Foto: bertali leher |
Disalin dari kiriman FB Mamok Kincai
Pada masa saya berumur kira-kira 15th, saya dibawa berdagang oleh orang tua saya meninggalkan negeri saya dari Dusun Sungai Abu Kerinci. Dari Pekan Baru melalui Sungai Siak menuju Tanah Semenanjung[1], dan terus ke Malaka pada tahun 1850. Di Malaka kami menumpang di rumah Datok Dagang bernama Hj Said, bapa saudara almarhum Tambi Abdullah yang terkenal kaya di Kuala Lumpur bergelar Datok Abdulah. Adapun ketua orang Melaka waktu itu ialah Wan Cilik tinggal di Semabuk Batu Tiga.
Ada juga orang Kerinci yang mencari rezeki disitu. Setelah tiga hari tinggal di Melaka kamipun berlayar menuju Pangkalan Kempas, dan perahu yang kami tompang itu membawa kain dan kami pun mengambil upah mengalas[2] kain ke Sungai Ujung (Seremban), upahnya sekati hanya 5 sen waktu itu dari orang kaya Hj Abdul Rahman orang Kerinci. Dengan cara itulah kami boleh sampai Sungai Ujung ( Seremban ).
Delapan hari kami di situ, maksud hati nak cari kerja tapi tak dapat. Pada masa itu Sungai Ujung diperintah oleh almarhum Datok Kelana Sendeng, Inggeris belum sampai disana. Cina sudah ada membuka lombong biji timah. Karena tiada perkerjaan kami pun pergi ke Kuala lumpur kerena kata orang di Kuala Lumpur bolehlah bertanam sayur dan juga melampan (mencari biji timah cara tradisi
Kebetulan pula waktu itu orang Inggeris hendak mengalas kain ke Kuala Lumpur, maka kamipun tumpang jalan, dia orang berhenti kami berhenti dan begitupula sebaliknya. Adapun perjalanan itu selama tiga hari tiga malam.
Sesampainya kami di Kajang pertama kali saya melihat orang berlawan [berkelahi] dengan senjata yang dinamakan bertikam, salah seorang diantara nya meninggal dunia gara2 perempuan.
Akhirnya sampailah kami di Kuala Lumpur, lalu menumpang di rumah Hj Abdul Gani orang Air Bagis beliau berkedai di sana (Jawa Street sekarang).
Catatan kaki:
[1] Sebutan orang Melayu di Sumatera terhadap Semenanjung Malaysia sekarang
[2] Menggalas merupakan pemelayuan secara bebas dari 'Manggaleh' yang berarti Berdagang
Lebih lanjut silahkan baca wikipedia
Baca juga: Kuala Lumpur versi Hj. Abdullah Hukum