Ilustrasi Gambar: art of the acessor |
SIM SALABIM .... ???!!!!!
FB Avicenna Albiruni - Pelaku penyebaran awal pertama tentang adanya masyarakat pedalaman yang disebut 'Bata' dan Kanibal yang menakutkan justru disebarkan oleh orang Timur-Tengah. Praktik Kanibal yang diketahui orang Arab hanyalah karena berdasar pada suatu bentuk hukuman. Inipun terjadi di Barus. Seorang Kriminal dan atau musuh yang digantung terbalik kemudian di sayat-sayat. Orang Eropa kemudian mengutip-ngutip Hantu Kanibal ini. Pertama Nicolo Conti, kemudian Tom Pires, Pinto Mendez dan seterusnya hingga ke periode lebih modern.
Asal muasal kata 'Bata', jauh ratusan tahun muncul di teks-teks orang Arab, lalu orang Eropa mengutipnya dan membumbuinya. Penggunaan kata 'Bata' untuk menyebut suku Bangsa dari masyarakat dataran tinggi tidaklah ada ditemukan kecuali hingga dimulai abad ke-19. Kolonial Belanda lalu mengukuhkannya dengan mensponsori penerbitan-penerbitan buku teks untuk memperkukuh sekat identitas.
Sebelum abad ke-19, seluruh masyarakat dataran tinggi di Sumatera Utara menyebut Klan-nnya berdasarkan nama 'Huta'-nya atau nama Marga dari leluhurnya. Bahkan, penggunaan sebutan etnis 'Karo' untuk mengeneralisir masyarakat dataran tinggi yang berbatasan dengan Aceh kemungkinan barulah terjadi di abad ke-19.
Orang Eropah dari abad 15 hingga abad ke 19 bahkan tidak bisa membedakan antara klan Karo-Karo dan Ketaren. Karena semua orang dataran tinggi menyebut diri mereka berdasarkan Huta atau Kuta dan atau karena marga leluhurnya. Tak ada mereka menyebut diri mereka: " Saya orang Batak, saya orang Karo, saya orang Mandahiling, saya orang Tapanuli Selatan".
Dahulu kala, Mandahiling adalah sebuah nama Wilayah bukan sebuah identitas etnikal. Begitu juga Tapanuli, adalah identitas wilayah. Bukan identitas etnis. Kosa kata Tapanuli baru muncul abad ke-18. Untuk menyebut Wilayah, bukan identitas etnis.[1]
Terdapat jejak-jejak perdagangan antara masyarakat Pesisir Barus dan Bongal dengan masyarakat pesisir yang baru belakangan terbentuk di pesisir Timur. Pantai Timur lama terbentuk karena proses sedimentasi Tanah Aluvial di pantai Timur begitu lamban. Ini perjalanan berabad-abad. Tenggelamnya kota Cina dan Rantang adalah bukti proses pengendapan pantai Timur. Dalam proses coba coba membangun populasi di Timur.
Orang-Orang Arab yang vassal-nya adalah Kerajaan Aceh menyebarkan isu Hantu Kanibal agar Orang Eropah takut untuk berdagang ke pedalaman Sumatera yang kaya segala hal, komoditi dan emas. Lalu orang Eropa mempercayai isu-isu itu.
Orang-Orang Haru adalah masyarakat yang pertama mencegah masuknya pedagang Asing dari pantai Timur secara fisik. Mereka meletakkan pemantau pantai, dan memobilisir ratusan bajak laut. Membajak kapal asing yang melintas, dan lain sebagainya. Masyarakat Haru tidak terisolir dan sedemikian jahat laksana Bajak Laut Viking. Mereka masih berkomunikasi dan berdagang dengan masyarakat pedalaman bahkan hingga ke Barus.
Kenapa bisa? Karena nenek moyangnya adalah orang dari dataran tinggi juga. Karena itulah mereka menguasai jalur-jalur seluruh sungai di pedalaman yang memiliki tempat-tempat bandar dan tempat Partumbukan Orang Haru adalah yang pertama menjajal hidup di pesisir paya dan sungai. Berpindah-pindah, dimulai dari abad ke 11. Masih hidup seperti suku Bajou Melayu Bugis.
Tindakan bajak laut yang dilakukan oleh masyarakat Haru khususnya adalah untuk memproteksi agar orang Asing tidak mengetahui jalur-jalur perdagangan di Pedalaman. Atau mencegah orang asing agar tidak bisa mencapai Pesisir Barat melalui darat.
Di Pesisir Timur ada Haru yang ditakuti. Sementara, Peta-Peta tua menunjukkan, pesisir Barat hingga laut Jawa yang selalu di pantau oleh Kesultanan Islam yang berafiliasi dengan kerajaan Timur Dekat. Praktis Orang Eropa hanya punya jalur paling aman di selat Malaka. Itupun setelah penaklukan Malaka tahun 1511 oleh Portugis. Dan peperangan di lautan Malaka menjadi kisah heriok dalam era merkantilisme. Antara Aceh, Palembang, Portugis, Belanda.
Orang-Orang Dataran tinggi Sumut bermula dari masyarakat Pesisir Barat yang mengasingkan diri akibat desakan Islam, Hindu dan Budha yang di bawa oleh pedagang-pedagang asing. Hindu-Budha tak pernah diterima. Biara-biara dibangun oleh pemimpin untuk pelayanan ibadah para pebisnis dan pedagang asing. Tak satupun berbekas pada masyarakat di dekat biara. Sedangkan Islam berkembang sangat lambat dari abad 7-16 masehi. Leluhur di Sumut yang memilih perikehidupan sendiri naik ke dataran tinggi, membuka huta di dekat sungai - sungai dan danau.
Orang pesisir Pantai Timur Sumatera Utara bermula dari orang-orang dataran tinggi yang mencoba menjajal kehidupan di rawa paya dan tanah yang belum stabil. Sungai-sungai Liar dan Buas. Turun tahap demi tahap percobaan yang panjang. Tak mungkin mereka yang melakukan ini adalah orang asing dari luar wilayah. Yang coba-coba mencari peruntungan di alam yang sulit dan liar. Impossible !!!!!!.
Pada abad ke 10-11 masehi, secara bertahap mulailah terjadi interaksi dengan bangsa lain di seberang. Dan Melayu dari Minangkabau, Jambi dan Palimbang. Dan terjadi Akulturasi. Fakta membuktikan, Orang Haru pada abad ke 16, beragama Islam tapi masih mempraktikkan Animisme.
Kelak, masyarakat Aru yang menjadi Melayu baru di Timur pantai menjadi Islam dengan benar-benar setelah orang Minangkabau dan Mandahiling yang telah lebih dahulu pergi belajar ke Mekkah karena jalur kapal Haji dari Barat, merantau ke pantai Timur dan menjadi guru-guru Islam. Hingga abad ke 19, praktik animisme masih dilakukan di Timur.
Sulalatus Salatin, kisah Sejarah Melayu dari Malaka yang dituliskan sekiar abad ke 16 tidak menuliskan sedikitpun adanya perikehidupan yang sama di pesisir Timur Sumatera Utara yang memang belumlah Melayu sebagaimana Melayu Malaka dan atau Palembang.
Melayu di Pesisir Timur dan Batak ( generalisir Eropah ) di Dataran tinggi dan pantai Barat dipisahkan dari NENEK MOYANGNYA. Yaitu dalam perjalanan persaingan perdagangan dan politik di antara orang Asing.
Kelak kemudian, setiap klan membangun kisah - kisah kemunculan tunggal laksana Adam Hawa yang terinspirasi dari Islam, Hindu Budha dan Kristen. Yang mana untuk mengukuhkan identitas ekstrinsik masing - masing. Dalam rangka kompetisi eksistensi peri kehidupan di muka bumi.
Sementara, faktanya perjalanan sejarah tidaklah Alakazam dan Bim Salabim... !.
===============
Catatan kaki oleh admin:
[1] Tapanuli, berasal dari kata Tapian dan Nauli. Tapian merujuk ke tepi sungai atau dalam hal ini tepi laut sedangkan Nauli berarti Cantik.