![]() |
Picture: Langgam |
๐ก๐ฎ๐ด๐ฎ๐ฟ๐ถ ๐๐ถ๐ฑ๐ฎ๐ฟ ๐๐น๐ฎ๐บ: ๐๐ฎ๐ฟ๐ถ ๐ฃ๐ฒ๐ฑ๐ฎ๐น๐ฎ๐บ๐ฎ๐ป ๐ ๐ถ๐ป๐ฎ๐ป๐ด๐ธ๐ฎ๐ฏ๐ฎ๐, ๐๐ป๐ฑ๐ผ๐ป๐ฒ๐๐ถ๐ฎ ๐๐ถ๐๐ฒ๐น๐ฎ๐บ๐ฎ๐๐ธ๐ฎ๐ป
Inilah Rumah Lama Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). Rumah ini dijadikan markas persembunyian bagi pimpinan PDRI, Sjafruddin Prawiranegara, dan sebagai pos keamanan serta tempat berlangsungnya sidang kabinet PDRI dari Januari sampai April 1949. Rumah ini berada di Nagari Bidar Alam, Solok Selatan, Sumatra Barat.
Dijadikannya Bidar Alam sebagai basis perjuangan berawal dari peristiwa pengeboman pusat PDRI di Bukittinggi oleh Belanda. Untuk tetap bertahan, Sjafruddin dan kawan-kawan memutuskan untuk bergerilya menghindari serangan Belanda guna menyusun kekuatan. Perjalanan rombongan merapah hutan-hutan dan kampung-kampung di pedalaman Sumatra Barat.
Di Bidar Alam, banyak peninggalan sejarah PDRI. Antara lain Rumah Jama Sjafruddin Prawiranegara, surau Bulian yang menjadi stasiun pemancar radio AURI yang dibawa dari Bukittinggi, masjid Nurul Falah Mr. Sjafruddin Prawiranegara, tugu peringatan basis PDRI Bidar Alam, dan beberapa rumah penduduk yang pernah ditempati oleh Sjafruddin Prawiranegara.
Tak jauh dari rumah Jama, berseberangan jalan sekitar 50 meter, terdapat surau Bulian. Di surau itu dipasang pemancar radio AURI sebagai alat komunikasi utama PDRI di Bidar Alam pada tahun 1949 dengan pejuang lain di Indonesia dan luar negeri. Tim operasional sebanyak lima orang dan dipimpin oleh Dick Tamimi.
Melalui radio itu, pimpinan PDRI, Sjafruddin Prawiranegara, berhubungan dengan pusat di Kototinggi serta anggota-anggota PDRI di Jawa dan Aceh yang menyampaikan radiogram PDRI ke luar negeri.
Ketika pejuang PDRI bergerilya, dua stasiun radio AURI turut dibawa bersama oleh rombongan. Namun stasiun radio AURI pimpinan Lahukay saat tiba di Halaban tidak sempat mengudara, karena dibumihanguskan oleh Belanda. Sementara stasiun radio AURI pimpinan Dick Tamimi diserahkan kepada Sjafruddin Prawiranegara untuk melayani komunikasi radio rombongan PDRI yang tengah bergerilya. Stasiun radio itu ikut bergerilya hingga ke tempat pengungsian di Bidar Alam.
Radio PDRI yang turut mengawal perjalanan perjuangan PDRI, akhirnya menjelma menjadi Radio Republik Indonesia stasiun Bukittinggi, Sumatra Barat. Radio yang bersejarah dan berperan penting dalam menjalin komunikasi antar daerah di Indonesia dan turut berjuang menjaga keutuhan Negara Indonesia. Radio yang mengumandangkan kepada dunia bahwa Indonesia masih tetap berdiri teguh meski para pemimpinnya ditahan.
Stasiun radio yang patut diberi label "radio perjuangan" dalam menyampaikan pesan-pesan pembangunan demi tujuan memberikan informasi yang bermanfaat kepada masyarakat. Sayangnya, radio PDRI di Bidar Alam hanya tinggal nama belaka.
Sumber: Harian Haluan 19 Desember 2011 dan berbagai sumber
Foto: Instagram
Disalin dari kiriman: Hajral Sofi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar