Gambar Ilustrasi: student terpelajar |
Disalin dari kiriman FB mamok Kincai
Sebenarnya mayoritas penduduk [Tanah] Semenanjung berasal dari Sumatra; Acheh, Mandailing (Tapanuli Selatan), Tambusai (Rokan), Batubara (Tanjung Balai Asahan), Kampar, (Bangkinang, Air Tiris), Siak, Pekan Baru, Pasaman (Rao, Panti, Bonjol), Payakumbuh, Agam, Pariaman, Pesisir Selatan, Kerinci, Bangkulu, Jambi, Musi Rawas, Palembang, dan daerah lain di Pulau Sumatera.
Kedatangan abad 16, 17, 18,19, dan awal 20 selain dari Sumatra juga datang para pendatang dari Jawa, Bugis (Sulawesi Selatan), Banjar (Selatan Kalimantan). Kecuali negri-negri sebelah utara [Tanah Semenanjung], maka dari itu adatnya mirip dengan negri asal mereka [Siam].
Maka terjadi tuduhan menciplak budaya orang, pada hal mereka mengamalkan budaya sendiri yang di bawa nenek moyang ke Malaya [Tanah Semananjung]. Seperti [etnis] India dan Cina yang masing-masing membawa budaya dari negeri asal mereka. Kemudian diamalkan di Malaya. Budaya tiada perbatasan kemana orangnya budaya sentiasa ikut, yang ada batasnya kuasa-kuasa politik.
Seperti rangguk Kerinci pernah diamalkan thn akhir 1950an, tapi waktu itu cuma dilakukan orang muda lelaki, sesuai dengan tempat asalnya dari Cupak juga orang lelaki.
======
Baca juga: Melayu Jati, Dagang, & Peranakan di Tanah Semenanjung