Disalin dari FB Buya Mas'ud Abidin
*SARI PATI SUMPAH SATIE BUKIT MARAPALAM*
Alih Bahasa: Azwar Datuk Mangiang
Agama Islam mula-mula datang ke Minangkabau dengan melalui daerah Pesisir (rantau), disambut dengan tangan terbuka oleh Penghulu-Penghulu dalam Luhak nan Tigo Lareh nan Duo.
Sesudah Islam berkembang di Alam Minangkabau terjadilah perselisihan antara Kaum Adat dengan Alim Ulama, disebabkan ada sebagian dari pamaianan kaum adat yang tidak disetujui oleh Alim Ulama seperti basalung barabab, manyabung, bajudi, badusun bagalanggang, basorak basorai dan lain-lain. Dan sebagian apa yang diharuskan oleh agama tidak dapat dibenarkan menurut adat seperti perkawinan sepasukuan.
Untuk memelihara persatuan dalam nagari, diusahakan oleh orang pandai-pandai dan terkemuka mencari air nan janih sayak nan landai guna terwujudnya perdamaian antara Penghulu dan Alim Ulama.
_Nan di atas ke bawah-bawah nan di bawah ke atas-atas, masing-masing surut salangkah._
Kaum adat meninggalkan pamainan yang bertentangan dengan agama seperti manyabung, berjudi dan sebagainya.
Dan Alim Ulama membenarkan pula ketentuan adat yang tidak berlawanan dengan agama seperti melarang perkawinan sepasukuan dan lain-lain, sehingga dapatlah kata sepakat:
_“Bulat boleh digolongkan picak boleh dilayangkan”._
Buat mengikrarkan dan ma-ambalaui kebulatan itu, diadakanlah pertemuan besar di atas Bukit Marapalam (antara Lintau dan Tanjung Sungayang) yang dihadiri oleh Penghulu-Penghulu dan Alim Ulama serta orang-orang terkemuka dalam Luhak nan Tigo Lareh nan Duo.
_Dibantai kerbau, dagingnya dilapah darahnya dikacau, tanduk ditanamkan, ditapung batu dilicak pinang, diikat dengan Alfatihah dan dibacakan doa selamat._
Dalam pertemuan besar itulah diikrarkan bersama-sama dan menjunjung tinggi kebulatan yang telah dibuat oleh orang-orang pandai dan para terkemuka, yaitu:
* Penghulu rajo dalam nagari, _kato badanga, pangaja baturuik, manjua jauh manggantung tinggi._*
* Alim Ulama suluh bendang dalam nagari, _air nan janih sayak nan lancar tempat batanyo di Panghulu._*
Dalam pelaksanaannya, Alim Ulama memfatwakan dan Panghulu mamarintahkan.
Di sinan ditanamlah Rajo Adat di Buo dan Rajo ibadat di Sumpur Kudus.
Dikarang sumpah jo satie, yaitu: *_“Siapa yang melanggar kebulatan ini dimakan biso kewi di atas dunia , ke atas indak bapucuk, ke bawah indak baurat, di tangah dilarik kumbang, di akhirat dimakan kutuk kalam Allah.”_*
Di sinan ditetapkan pepatah adat nan berbunyi: *_“Adat bapaneh syarak balindung”_*, artinya: “Adat adalah tubuh dan syarak adalah jiwa di Alam Minangkabau”. Dan pepatah adat nan berbunyi: *“Syarak mangato adat mamakai”*.
Itulah sari pati sumpah satie (Piagam) Bukit Marapalam nan kita terima turun temurun sampai kini. Dan hambo terima dahulunya dari tiga orang tuo, yaitu:
1. Tuangku Lareh Kapau nan Tuo (sebelum Tuangku Lareh yang terakhir).
2. Ninik dari mintuo hambo di Ampang Gadang.
3. Angku Candung nan Tuo.
Bukti-bukti yang bersua dalam pelaksanaan, yang bahasa Penghulu memerintahkan menjalankan fatwa Ulama seperti berzakat, berpuasa, bersunat rasul dan sebagainya, yang sulit dapat dikerjakan kalau tidak diiringi fatwa Ulama itu dengan perintah Penghulu sebagai rajo dalam nagari.
Pada akhir abad ke-sembilan belas dan lai hambo dapati bahwa sesuatu perkara yang terjadi dalam nagari dihukum oleh Penghulu. Sebelum Penghulu menjatuhkan hukuman malamnya mendatangi Ulama yang dinamakan waktu itu dengan “Bamuti” (mungkin asalnya bermufti) untuk minta nasihat dan bermusyawarah tentang hukum yang akan dijatuhkan (waktu itu tempat “bamuti” adalah Angku Candung nan basurau di Baruh balai).
Dan begitu juga ditiap nagari di Minangkabau sampai ada peraturan baru oleh Belanda yang perkara diadili oleh Tuanku Lareh, kemudian Magistraad dan kemudian sekali Landraad.
Kaum penjajah (Belanda) sangat kuatir kepada persatuan adat dan agama. Maka diusahakannya memecahkan dengan mendekati Penghulu dan menjauhi Alim Ulama.
Tambo-tambo adat yang dipinjam, katanya untuk dipelajari, tetapi sebenarnya untuk dihabiskan, guna mengaburkan sejarah yang sebenarnya, termasuk sejarah Bukit Marapalam ini.
Demikianlah hambo wasiatkan untuk dipedomani oleh anak cucu hambo kemudian hari di Candung khususnya dan di Minangkabau umumnya, karena sudah terdengar orang-orang yang hendak mencoba memisahkan antara adat dan agama di Minangkabau.
Wabilahitaufieq.
Candung, 7 Juni 1964 26 Muharam 1384.
Dto
Syekh Suleiman Ar Rasuly
Notes : Makalah Seminar
Azwar Datuk Mangiang pernah mewawancarai Inyiak Canduang, penulis buku “Perdamaian Adat dan Syarak”, di akhir tahun 1966, di Pekan Kamis, Candung, dan menuliskan dalam makalahnya “Piagam sumpah satie Bukik Marapalam”, bahwa peristiwa sumpah satie itu telah terjadi sekitar tahun 1644 Masehi (M),
Persitiwa Sumpah Sati ini menurut sumber lain 1844? Bukan 1644 sebagaimana catatan Dt.Mangiang dari Inyiek Canduang itu. Bahkan ada lagi sumber menyebut sesudah Paderi (2) kalah, Imam Bonjol ditangkap 1837 dan dibuang?
Sayang datanya tidak ada yang tertulis. Sehingga menjadi persilangan sejarah. Namun diyakini sudah terjadi.
Naskah Sumpah Satie ini oleh *_Inyiak Canduang manarimo salinan dokumen tsb dari mintuonyo inyiak wali Simarasok,_*
Dan pada 1968 _diulang menuliskan kembali diatas kertas bermaterai tahun 1960 oleh Buya HMS Datuak Tan Kabasaran berdasarkan imlak langsung dari Inyiek Canduang dalam tulisan Arab Malayu di Masjid Djamik Djambu Aie Bukittinggi dalam Musyawarah Majlis Ulama Sumatera Barat (MUSB) bertalian dengan upaya menghambat gerakan Baptis di Bukittinggi_.
*Tentang Azwar Dt Mangiang*
Namo dan gala baliau *_Azwar Tontong Dt. Mangiang_ ayah dari alm _Letjen Yuzairy komisaris PTSP_* Dt.Mangiang pernah menjadi anggota DPRDGR Sumbar bersama sama AA.Navis. Azwar Dt Mangiang adalah Pejuang 45, pejuang PDRI. Bahkan semasa PRRI memimpin pasukan elit DB yang disegani karena disiplin pasukannya.
Baliau mamangku gala ninik mamak Dt. Mangiang dari Koto Marapak Ampek Angkek Canduang Agam.
*_Bagaimana kalau disambung dengan sejarah masuknya Islam ke.pulau perca ini ??? ... Mungkin kita bertambah kagum dan mantap._*
========================
Tulisan ini merupakan tulisan ketiga:
1. Mukaddimah
2. Ringkasan Sumpah Sati Bukik Marapalam
4. Islam Masuk Ke Alam Melayu di abad awal Hijriyah
========================
Foto FB Kabut Senja