Ilustrasi Gambar: Super Advanture |
Pada awalnya, orang Minangkabau menempatkan Silat, atau Pencak Silat dan berbagai permainannya sebagai warisan tradisi yang disako-i (sako yang dipusaka-i) dari korong kampung dalam nagari mereka sendiri. Dari korong kampung inilah, seorang anak kemanakan mewarisi ilmu Silat/Pencak Silatnya. Warisan tersebut dalam adat dinamakan Sako Tuhuak Parang Korong Kampung.
Sako Tuhuak Parang, adalah seperangkat ilmu pengetahuan dan keterampilan fisikal beserta norma-norma adat yang mengatur segala sesuatu berkenaan dengan aktifitas dan kreatifitas membela, dan menjaga korong kampung, dari setiap ancaman bahaya luar dalam, lahir dan bathin. Sako Tuhuak Parang ini digunakan untuk mempertahankan diri, kaum, korong dan kampung dari setiap ancaman dan serangan yang datang baik dari luar atau dari dalam, agar korong kampung berserta warga kaumnya tetap aman dan selamat.
Oleh karena itu Sako Tuhuak Parang adalah suatu kemuliaan dalam mempertahan kan hak, mempertahankan diri, mempertahankan kebersamaan kaum, korong kampung atau nagari bila diserang musuh. Taktik dan strategi dalam mempertahankan diri, kaum dan korong kampung ini dalam adat disusun dalam aturan-aturan tertentu yang kemu dian menjadi bagian nilai-nilai adat (sako nan dipusako-i) sebagai warisan budaya yang diterima dan diwariskan kepada anak kemenakan secara turun temurun.
Adalah menjadi kewajiban bagi setiap anak kemenakan anak nagari se-Alam Minangkabau untuk membesarkan dan memuliakan nilai-nilai sako, dan sepatutnya pula mempelajari dan mendalami makna sako secara lebih rinci. Karena dalam hidup bermasyarakat, setiap pribadi sesuai dengan tingkatnya harus dalam adat memiliki kemampuan membela dan mempertahankan diri, baik secara pribadi maupun secara kelompok. Begitupun masyarakatnya, anak kemenakan, atau anak nagarinya harus dibela dan dipertahankan pula secara bersama-sama, dengan mengatur sistem keamanan dan sistem pertahanan wilayah dan kebudayaannya, baik di dalam korong, kampung atau nagari. Adagium adat mengatakan :
pagadiri, beladiri, adat badiri,
paga nagari, bela nagari, nagari badiri
pagar negara, bela negara, negara berjaya
pagar budaya, bela budaya, budaya bangsa
Hal ini juga dapat diketahui dari metafora adat yang timbul akibat perjalanan sejarah, seperti ungkapan :
Kompeni berbenteng besi,
Minangkabau berbenteng adat.
Artinya dalam suasana perang menghadapi penjajahan kompeni di masa lalu, justru Minangkabau mempergunakan “adat” dengan berbagai penguatannya sebagai benteng besi, sebagai sarana untuk membela dan mempertahankan negerinya yang tidak mudah ditembus begitu saja oleh Kompeni Belanda. Adat manakah yang dipakai sebagai “benteng besi” ter sebut ?
Secara khusus adat itu disebut adat nan kewi, yaitu:
nan dikaluakan dari pado limbago
tiok-tiok suatu nan tumbuah
sapakat sagalo ninik mamak pangulu
alim ulama, cadiek pandai,
katonyo kuat.
Kalau dibandingkan dengan zaman sekarang maka nilai-nilai adat tidak lagi digunakan sebagai benteng dalam menghadapi tantangan arus global yang melanda negeri sendiri, sehingga dikhawatirkan generasi mu danya akan hanyut dalam arus budaya global (multi kultural) yang tidak mengenal batas, ukur jangka, patut dan mungkin lagi (cenderung bebas etik), karena segala sesuatunya akibat pengaruh budaya global telah ditaf sirkan seakan-akan bebas berbuat apa saja, bebas etik. Sementara Alam Minangkabau bukanlah negeri yang bebas etik, tetapi negeri ber-Adat dengan Undang dan Hukum Adat Alam Minangkabau (U-HAAM), namun apa daya tidak ada lagi yang mampu mengatasinya :
undang hilang,
adat lumpuh,
limbago tangga,
Norma-norma kehidupan berbudaya tinggal wacana compang camping. Gambaran kondisi ini dapat dihayati dari ungkapan :
Lurah tak babatu,
ijuak tak basaga,
bak karakok tumbuah di batu,
iduik sagan mati tak lalu.
Kesimpulan :
Sako Tuhuak Parang merupakan susunan aturan-aturan adat serta petunjuk-petunjuk pelaksanaan teknis untuk memim pin, mengatur, mengontrol dan mengawasi segala kegiatan-kegiatan rutin masyarakat nagari, baik berupa pendidikan dan pengembangan dan perluasan cakrawala berfikir, peningkatan kualitas kecerdasan, ataupun pelatihan-pelatihan sosial membina kerukunan dan kesejah teraan kampung, ke sehatan fisik (jasmani), mental spiritual (ruhani) anak nagari dan berbagai keterampilan lainnya, di lingkungan sendiri.
Memimpin, membina, membangkitkan membangun, mengatur serta mengarahkan taktik dan strategi ketahanan kampung, dalam ben tuk ketahanan sosial, ekonomi dan budaya berdasarkan nilai-nilai ke arifan lokal sebagai warisan budaya yang hidup di tengah-tengah ma syarakat lingkungannya sendiri, demi keselamatan, dan kesejahtera an Korong, Kampung, Koto dan Nagari, luar, dalam, lahir dan batin, di sebut dalam kiasan basilek dipangka karih namanya.
Inilah yang seecara umum disebut “Silek Minang”, yakni pela jaran Silek sebagai Ilmu yang akan diwarisi anak kemenakan, dengan motto : dzahir silek mancari dunsanak, batin silek mancari karidhaan Allah. Jadi bukan sekedar bersilat-silat saja, seperti pencak silat yang banyak dilihat dan dipahami orang sekarang. Tentu saja pelajaran ini sesuai dengan tingkatnya masing-masing, ada jenjang tangganya.
Semuanya itu, sebagai Ilmu Silek Minang secara adat merupakan tuah kebesaran korong kampung atau sumarak koto jo nagari yang dipelihara, ditumbuhkan, dibina, dibesarkan, dikembangkan dan dimuliakan, serta dipertahankan oleh penduduknya, demi menjaga dan mengamankan serta memagar Korong Kampung atau Nagari supaya jangan binasa. Secara tradisi pewaris-pewarisnya dinamakan Parik Paga Korong jo Kampung atau Parik Paga Nagari. Inilah yang dipesankan dalam pantun adat :
Kaluak paku kacang balimbiang
tampuruang lenggang-lenggangkan
baok makan bulan puaso
anak dipangku kamanakan dibimbiang
urang kampuang di patenggangkan
jago nagari jaan binaso.
Seorang anak kemenakan di Alam Minangkabau pada zamannya harus dapat belajar, memahami, menghayati, melaksanakan dan mengamalkan dalam tindak laku dan perbuatannya yang telah ditentukan dalam nilai-nilai Sako itu, bagi mempertahankan komunitas kehidupan yang menetap dalam sebuah kampung, koto dan nagari, bahkan untuk ketahanan negara, bangsa dan agama.
-------------------------------------------------------
Ditulis, Emral jamal dt rajo mudo
Doc.Salimbado Grup,
Silat, Dan Pusat Kajian Tradisi Alam Minangkabau