Sumber Gambar: https://tirto.id |
Perjuangan Rohana Kuddus dalam memajukan kaum wanita sangatlah nyata, tidak seperti wanita lain yang hanya berani bicara dan menulis tentang persamaan hak wanita dan perluasan kesempatan bagi kaum wanita tetapi menyerah dan menjadi korban (kalau tidak bisa dibilang pelestari) tradisi dan adat yang ditentangnya itu. Rohana Kuddus harus pergi dari kampung halamannya ke Medan untuk meneruskan perjuangannya bagi kaum wanita karena banyaknya ketidak setujuan orang sekampungnya akan tujuan perjuangannya.
Selama mengungsi ke Lubuk Pakam dan Medan, Rohana Kuddus aktif mengajar dan menjadi pemimpin redaksi surat kabar Perempuan Bergerak. Tiga tahun kemudian, Rohana Kuddus pindah ke Padang dan menjadi redaktur surat kabar Radio yang diterbitkan Cina Melayu di Padang dan surat kabar Cahaja Sumatera.
Semangat Rohana Kuddus untuk memajukan pendidikan sudah terlihat sejak usia yang sangat dini yaitu 8 tahun dimana ia sudah mulai mengajar teman-teman sebayanya membaca. Rohana Kuddus juga menjadi pelopor pendidikan dengan mendirikan sekolah keterampilan Kerajinan Amai Setia yang merupakan permulaan industri rumah tangga di Minangkabau.
Pada tahun 1912, Rohana Kuddus mendirikan Surat Kabar Soenting Melayu,[1] setahun setelah Dja Endar Muda[2] mendirikan surat kabar pertama di Padang. Soenting Melayu tidak hanya membahas mengenai masalah wanita tetapi juga masalah politik dan kriminal yang terjadi di ranah Minang. Usia dari Soenting Melayu ini hanya 9 tahun, sebuah usia yang cukup panjang buat surat kabar pada tahun itu yang rata-rata hanya bertahan 3 bulan.
Perjuangan Rohana Kuddus tidak hanya sebatas tulis menulis, selain mendirikan sekolah keterampilan, Rohana Kuddus juga ikut mendirikan dapur umum dan badan sosial untuk membantu gerilyawan dalam melawan Belanda. Rohana Kuddus juga menemukan cara penyelundupan senjata dari Koto Gadang ke Payakumbuh melalui Bukit Tinggi dan Ngarai Sianok.
Penghargaan yang pernah diterima
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat menganugrahi Rohana Kuddus dengan Wartawati Pertama Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1974 (Dua tahun setelah beliau meninggal dunia). Menteri Penerangan Harmoko pada Hari Pers Nasional ke 3 tanggal 9 Februari 1987 menganugrahi Rohana Kuddus dengan Perintis Pers Indonesia.
___________________________________
Disalin dari kiriman Irwan Effendi
Di Grup Ranah Minang Maso Sisiak & Maso Kini
Pada hari Ahad 22 Jumadil Akhir 1441/ 16 Februari 2020
______________________________________
Catatan kaki oleh Agam van Minangkabau:
[1] Surat kabar tersebut kepunyaan Datuk Sutan Maharaja dan Rohana Kudus
menjadi radaktur sekaligus pemimpin surat kabar tersebut.
[2] Seorang wartawan dan pengusaha asal Mandahiling yang menetap di Padang dan kemudian juga mendirikan beberapa koran lainnya di Sumatera Timur.