriman minyak dari Arab Saudi melalui Pertamina, itulah sebabnya Pertamina menjadi perusahaan yang sangat besar di Jepang. Pernah menjadi pembayar pajak terbesar di Jepang, karena Pertamina menjadi pensuplai minyak bagi Industri Jepang atas jasa Buya Natsir. Selanjutnya Industri Jepang bangkit, berbagai industri otomotif merajaii pasar dunia sebut saja Honda, Toyota, Suzuki, Mitsubishi dan lain-lain.
"Industri Jepang bangkit atas jasa baik Buya Natsir" kata Hamada, satu hal yang membuat bangsa Jepang sangat hormat pada Buya Natsir adalah, tidak ada satupun hadiah dari pemerintah Jepang yang di terima Buya Natsir. Semua hadiah dikembalikan bahkan Pemerintah Jepang kesulitan untuk bisa memberikan imbal jasa pada Buya Natsir karena beliau berpesan pada keluarga untuk tidak menerima apapun dari pemerintah Jepang, dan bahkan Buya Natsir tidak pernah bercerita tentang surat itu pada siapapun di Indonesia. Itulah sebabnya tidak ada tokoh Indonesia atau tokoh Dewan Dakwah yang tahu tentang kisah itu.
Dan itulah makanya pemerintah Jepang sangat berduka yang sangat dalam, bukan hanya pemerintah tapi bangsa Jepang merasa ada ledakan Bom atom ke 3 yang di jatuhkan tepat di kota Tokyo mendengar Muhammad Natsir meninggal.
"Itu bukan ucapan dramatis seperti kamu bilang, itulah perasaan hati kami bangsa Jepang atas meninggalnya Muhammad Natsir waktu itu.." kata Hamada San mengakhiri cerita. Sayapun mendengarkan kisah itu tanpa sedikitpun menyela, hanya diam terpaku, mendengarkan penjelasan yang tertunda 10 tahunan itu.
(Agus Maksum - DDII Jatim)
---------------
Catatan Kaki:
[1] Secara nasional beliau lebih dikenal dengan panggilan Pak Natsir, sedangkan di Minangkabau beliau dikenal dengan "Buya Natsir". Buya merupakan panggilan untuk ulama di Minangkabau, selain buya juga dikenal panggilan Tuanku dan Syekh. Sedangkan panggilan Kyai atau Tuan Guru, sama sekali tidak dikenal di Minangkabau.
[2] Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (disingkat: Dewan Da’wah) didirikan pada 26 Februari 1967. Para pendirinya adalah tokoh-tokoh Islam terkemuka di Indonesia, yang juga para pendiri bangsa (founding fathers), seperti Mohammad Natsir (Perdana Menteri pertama Negara Kesatuan Republik Indonesia), Mr. Mohammad Roem (Menteri Luar Negeri RI, dan penandatangan Perjanjian Roem-Van Roejen), Mr. Sjafroedin Prawiranegara (Presiden Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dan Gubernur Bank Indonesia pertama), Prof. Dr. HM Rasjidi (Menteri Agama pertama RI, yang memimpin Kementerian Agama), Mr. Burhanuddin Harahap (Perdana Menteri RI ke-9), Prawoto Mangkusasmito (Ketua Partai Islam Masyumi terakhir), Prof. Kasman Singodimedjo (Jaksa Agung Pertama), dan sebagainya. Selengkapnya klik DISINI
[3] Tamat Anshory lama berkecimpung di Pelajar Islam Indonesia (PII) dan pernah menjadi ketua Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) Jawa Timur. Ikut membidani lahirnya Partai Bulan Bintang (PBB) dan menjadi anggota DPRD Jatim dari PBB tahun 1999-2004. Selengkapnya silahkan baca DISINI
=========
Baca Juga:
Kisah Pak Natsir yang tak pernah diceritakan dalam sejarah - aksara.co.id