Ilustrasi Gambar: kemdikbud |
Gelar "TUAN" adalah gelar kebangsawanan di Simalungun.
Sdr.
Alber Girsang
membuat postingan untuk membuktikan bahwa gelar TUAN adalah gelar kebangsawanan Simalungun, bukan gelar yang boleh dipakai oleh rakyat kebanyakan. Lalu salahnya postingan itu dimana.?
Kenapa orang batak Toba mengejek, menghina dan sinis.?
Barbar sekali.!
Padahal Raja-Raja dan Kerajaan-Kerajaan di Simalungun adalah fakta sejarah, memiliki bukti empiris yang berjejak nyata, contoh kecilnya saja, Raja Sang Naualuh Damanik yg digelari oleh Belanda dengan sebutan Raja Batak Beragama Islam, dan juga Tuan Rondahaim Saragih yang digelari oleh Belanda dg gelar yg fantastis, yakni "Napolen der Bataks."
Gelar "Tuan" adalah gelar kebangsawanan yang dilekatkan dengan upacara resmi dan kehormatan dari tradisi sebuah kerajaan yang berdaulat atas wilayah dan rakyat. Tentu saja berbeda dengan Batak Toba dimana inang-inang di pajak pun bisa bergelar Raja. Dan ada pula pakai "Tuan" seperti Tuan tanah, tuan kebon, tuan ternak, tuan ikan, tuan rumah, tuan ini, tuan itu, dan sebagainya.
Segala macam orang maunya dipanggil Tuan atau Raja. Tidak ada Raja dan Tuan di Batak Toba dalam arti Raja dan Tuan feodal yang berdaulat atas wilayah dan rakyat. Tidak ada tradisi Raja feodal dalam masyarakat Batak Toba.
Dalam masyarakat Batak Toba yang masih terbelakang di masa itu memang tidak ada tradisi kepemimpinan feodal dan administratif atas wilayah dan rakyat, sebagai mana halnya pada masyarakat Simalungun yang berbudaya kerajaan.
Itulah sebabnya Belanda terpaksa harus mendudukkan salah seorang bangsawan Simalungun yakni Tuan Sumerham sebagai penguasa atas Negeri Rambe, Pakkat, di Toba sana. Tuan Sumerham adalah bangsawan Simalungun bermarga Purba, yakni Marga Purba yang asli marga dari etnis Simalungun, bukan marga purba yang Toga Simamora.
Hanya keturunan raja-raja Simalungun di masa itu yang secara resmi dan diakui menyandang gelar "Tuan".
Tuan Sumerham itu didudukkan oleh Belanda sebagai penguasa di "Negeri Rambe", Pakkat. Makanya disebut "Tuan Sumerham Rambe", bukan berarti Tuan Sumerham itu bermarga Rambe. Nama Tano Rambe atau Negeri Rambe di Pakkat sudah ada jauh sebelum jamannya Tuan Sumerham didudukkan Belanda sebagai penguasa di Negeri Rambe, Pakkat.
Nama Negeri Rambe bukan berasal dari nama ataupun marga Tuan Sumerham. Tuan Sumerham bukanlah bermarga Rambe. Dan nama (Negeri) Rambe di Pakkat bukanlah nama marga.
Gelar "Tuan" pada nama Tuan Sumerham adalah gelar kebangsawanan keturunan Raja-Raja di Simalungun yang bahkan harus diakui oleh Belanda sendiri. Gelar TUAN di Simalungun bukanlah gelar ecek-ecek yang boleh dipakai oleh rakyat kebanyakan apalagi oleh orang-orang Batak Toba yang di masa lalu umumnya hanyalah kaum tani penggarap tanah pertanian milik para Raja-raja Simalungun.
Siraja Batak Pusuk buhit itupun bukanlah pula raja dalam arti berdaulat atas wilayah dan rakyat. Sungguh lucu orang Batak Toba yang hingga hari ini mau saja dikibulin tentang rumah peninggalan Siraja batak.
Wow.... Rumah Pusaka Siraja Batak tahun 1050 M . (Hampir 970 tahun).
Bangunan bersejarah ya.?
Tapi terbuat dari semen tiga roda, atap seng cap angsa, cat tembok merek Matex.
Berkhayal itu jangan kebangetanlah karena bisa merusak akal sehat.
Bukankah begitu Alber Girsang.?
---
Disalin dari kiriman FB: Sutan Bandaro Sati